cookie

We use cookies to improve your browsing experience. By clicking «Accept all», you agree to the use of cookies.

avatar

ILMU DAN RENUNGAN

Merupakan chanel untuk menyimpan arsip-arsip faidah ilmiyyah Pemilik @Rozan_AL (Muqim di lingkungan sekitar Ma'had Anwarussunnah-Petanahan)

Show more
Advertising posts
272
Subscribers
No data24 hours
+27 days
+3330 days

Data loading in progress...

Subscriber growth rate

Data loading in progress...

ATS-TSALATSUN.pdf1.83 MB
Alhamdulillah. Dengan kemudahan dari Allah, telah selesai penyusunan kitab yang ke-empat; الثلاثون فى الأحاديث التربوية مع ذكر الأحكام و الفوائد المختصرة Kitab kecil yang memuat tiga puluh hadits tentang pendidikan kepribadian seorang muslim, disertai dengan penyebutan beberapa hukum dan faidah ringkas. Sebagai ringkasan dari kitab Muqarar Saudi untuk pelajaran Hadits untuk kelas 1 Mutawassithah th. 1402 H Kitab ini disusun untuk persiapan bahan ajar oleh penyusun untuk thullab jenjang Tahfizul Qur'an di Ma'had As-Salam-Kebumen. Semoga terhitung sebagai amalan shalih bagi penyusunnya, dan dapat memberi manfaat kepada kaum muslimin.
Show all...
Mengeluh = Rapuh, Benarkah ? Kerap kali mengeluh dijadikan senjata ampuh dalam menyikapi masalah. Berharap penat dapat terlepas, beban pikiran teringankan dan rumitnya masalah mulai terurai. Senyatanya, malah menambah semakin keruh. Bukannya menjadi ringan malahan membuatnya terpuruk. Solusi tak didapat, malahan kecewa yang diranjak. Bukannya mendatangkan tegar, malahan menjadikannya goyah. Mengapa dan ada apa? Bukankah harusnya indah ? Kenapa malah jadi rapuh ? Barangkali karena mengeluhmu yang keliru jadi berujung kecewa. Iya, karena tempat mengeluhmu yang salah. Karena kamu mengeluhnya manusia; makhluq yang lemah tidak punya daya. Kamu terlalu berharap padanya. Itulah kesalahanmu. Para salaf dahulu melihat ada orang yang mengeluhkan kemiskinan dan kesusahan yang dialaminya, maka mereka menegurnya, يا هذا! تشكو من يرحمك إلى من لا يرحمك "Duh kamu ini! Bagaimana bisa kamu mengeluhkan Dzat Maha Penyayang kepada orang yang tidak mengasihimu?!" (Madarijus Salikin 2/160) Mereka juga mengatakan, إذا عرتك بلية فاصبر لها ... صبر الكريم فإنه أعلم و إذا شكوت إلى ابن آدم إنما ... شكوت الرحيم إلى الذي لا يرحم "Bila kamu tertimpa musibah maka sabarlah menghadapinya dengan kesabaran yang mulia, karena sungguh, Dia lebih tahu (yang terbaik bagimu). Bila kamu mengeluhkannya kepada anak adam (manusia), sejatinya kamu sedang mengeluhkan Dzat Maha Penyayang kepada orang yang tidak menyayangi" (Madarijus Salikin 2/160). Mengeluh kepada makhluq adalah kerendahan dan keterpurukan. Tidak menuai hasil melainkan kecewa. Karena mengeluhkan nasibmu, sama saja kamu sedang mengeluhkan ketetapan taqdir Allah bagimu, sedang Allah, Dia-lah yang lebih tahu tentang dirimu, dan apa yang terbaik buatmu. Tidaklah Dia menetapkan suatu taqdir, melainkan tersimpan hikmah padanya. Kamu menyadarinya ataupun tidak. Maka, mengeluhlah hanya kepada Allah. Di situlah kamu akan menemukan harapan. Itulah yang membuatmu tegar. Mengeluh kepada Allah tidaklah menafikan kesabaran. Bahkan itu wujud dari kesabaran itu. Ibnul Qayyim menerangkan, "Mengeluh Allah tidak menafikan kesabaran. Ya'qub alaihissalam menjanjikan kesabaran yang terbaik; tentunya seorang Nabi kalau berjanji, tidak akan menyelisihinya. Pun beliau berkata, إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى الله "Sesungguhnya aku keluhkan kesulitanku dan kesedihanku hanya kepada Allah". (Qs. Yusuf: 86) Begitu juga Ayyub; Allah mengkhabarkan bahwa Dia mendapatinya sebagai orang yang penyabar, diiringi dengan firman-Nya (mengkhabarkan keluhan Nabi Ayyub kepada Allah), مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ ۚ "Aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang". Qs. Al-Anbiya: 83 (Mengeluh) yang meniadakan kesabaran adalah mengeluhkan Allah, bukan mengeluh kepada Allah". (Madarijus Salikin 2/160) Mengeluhkan Allah, yaitu mengeluhkan taqdir Allah kepada makhluq. Mengeluh kepada Allah yaitu menyampaikan nasib dan derita yang menimpa kepada Allah ta'ala. Dan Dialah tempat kita bergantung. Yang Maha Kuasa atas nasih para hamba. Karena itu, mulai sekarang, mengeluhlah hanya kepada Allah. Itulah yang memberimu ketentraman, dan membuatmu semakin tegar. Karena mengeluh kepada Allah sebagai aplikasi dari kemurnian tauhid, tawakal, harapan, ketundukan, dan yakin bahwa Allah-lah Dzat Yang berkuasa menyingkap masalah dan membalikkan nasib. Tinggalkanlah mengeluh kepada manusia. Karena itu hanya memberimu kecewa. Dan menunjukkan ketidak sabaran, dan kurang percaya dan yakin terhadap Allah. Allahu A'lam https://t.me/Fawaid_Arsip
Show all...
ILMU DAN RENUNGAN

