cookie

We use cookies to improve your browsing experience. By clicking «Accept all», you agree to the use of cookies.

avatar

DAKWAH TAUHID & SUNNAH

Grup Ini Adalah Media Untuk Mendakwahkan Tauhid & Sunnah Bimbingan Tahsin & Tahfidz Online, Daftar Ke No.WA 0878-1991-3928. Grup Ini Dibuat Oleh Abu Umar Tgl 15-01-21

Show more
Advertising posts
3 753
Subscribers
-224 hours
-107 days
-6130 days

Data loading in progress...

Subscriber growth rate

Data loading in progress...

‼💥⛔ *SEMUA PUNYA DALIL* Tidak ada satu sekte sesat di muka bumi ini, yang menisbatkan dirinya kepada islam, kecuali mereka memiliki dalil Tidak ada satu bid’ah dari bid’ah yang dilakukan melainkan pelakunya mempunyai dalil, dari dhahir-dhahir ayat Al Qur’an atau sunnah Nabi _shallallahu ‘alaihi wasallam_ ‼Tatkala *Syi’ah* mengajak kepada imamnya yg dua belas, mengkafirkan para shahabat Nabi & istri-istri Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wasallam_, menghalalkan mut’ah, merekapun mempersembahkan dalil–dalil kepada ummat ‼Tatkala *Ahmadiyah* menyatakan bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi setelah Muhammad _shallallahu ‘alaihi wasallam_ maka merekapun mendatangkan dalil-dalilnya ‼Tatkala *liberal*, menyatakan Al Qur’an perlu direvisi, Al Qur’an yang ada sudah tidak sesuai dengan masa kini, homoseks diperbolehkan, pornoaksi & pornografi halal, maka merekapun tidak omong kosong, mereka mendatangkan dalil-dalilnya dari Al Qur’an & sunnah yang menguatkan pemahaman mereka ‼Tatkala sekelompok *Shufi*, dengan berbagai bid’ah mereka, bahkan sampai ada yang menyatakan *Allah dapat menyatu dengan mahluknya*, mereka juga menuliskan dalil-dalilnya dalam lembaran-lembaran buku yang banyak ⁉Terus apakah dengan mendatangkan dalil-dalil tersebut, mereka dapat melegalkan ajaran mereka, karena mereka bersandar kepada dalil-dalil dari Al Qur’an & sunnah ?? Kalau seperti itu, *akan dibawa kemana umat ini*, kalau ternyata semuanya memiliki dalil… ‼‼Bahkan *orientalis* yang mengatakan islam adalah agama bangsa arab, hadits bikinan para ulama’ dll, merekapun juga mendatangkan dalil dari Al Qur’an & sunnah Imam Syatibi _rohimahulloh_ berkata, _”Oleh karena itu, tidaklah kamu mendapati salah satu sekte dari sekte-sekte sesat atau tidak satu orangpun yang menyelisihi pendapatmu dalam hukum-hukum, baik itu furu’iah atau yang prinsipil, yang tidak mampu untuk berdalil atas kebenaran mazhabnya dengan dhohir-dhohir dalil…_ _Bahkan kami mendapati orang-orang fasik yang berdalil dalam perkara-2 kefasikan dengan dalil-dalil yang ia sandarkan kepada syariat yang suci…_ _Bahkan orang-orang nashrani menguatkan ajaran mereka dengan Al Qur’an…_ _Oleh karena itu selazimnya bagi yang mengkaji suatu dalil syar’i *untuk memperhatikan pemahaman orang-2 pertama (para sahabat) dan pengamalan mereka dengan dalil itu, karena itu lebih layak untuk menepati kebenaran & lebih lurus dalam berilmu & beramal*”_. 📚(Al Muwafaqat 3/288-289). Rasulullah _shallallahu’alaihi wasallam_ telah memberikan solusi tapi kadang berat hati ini untuk mengikutinya, karena sebagian hidup di lingkungan yang sudah turun-temurun meyakini hal itu.. atau karena termakan tulisan2 yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, disamping ilmu agama yang minim. Apa solusi itu…? *فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ* *_“Maka sungguh, siapa yang hidup di antara kalian akan menyaksikan perselisihan yang banyak, maka wajib hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah Al-Khulafa yg mendapat bimbingan & petunjuk, pegang eratlah sunnah itu & gigitlah dengan geraham-geraham kalian.”_* 📚(HR. Abu Dawud no. 4607 & At-Tirmidzi no. 2676) Maka demi kejayaan islam Demi persaudaraan islam Saatnya kita kembali kepada sunnah *Dalam urusan agama, cukuplah kita mengamalkan apa yang mereka amalkan*. Yang tidak, ya tidak perlu dibahas, tidak perlu dibikin ruwet *Kita terus meniti jalan mereka, sampai kita berjumpa dengan Allah* Insya Allah kita akan dihimpun bersama Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wasallam_ dan para sahabatnya آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ https://chat.whatsapp.com/FQQ7KUkSNLvEXhblJUtMwN 🌐 Sumber *Artikel* : https://bbg-alilmu.com ☕ Silahkan disebarkan, semoga anda mendapatkan bagian dari pahalanya. Aamiin ☕ Barakallah fikum. ✒ Ditulis oleh, Ustadz. Dr. Syafiq Riza bin Hasan bin Abdulah Qadir bin Salim Basalamah, MA حفظه الله تعالى ​✿🫘❁࿐❁✿​🫘✿❁࿐❁🫘✿
Show all...
13# DAKWAH SUNNAH- ABU UMAR

