๐๐ฆ
KISAH WAFATNYA IMAM BESAR DARI BUKHARA
โBagaimana Meninggalnya Imam al-Bukhari?!
Imam al-Bukhari meninggal dalam keadaan yang terasing dan terzalimi di akhir hidupnya oleh penguasa-penguasa di kota-kota Islam di Timur, terutama di Naisabur, Bukhara, dan Samarkand.
๐ Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya
1โฃ Penolakannya untuk mengajar anak-anak mereka di istana mereka. Beliau selalu mengatakan bahwa, ilmu itu didatangi, bukan ilmu yang dibawa ke pintu istana.
2โฃ Rasa iri terhadap ketenaran dan reputasinya.
3โฃ Dan alasan yang lainnya.
Ketika al-Bukhari mencapai usia 62 tahun, dia diperintahkan oleh penguasa Naisabur untuk meninggalkan kota tersebut dan dianggap tidak diinginkan di sana.
Beliau kemudian berhijrah hingga tiba di kampung halamannya di Bukhara, di mana orang-orang menyambutnya dengan membuka pintu-pintu mereka, memberinya uang dan gula. Para manusia, penuntut ilmu dan ahli hadis berkumpul di sekelilingnya, sampai-sampai mereka meninggalkan majelisnya para muhadditsin yang lain, yang mana hal ini menjadi sebab kecemburuan serta kebencian di dada mereka.
Namun, cepat sekali kebencian terhadap ketenarannya menyala di hati penguasa Bukhara, dan pesan dari penguasa Nishapur juga tiba, menuntut pengusiran Imam dari Bukhara seperti yang telah dilakukan di Nishapur sebelumnya.
Utusan penguasa kota datang ke rumah Imam al-Bukhari dengan permintaan mendesak untuk meninggalkan kota, dengan perintah yang menyatakan bahwa dia harus pergi "sekarang". Sampai pada titik di mana Imam tidak diberi waktu untuk mengumpulkan dan merapikan bukunya, dia meninggalkan kota dan tinggal di pinggirannya dalam sebuah tenda selama tiga hari, berusaha menyusun kembali bukunya tanpa tahu di mana harus pergi selanjutnya.
Al-Bukhari kemudian menuju ke Samarkand, tetapi tidak langsung masuk ke kota tersebut. Dia memilih untuk mengunjungi kerabatnya di sebuah desa bernama Khartank. Dengan ditemani oleh Ibrahim bin Ma'qil.
Tapi belum berselang lama, tiba-tiba datang tentara ke rumah di mana dia menginap, dan dia diusir dari wilayah Samarkand dan desa-desa sekitarnya.
Ini terjadi pada malam hari Raya Idul Fitri.
Namun perintahnya adalah untuk meninggalkan "sekarang" dan bukan setelah Hari Raya Idul Fitri, sehingga Imam al-Bukhari khawatir bahwa keberadaannya akan menimbulkan masalah bagi kerabatnya yang telah memuliakannya. Ibrahim bin Maqil mengatur buku-buku di atas unta pertamanya dan menyiapkan yang kedua untuk Imam al-Bukhari naiki. Kemudian, Ibrahim bin Maqil kembali ke rumah dan Imam al-Bukhari mulai keluar sambil menumpanginya, sementara keduanya berjalan dengan pasrah kemana unta membawa mereka pergi.
Setelah berjalan sekitar 20 langkah, imam al-Bukhari merasa sangat lelah dan meminta beberapa menit istirahat. Dia duduk di tepi jalan dan tidur. Namun, beberapa saat kemudian, ketika sahabatnya mencoba membangunkannya, dia menemukan bahwa al-Bukhari telah meninggal dunia.
๐ Imam al-Bukhari meninggal di tepi jalan pada malam Hari Raya Idul Fitri, pada tanggal 1 Syawal tahun 256 Hijriyah, dalam keadaan diusir dari satu kota ke kota lainnya pada usia lebih dari 62 tahun.
Meskipun orang-orang mungkin tidak mengenal nama-nama penguasa Naisabur, Bukhara, dan Samarkand, namun semua orang mengenal Imam al-Bukhari. Semoga Allah merahmati dan meninggikan derajatnya di surga bersama para nabi, para syuhada, dan orang-orang shalih.
๐ Siyar A'lam an-Nubala' 468/XII
Diterjemahkan oleh seorang Thalibul Ilmi di Markiz 'Aisyah ุฑุถู ุงููู ุนููุง Aden Yaman
โโโโโโโโโโโโโโ
๐ Gabung channel:
https://t.me/salafybontang
๐ณ Sumber:
https://t.me/SalafyBandung
โPahami โAmalkan โSebarkan