Merupakan chanel untuk menyimpan arsip-arsip faidah ilmiyyah Pemilik @Rozan_AL (Muqim di lingkungan sekitar Ma'had Anwarussunnah-Petanahan)

Selama Matahari Belum Terbit dari Barat Rasulullah ﷺ bersabda, إن اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ باللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ، وَيَبْسُطُ يَدَهُ بالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ، حتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِن مَغْرِبِهَا. "Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla membentangkan tangan-Nya di malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di siang hari. Dan Allah membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di malam hari, sampai matahari terbit dari tempat tenggelamnya (barat)". 📚HR. Muslim 2759, dari sahabat Abdullah bin Qais; dikenal dengan Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu'anhu Hadis ini menunjukkan luasnya rahmat Allah. Allah selalu membentangkan tangan-Nya untuk menerima taubat para hamba-Nya baik siang dan malam. Siapa saja berbuat dosa, lalu dia bertaubat meski terlambat taubatnya, Allah akan menerima taubatnya. Walaupun pada asalnya taubat itu wajib dilakukan segera setelah berbuat dosa, namun bila hamba melakukan dosa di siang hari, dan baru bertaubat di malam harinya, meski terlambat, Allah akan menerima taubatnya selama matahari belum terbit dari barat. Karena dengan terbitnya matahari dari barat, sudah tersingkap hakikat perkara yang selama di dunia ini manusia diuji untuk mengimaninya, sehingga ada yang beriman dan ada yang meragukan kebenarannya. Ketika itu sudah tersingkap, manusia jadi yakin akan kebenaran datangnya hari kiamat, maka pada saat itu sudah tidak lagi bermanfaat iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau (belum) berusaha berbuat kebajikan dengan imannya itu. Karena itu, wahai saudara.. Selagi Allah masih membentangkan tangan-Nya, selagi masih sempat, mumpung masih ada waktu, segeralah bertaubat. Sebelum kamu menyesal saat mendapati kenyataan pintu taubat telah tertutup. Ingat, kematian itu tidak menunggu taubatmu. Terbitnya matahari dari barat juga tidak diundur untuk memberimu waktu bertaubat. حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَتْهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُوْا يٰحَسْرَتَنَا عَلٰى مَا فَرَّطْنَا فِيْهَاۙ وَهُمْ يَحْمِلُوْنَ اَوْزَارَهُمْ عَلٰى ظُهُوْرِهِمْۗ اَلَا سَاۤءَ مَا يَزِرُوْنَ "Sehingga apabila Kiamat datang kepada mereka secara tiba-tiba, mereka berkata, "Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang Kiamat itu," sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Alangkah buruknya apa yang mereka pikul itu". Qs. Al-An'am: 31 https://t.me/Fawaid_Arsip
Show all...
ILMU DAN RENUNGAN

