SYAIKH ABBAS JAUNAH, MENEPUK AIR DI DULANG TERPERCIK NOL PUTUL MUKA SENDIRI (6)
Telah kita tunjukkan bukti bagaimana Syaikh Abbas Jaunah menyeru agar kita merujuk kepada Syaikh Al-Bukhari dan menghormati nasehat beliau, bahkan Syaikh Abbas juga menyerukan agar meninggalkan segala sebab yang bisa membuat perpecahan dan perselisihan.
Namun di saat yang sama beliau terang²an mementahkan semua hal di atas, melawan, menantang dan menghancurkan nasehat Syaikh Al-Bukhari dengan
membuat sendiri vonis² terhadap jumhur YANG BUKAN VONIS ULAMA KIBAR dan bukan pula NASEHAT ULAMA KIBAR yang merupakan jalan² perpecahan dan perpisahan.
Seperti inikah manhaj ulama kibar?
Mari kita simak bukti Nol Putulnya beliau, yang cuma sebatas perkataan manis bersama Syaikh Bukhari namun sejurus kemudian menghancurkan nasehat beliau dan memprovokasi umat untuk merujuk kepada vonis²nya sendiri. Ketidakjujuran dan mempermainkan akal² yang lemah. Wallahul musta'an.
Kutipan:
https://t.me/sekelumitsejarah/1365
Asy-Syaikh Abdullah al-Bukhari berkata:
Sekarang saya akan menyebutkan beberapa ungkapan yang menunjukkan dia (Abul Hasan Al-Ma'ribi, –pent) menggunakan cara-cara murahan dalam upaya menggiring para pemuda agar tidak menghargai para ulama mereka, terkhusus yang membela agama dan membantah ahli bid'ah dan orang-orang yang menyimpang dan membela mereka.
Pertama: Yang berkaitan dengan asy-Syaikh al-Allamah al-Muhaddits al-Faqih Mufti wilayah Selatan (Kerajaan Arab Saudi) asy-Syaikh Ahmad bin Yahya an-Najmi rahimahullah
...Sesungguhnya Abul Hasan memiliki cara yang tidak benar dan tidak lurus yang menunjukkan sikap tidak menghormati orang yang membantahnya walaupun berasal dari kalangan para ulama. Cara tersebut adalah metode:
الرفع والخفض
MENGANGKAT DAN MENJATUHKAN
Atau bisa dengan ungkapan:
يد تذبح وفم يسبح
TANGAN MENYEMBELIH DAN MULUT BERTASBIH.
Atau Anda bisa menyebutnya dengan ungkapan:
مدح وقدح
MEMUJI DAN MENCELA.
Itu semua bertujuan untuk merendahkan pihak yang dibantah –dan mau tidak mau– bukan sebagai bentuk memuliakan atau beradab.
Jika dikatakan kepadanya:
"Sungguh engkau buruk adabmu terhadap orang yang berbeda pendapat denganmu secara umum dan kepada para ulama secara khusus."
Dengan entengnya dia menjawab:
"Bukankah aku menyebut asy-Syaikh al-Walid..."
Padahal dia pura-pura lupa, dan saya tidak mengatakan dia lupa bahwa dia menyusuli pujiannya dengan celaan, menjatuhkan setelah mengangkat, sehingga dia membawa hal-hal yang merusak dan menghancurkannya.
Ketahuilah bahwa cara semacam ini sangat murahan dan rendah. Orang-orang yang berakal, apalagi orang yang mengaku termasuk para ulama, apalagi para ulama, mereka akan menjauhi cara-cara murahan seperti itu.
Cara semacam ini sebagaimana itu merupakan bentuk merendahkan pihak yang dibantah –walaupun seorang ulama– itu juga merupakan bentuk tidak menghargai akal-akal para pembaca, sebagaimana dikatakan dalam sebuah ungkapan:
من كتب فكأنما وضع عقله في إناء والناس ينظرون إليه
BARANGSIAPA MENULIS MAKA SEAKAN-AKAN DIA MELETAKKAN AKALNYA PADA SEBUAH WADAH DAN MANUSIA MELIHAT KEPADANYA.
(Al-Fathur Rabbani fir Raddi 'ala Abil Hasan as-Sulaimani, hal. 19-20)
Url artikel ||
https://t.me/jujurlahselamanya/6809