Merupakan chanel untuk menyimpan arsip-arsip faidah ilmiyyah Pemilik @Rozan_AL (Muqim di lingkungan sekitar Ma'had Anwarussunnah-Petanahan)

Harapan Benar Itu Membuahkan Usaha dan Amalan Allah ta'ala berfirman, فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا "Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Rabbnya". Qs. Al-Kahfi 110. Dalam ayat ini Allah ta'ala mengabarkan bahwa siapa yang benar-benar berharap berjumpa dengan Rabbnya dan mendapat rahmat dan ridha-Nya, hendaklah dia membuktikan harapannya itu dengan mengusahakan amalan kebajikan dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun dalam mengibadahi-Nya. Maka, harapan yang benar adalah yang membuahkan amalan dan usaha. Orang yang berharap mendapar rahmat Allah, ia akan mengusahakan amalan yang dengannya ia mendapat rahmat Allah. Orang yang berharap masuk surga, ia akan mengusahakan amalan yang menghantarkannya ke surga. Seperti diucapkan para salaf, أن من رجا شيئا طلبه "Bahwa siapa berharap sesuatu, pastinya dia (berusaha) mencarinya". Kalau ada yang berharap, tapi tidak mendatangkan usaha, ia tidak jujur dalam berharap. Ibaratnya seperti orang ingin punya keturunan, tapi tidak mau menikah atau tidak mau menghubungi pasangannya; bagaimana dia akan punya keturunan bila demikian? Seorang penyair berkata, ترجو النجاة و لم تسلك مسالكها ... إن السفينة لا تجري على اليبس "Kamu mengharap keselamatan, sedang kamu tidak menempuh jalan-jalannya?! Sesungguhnya perahu itu tidak akan berjalan di daratan" Sebesar dan sebagus apa perahu itu, meski dilengkapi layar lebar, dan angin bertiup kencang, tidak akan perahu itu berjalan bila di daratan. Bukan perahunya yang rusak, bukan anginnya yang tidak pas, tapi jalannya yang tidak benar. Begitu juga dengan seorang yang berharap selamat dunia dan akhirat tapi tidak mengusahakan jalan-jalannya, bagaimana akan selamat?! Ia mengenal Allah tapi malah berpaling dari-Nya, dan mengabaikan perintah-Nya. Ia mengenal Rasul, tapi malah menyelisihinya. Ia tahu surga, tapi malah memilih jalan yang menyimpangkannya dari surga. Bagaimana ia akan selamat ?! Meski ia berilmu, maka ilmunya itu tidak akan memajukan langkahnya menuju Allah. Harapan yang benar itu membuahkan amalan dan usaha. Kalau membuatnya bermalasan, maka itu harapan yang kosong. Ibnul Qayyim berkata, "Siapa yang harapannya itu menarik dia untuk berbuat tha'at, dan mencegahnya dari berbuat maksiat maka itulah harapan yang benar. Namun siapa yang kemalasannya buah dari harapannya, dan harapannya membuahkan kemalasan dan sikap meremehkan (ketha'atan) maka dia telah tertipu". (Ad-Dau Wad Dawaau). https://t.me/Fawaid_Arsip
Show all...
ILMU DAN RENUNGAN

Merupakan chanel untuk menyimpan arsip-arsip faidah ilmiyyah Pemilik @Rozan_AL (Muqim di lingkungan sekitar Ma'had Anwarussunnah-Petanahan)

Sifat orang beriman adalah memiliki cita-cita yang tinggi. Ia tidak cukup dengan yang rendah, sedang di sana ada yang lebih utama. Ia akan selalu berusaha mengejar predikat yang lebih sempurna. Kalau bisa mendayung melampui tiga pulau, mengapa hanya mencukupkan sampai seberang pulau saja? Kalau ada kesempatan meraih derajat yang lebih sempurna, mengapa tidak diusahakan? Allah berfirman, فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ "Maka berlomba-lombalah kamu (dalam) kebaikan". Qs. Al-Baqarah: 148. [ Baca juga: https://t.me/Fawaid_Arsip/323 ] Tentunya, harapan bukan sekadar harapan tanpa usaha. Orang yang berharap masuk surga Firdaus, tentu ia akan mengirinya dengan usaha. Dan pilar untuk meraih harapannya tersebut ada tiga; yaitu: cinta, takut, dan berusaha. Ibnul Qayyim menjelaskan, أن من رجا شيئا استلزم رجاؤه ثلاثة أمور: أحدها، محبته ما يرجوه، الثاني، خوفه من فواته، الثالث سعيه على تحصيله بحسب الإمكان. و أما رجاء لا يقارنه شيء من ذلك فهو من باب الأماني "Bahwasannya siapa yang mengharapkan sesuatu tentu harapannya itu berkonsekuensi pada tiga hal. Pertama, ia mencintai apa yang dia harapkan itu. Kedua, ia khawatir bila terluput darinya. Ketiga, ia berusaha menggapainya sesuai kemampuan. Adapun harapan yang tidak diiringi salah satu dari ketiga ini, maka itu hanyalah angan-angan belaka." (Al-Jawabul Kaafiy, hal. 44). Maka siapa yang berharap surga Firdaus, dia akan mencintainya dan mencintai amalan-amalan yang akan menghantarkan ia kepadanya. Ia juga khawatir bila terluput dari masuk ke dalam surga Firdaus. Karena itu, ia akan berusaha menggapainya dengan bersungguh-sungguh dalam beramal, dan menjauhi dosa-dosa yang akan menghalangi dia darinya. Kalau salah satu dari ini tidak ada pada orang yang berharap, maka itu bukanlah harapan, namun angan-angan yang kosong belaka. Bagaimana akan benar dia berharap masuk surga Firdaus, sedang ia tidak menyukai amalan-amalan yang akan menghantarkan dia kepadanya? Bagaimana bisa dia berharap masuk surga Firdaus, sedang ia menelusuri jalan yang memalingkan dia darinya? https://t.me/Fawaid_Arsip
Show all...
ILMU DAN RENUNGAN

#Renungan Tekad, Kemampuan dan Jam Apa jadinya bila jarum jam itu tetap di angka 7 dan 9 ? Yap, berarti jam itu telah rusak. Demikian gambaran tekad seorang. Terkadang sebenarnya dirinya berpotensi menggapai predikat tinggi, namun karena tekadnya lemah maka ia pun ridha dengan hasil pas-pasan. Seperti jarum jam, sebenarnya masih bisa naik ke angka 12, namun karena sudah rusak akhirnya berhenti di angka 7. Contohnya: seorang yang sebenarnya punya kemampuan menghafal Al-Qur'an satu lembar per-hari, namun karena tekad menghafalnya yang lemah, akhirnya merasa cukup dengan menghafal 3 baris ayat saja. Sangat disayangkan! Kawan! Bila mampu sampai naik ke angka 12, mengapakah mesti puas menetap di angka 7 ? Ingat-ingatlah! المؤمن عالي الهمة "Seorang mukmin itu memiliki tekad yang tinggi"

https://t.me/Fawaid_Arsip/323

Mendulang Faidah dari Metode Pengajaran Nabi ﷺ Rasulullah ﷺ bersabda, من آمَنَ باللَّهِ وبِرَسولِهِ، وأَقامَ الصَّلاةَ، وصامَ رَمَضانَ؛ كانَ حَقًّا علَى اللَّهِ أنْ يُدْخِلَهُ الجَنَّةَ، جاهَدَ في سَبيلِ اللَّهِ أوْ جَلَسَ في أرْضِهِ الَّتي وُلِدَ فيها، فقالوا: يا رَسولَ اللَّهِ، أفَلا نُبَشِّرُ النَّاسَ؟ قالَ: إنَّ في الجَنَّةِ مِئَةَ دَرَجَةٍ، أعَدَّها اللَّهُ لِلْمُجاهِدِينَ في سَبيلِ اللَّهِ، ما بيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كما بيْنَ السَّماءِ والأرْضِ، فإذا سَأَلْتُمُ اللَّهَ، فاسْأَلُوهُ الفِرْدَوْسَ؛ فإنَّه أوْسَطُ الجَنَّةِ وأَعْلَى الجَنَّةِ -أُراهُ- فَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ، ومِنْهُ تَفَجَّرُ أنْهارُ الجَنَّةِ "Siapa beriman kepada Allah dan rasul-Nya, menegakkan shalat, dan berpuasa di bulan Ramadan maka hak bagi Allah untuk memasukkannya ke dalam surga, baik berjihad di jalan Allah ataupun tetap duduk (menetap) di bumi yang ia dilahirkan di sana". Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, bolehkah kami memberikan kabar gembira (ini) kepada manusia?" Beliau bersabda, "Sesungguhnya di surga ada seratus derajat yang Allah siapkan untuk orang-orang yang berjihad di jalan Allah. Jarak antara dua derajat tersebut sejauh antara langit dan bumi. Jika kalian memohon kepada Allah, maka mohonlah surga Firdaus! Sungguh ia adalah surga paling tengah dan paling tinggi. -Aku memandangnya- di atasnya adalah 'Arsy-nya Allah Yang Maha Rahman, darinya mengalir sungai-sungai di surga". 📚HR. Bukhari 2790, dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu'anhu Dalam hadis ini terdapat faidah bagusnya pengajaran Nabi ﷺ. Beliau menyampaikan tentang keutamaan Iman, shalat lima waktu, dan puasa Ramadan, bahwa siapa yang menegakkan tiga amalan ini maka dia berhak dimasukkan ke dalam surga, meski tidak ikut andil dalam jihad di jalan Allah. Ini merupakan hiburan bagi siapa yang terhalang atau belum punya kesempatan untuk ikut terjun berjihad di medan perang; bahwa bukan berarti karena ia terhalang dari jihad dia jadi terhalang dari pahala. Bahkan, dengan iman dan amalan wajib yang ia tegakkan itu bisa menghantarkannya ke dalam surga. Ini kabar gembira besar. Ketika mendengar ini, para sahabat ingin menyampaikannya kepada manusia. Begitulah orang-orang berjiwa besar; kala mendapatkan kebaikan, mereka juga ingin orang lain mendapatkannya juga. Namun Nabi ﷺ mencegah mereka. Dalam riwayat At-Trmidzi, no. 2530, beliau bersabda, ذرِ النَّاسَ يعمَلونَ "Biarkan manusia beramal". Nabi ﷺ khawatir kalau berita ini disampaikan kepada manusia akan membuat mereka mencukupkan dengan tiga amalan ini saja. Seakan beliau mengatakan, "Jangan kamu beritakan apa yang aku sebutkan tadi dari dimasukkannya ke dalam surga siapa saja yang beriman, menegakkan shalat, dan berpuasa di bulan Ramadan, sehingga nanti mereka hanya mencukupkan dengan ini saja dan tidak berusaha menggapai derajat lebih tinggi yang itu tidak akan dapat diraih kecuali dengan berjihad di jalan Allah". Ketika dikhawatirkan akan dipahami bahwa sama saja orang yang beriman dan melakukan amalan wajib, baik ia berjihad ataupun tidak ikut berjihad; dalam artian sama-sama masuk surga, Nabi ﷺ pun meluruskan pemahaman tersebut. Bahwa, orang yang berjihad itu akan meraih derajat yang Allah siapkan bagi mereka yang itu tidak diraih dengan selainnya. Yaitu seratus derajat; antara dua derajat tersebut sejarak langit dan bumi. Inilah bagusnya metode pengajaran Nabi ﷺ. Beliau menjelaskannya secara lugas dan tuntas. Tidak membiarkan hal-hal yang dapat menimbulkan kesamaran atau kerancuan, melainkan akan beliau jelaskan. Tidak membiarkan pembahasannya menggantung, tapi beliau sampaikan secara rinci. Setelah beliau menjelaskan tentang keutamaan jihad, beliau beralih mendorong kaum muslimin untuk memiliki cita-cita yang tinggi. Yaitu memohon kepada Allah surga Firdaus. Tidak sekadar yang penting masuk surga, tapi berharap masuk surga yang paling tinggi.
Show all...
ILMU DAN RENUNGAN

#Renungan Tekad, Kemampuan dan Jam Apa jadinya bila jarum jam itu tetap di angka 7 dan 9 ? Yap, berarti jam itu telah rusak. Demikian gambaran tekad seorang. Terkadang sebenarnya dirinya berpotensi menggapai predikat tinggi, namun karena tekadnya lemah maka ia pun ridha dengan hasil pas-pasan. Seperti jarum jam, sebenarnya masih bisa naik ke angka 12, namun karena sudah rusak akhirnya berhenti di angka 7. Contohnya: seorang yang sebenarnya punya kemampuan menghafal Al-Qur'an satu lembar per-hari, namun karena tekad menghafalnya yang lemah, akhirnya merasa cukup dengan menghafal 3 baris ayat saja. Sangat disayangkan! Kawan! Bila mampu sampai naik ke angka 12, mengapakah mesti puas menetap di angka 7 ? Ingat-ingatlah! المؤمن عالي الهمة "Seorang mukmin itu memiliki tekad yang tinggi"

https://t.me/Fawaid_Arsip/323

"Dan di antara mereka ada yang mendengarkan bacaanmu (hai rasul), dan Kami telah menjadikan hati mereka tertutup (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan telinganya tersumbat. Dan kalaupun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya". Qs. Al-An'am: 25. Allah juga mengabarkan tentang orang-orang munafiq yang mereka ikut mendengarkan apa yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ, namun Allah mengunci hati mereka sehingga tidak dapat memahami apa yang disampaikannya. وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّسْتَمِعُ اِلَيْكَۚ حَتّٰىٓ اِذَا خَرَجُوْا مِنْ عِنْدِكَ قَالُوْا لِلَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ مَاذَا قَالَ اٰنِفًا ۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ طَبَعَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَاتَّبَعُوْٓا اَهْوَاۤءَهُمْ ۝ وَالَّذِيْنَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَّاٰتٰىهُمْ تَقْوٰىهم "Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu (hai Rasul), tetapi apabila mereka telah keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang yang telah diberi ilmu (sahabat-sahabat Nabi), "Apakah yang dikatakannya barusan?" Mereka itulah orang-orang yang dikunci hatinya oleh Allah dan mengikuti keinginannya. Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah akan menambah petunjuk kepada mereka dan menganugerahi ketakwaan mereka". Qs. Muhammad: 16-17. Dan di antara bentuk seorang terhalang dari ilmu adalah terhalang dari manfaat ilmu yang dimilikinya. Ini merupakan bencana bagi pemilikinya. Ia tahu ilmu, hafal ayat dan hadisnya, paham makna dan maksudnya, namun ia tidak diberi taufiq untuk mengamalkannya. Dan ini yang menimpa orang-orang Yahudi. Mereka tahu ilmu, tapi tidak mengamalkannya, sehingga mereka menjadi golongan yang dimurkai oleh Allah. Karena itu, semestinya kita tidak hanya memohon tambahan ilmu, tapi juga memohon ilmu yang bermanfaat. Seperti dalam doa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ; اللَّهمَّ إنِّي أسألُكَ عِلمًا نافعًا ورزقًا طيِّبًا وعملًا متقبَّلًا "Ya Allah, aku memohon kepadamu ilmu yang bermanfaat, rezki yang baik, dan amalan yang diterima" HR. Ibnu Majah 762. Atau; اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وارزقني عِلْمًا تنْفَعُنِي به "Ya Allah, berilah aku manfaat pada ilmu yang Engkau ajarkan. Ajarilah aku ilmu yang bermanfaat bagiku. Dan berilah aku rezki berupa ilmu yang Engkau memberiku manfaat dengannya". HR. Al-Hakim, lihat Ash-Shahihah karya Al-Albani no. 1351. Dan kita meminta perlindungan kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat. Di antara doa yang dipanjatkan oleh Rasulullah ﷺ adalah; اللهمَّ إنِّي أعوذُ بك من قلْبٍ لا يخشعُ ، و من دعاءٍ لا يُسْمَعُ ، و من نفْسٍ لا تشبعُ ، و من علْمٍ لا ينفعُ "Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari hati yang tidak khusyuk, dari doa yang tidak didengar, dari jiwa yang tidak pernah puas, dan dari ilmu yang tidak bermanfaat". HR. Abu Dawud, no. 1548. Allahu A'lam. https://t.me/Fawaid_Arsip
Show all...
ILMU DAN RENUNGAN

Merupakan chanel untuk menyimpan arsip-arsip faidah ilmiyyah Pemilik @Rozan_AL (Muqim di lingkungan sekitar Ma'had Anwarussunnah-Petanahan)

Dosa Sebab Terhalang dari Ilmu Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah meyebutkan dalam kitabnya (Ad-Dau Wad Dawa), di antara pengaruh buruk perbuatan dosa adalah terhalang dari ilmu. "Ilmu adalah cahaya yang Allah pancarkan dalam hati (hamba), sedang dosa itu akan memadamkan cahaya tersebut". Terangnya. Ibnul Qayyim lalu menyebutkan nasihat Imam Malik kepada Imam Syafi'i rahimahumallah ketika pertama kali keduanya bertemu. Imam Malik berkata, "Sungguh aku melihat bahwasannya Allah telah memancarkan cahaya dalam hatimu, maka jangan kamu padamkan cahaya itu dengan gelapnya dosa". Ibnul Qayyim rahimahullah juga menyebutkan salah satu syair Imam Syafi'i rahimahullah yang sangat masyhur. Berkata Asy-Syafi'i, شكوت إلى وكيع سوء حفظي ... فأرشدني إلى ترك المعاصي و قال اعلم بأن العلم فضل ... و فضل الله لا يؤتاه العاصي "Aku mengadukan kepada Waki' akan buruknya hafalanku, maka ia membimbingku untuk meninggalkan dosa. Beliau berkata, "Ketahuilah! Sesungguhnya ilmu adalah karunia, sedang karunia Allah itu tidaklah diberikan kepada pelaku dosa". Maka dosa itu memiliki pengaruh besar terhadap terhalanginya seorang dari mendapatkan ilmu. Dan keadaan seorang dalam terhalang dari ilmu itu bermacam-macam. Adakalanya ia melupakan ilmu yang sudah dipelajari. Berkata Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu'anhu, إن الرجل لينسى العلم الذي كان يعلمه بالخطيئة يعملها "Sungguh, seorang benar-benar melupakan ilmu yang sudah diketahuinya karena dosa yang dia lakukan". (Raudhatul Uqala) Karenanya, manakala kamu dapati dirimu kesusahan menghafal ilmu, maka perbanyaklah istighfar! Karena barangkali itu karena sebab dosa yang kamu perbuat. Dan meninggalkan dosa termasuk hal paling besar dalam membantu hafalan seorang, sebagaimana itu diungkapkan Imam Waki' ibnul Jarrah dalam syairnya Asy-Syafi'i di atas. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan, إن نسيان القرءان من الذنوب "Sesungguhnya melupakan Al-Qur'an itu dari dosa" (Majmu' Fatāwa 13/423) Ucapan beliau ini memiliki beberapa kemungkinan, di antaranya; Bahwa orang yang lupa terhadap ayat Qur'an yang sudah dihafalnya itu karena sebab dosa yang dilakukan. Dan ini seperti yang sedang dibahas di sini, bahwa orang terhalang dari ilmu adakalanya dengan dilupakan dari ilmu yang sudah diketahuinya. Kemungkinan kedua, bahwa orang yang sudah menghafal Al-Qur'an lalu dia lupa terhadap hafalannya maka itu termasuk dari perbuatan dosa. Namun ini kemungkinan yang lemah. Konsekuensi dari kemungkinan ini manusia tidak akan terlepas darinya. Karena lupa itu merupakan tabiat manusia. Wallahu A'lam, kalau lupanya itu karena menyengaja melupakan Al-Qur'an, dan mengabaikannya maka itu bisa termasuk dari dosa. Adapun kalau lupa karena sakit atau lemah ingatannya maka itu tidak dosa. Namun ia tetap dianjurkan berusaha menghafal Al-Qur'an dan menjaganya. Adapun hadits-hadits yang menunjukkan tentang dosa orang yang lupa hafalan Al-Qur'an, mayoritasnnya riwayat-riwayat yang lemah. Meski demikian, banyak kalam ulama yang mencela siapa yang menghafal Al-Qur'an lalu ia melupakannya. Kemungkinan ketiga, lupa dari beramal dengan Al-Qur'an. Dan inilah yang benar. Seperti dalam firman-Nya, قَالَ كَذٰلِكَ اَتَتْكَ اٰيٰتُنَا فَنَسِيْتَهَاۚ "Dia (Allah) berfirman, "Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu melupakannya". Qs. Thaha: 126. Yakni, lupa dari beramal dengan Al-Qur'an dan mengabaikannya. Dan di antara bentuk seorang terhalang dari ilmu adalah Allah mengunci mati hatinya sehingga tidak bisa memahami ilmu yang disampaikan. Hal ini seperti keadaan orang-orang musyrik. Allah kunci mati hati mereka sehingga ayat-ayat yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ tidak bermanfaat bagi mereka. Allah berfirman, وَمِنْهُم مَّن يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ ۖ وَجَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَن يَفْقَهُوهُ وَفِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَقْرًا ۚ وَإِن يَرَوْا۟ كُلَّ ءَايَةٍ لَّا يُؤْمِنُوا۟ بِهَا
Show all...
ILMU DAN RENUNGAN

Merupakan chanel untuk menyimpan arsip-arsip faidah ilmiyyah Pemilik @Rozan_AL (Muqim di lingkungan sekitar Ma'had Anwarussunnah-Petanahan)

Dua Sayap Orang Mukmin Allah ta'ala berfirman menyifati orang-orang beriman, تَتَجَافٰى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَّطَمَعًاۖ وَّمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka". Qs. As-Sajadah: 16. Di antara sifat orang mukmin adalah takut dan berharap. Keduanya ibarat dua sayap yang membantunya terbang tinggi laksana burung. Ibnul Qayyim rahimahullah menerangkan, "Hati itu dalam perjalanannya menuju Allah laksana burung; rasa cinta adalah kepalanya, sedang rasa takut dan harap adalah dua sayapnya. Manakala kepala dan sayapnya sehat, maka burung itu akan bagus terbangnya. Ketika kepala dipotong, maka matilah burung itu. Dan jika rusak kedua sayapnya, maka ia menjadi sasaran bagi para pemburu atau perusak". (Madarijus Salikin 1/514) Cinta kepada Allah merupakan faktor utama pendorong seorang untuk beribadah. Seberat apa ibadah itu, akan dirasa manis olehnya. Namun bila cinta sudah tiada, berat baginya beribadah. Bagaimana ia akan mendekat kepada Rabbnya, sedang dalam hati tak mencinta ?! Rasa harap juga demikian, menjadi motivasi ia untuk beramal. Rasa harapnya untuk dekat dengan Rabbnya, harapan mendapat rahmat dan ampunan-Nya, harapan selamat dari siksa-Nya, dan harapan dimasukkan surga-Nya itulah yang membuatnya terdorong untuk beramal. Ia jauhi sebab-sebab murka-Nya, dan mengorbankan waktu-waktunya, bahkan menjauhkan lambungnya dari pembaringan untuk memohon dan berharap mendapatkan apa yang diinginkannya; yaitu mendapat rahmat-Nya. Ketika sayap ini patah, tentu akan merusak motivasinya beramal. Bahkan menjadikannya putus asa dari rahmat-Nya. Dan itu dosa besar. Rasa takut pun demikian, menjadi alasan utama dia melakukan ketaatan. Karena takut akan siksa-Nya, takut akan murka-Nya, takut amalnya tertolak, takut bila tidak selamat dari neraka, takut terhalang dari masuk surga-Nya, membuatnya konsisten mengerjakan ketaatan dan memperbaikinya, dan ia berusaha menjauhi larangan-larangan-Nya agar tidak dimurka-Nya, dan tidak terhalang dari rahmat-Nya. Bila sayap ini patah, rusaklah keadaannya. Karena ia akan meremehkan titah dan perintah-Nya, serta berani menerjang larangan-Nya. Ia bisa terjatuh ke dalam dosa besar; merasa aman dari makar Allah. Ketiga perangai ini; rasa cinta, rasa harap, dan rasa takut saling berkaitan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ketiganya merupakan rukun ibadah. Bila hilang salah satunya, maka akan rusak ibadah tersebut. Berkata para salaf, "Siapa beribadah kepada Allah dengan rasa cinta saja, maka itu ibadahnya orang Shufi. Siapa beribadah kepada Allah dengan rasa harap saja, itu ibadahnya orang Murjiah. Dan siapa beribadah kepada Allah dengan rasa takut saja, itu ibadahnya orang Khawarij. Adapun ahlussunnah, mereka menggabungkan ketiga perkara ini". https://t.me/Fawaid_Arsip
Show all...
ILMU DAN RENUNGAN

Merupakan chanel untuk menyimpan arsip-arsip faidah ilmiyyah Pemilik @Rozan_AL (Muqim di lingkungan sekitar Ma'had Anwarussunnah-Petanahan)