WhatsApp Group Invite

Ketiga, tidak berlebih-lebihan sehingga menjadi kebiasaannya dan meninggalkan apa yang Allah wajibkan kepadanya. Keempat, wanita tidak di depan lelaki non mahram. Kelima, hendaknya perkataannya tidak ada keyakinan yang merusak atau seronok atau buruk atau menyanjung perbuatan haram. Keenam, tidak dijadikan pekerjaan sehingga dikenal dengannya. Oleh Ristiyan Ragil Putradianto
Show all...
*🚫 Syubhat Penghalal Musik ♨️* https://chat.whatsapp.com/FQQ7KUkSNLvEXhblJUtMwN Yang paling berbahaya dari para da'i yang menghalalkan musik bukan produk akhir fatwanya berupa "halal" atau "boleh". Yang lebih berbahaya adalah cara mereka berdalil. Contoh, dikatakan: musik itu netral tergantung digunakan untuk apa, kalau untuk halal ya halal, untuk haram ya haram. Konsekuensi ucapan ini adalah, hal yang sama berlaku pada khamr, karena khamr juga bisa dipakai untuk hal yang bermanfaat pada penggunaan terbatas. Walhasil, khamr juga hukumnya tergantung dari tujuannya? Contoh lain, dikatakan: musik itu dilarang kalau melalaikan, kalau tidak melalaikan maka boleh. Dengan logika yang sama, khamr dilarang karena memabukkan. Jika minum sedikit dan tidak sampai mabuk, berarti boleh. Padahal Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda: ما أسكر كثيرُه فقليله حرام "Jika banyaknya memabukkan, maka sedikitnya pun haram" Ada lagi cara berdalil dengan memaknai musik dengan seenaknya semisal "musik itu ada di setiap kehidupan kita, suara2 yang berirama semuanya musik", atau semisal "musik itu sama dengan syair, jadi tergantung dipakai untuk tujuan apa", dst. Mereka mengarang indah tanpa melihat definisi yang dijelaskan para ulama tentang apa itu ma'azif, lahwun, dan semisalnya. Ceramah2 mereka kering dari firman Allah, hadits Nabi, qaul ulama, dan kaidah ushul. Begini sajalah, memang hal-hal yang haram itu menggoda. Tidak usah kita pungkiri, kalau kita mendengar musik, kita cenderung menikmatinya. Sama seperti kita menikmati pandangan haram, pembicaraan haram, dll. Tapi karena kita tahu itu tidak boleh, ya kita harus akui. Jangan cari pembenaran karena belum bisa meninggalkan. Apalagi sampai cari teman dengan berfatwa tanpa ilmu. Baca juga https://islamqa.info/id/answers/171894/perbendaan-antara-nyanyian-dan-musik-serta-hukum-masing-masing https://almanhaj.or.id/12559-haramnya-musik-2.html *Pengertian musik (Ma’azif) dan macam-macamnya* Ma’azif (musik) adalah alat yang melalaikan ia digunakan dengan nyanyian. Berbeda macam-macamnya mengikuti zaman yang digunakan. Dibuat –seringkali- dahulu dan sekarang dari senar, pelepah dan kulit. Fairuz Abadi mengatakan, “Ma’azif adalah yang melalaikan seperti kayu dan mandolin. Aazif adalah pemainnya dan yang menyanyi (penyanyi). (Qamus Muhith, 1082) Ma’azif adalah permainan yang ditabuh seperti kecapi, mandolin, rebana dan lainnya. Dalam hadits Ummu Zar’I (Ketika kami mendengarkan suara musik, kami yakin dia akan binasa. ‘Azif adalah pemainnya begitu juga penyanyi. (Tajul Arus, 1/6022). *Riwayat yang ada tentang Ma’azif:* Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu anhu berkata, Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda: لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ (رواه البخاري في كتاب الأشربة معلقا مجزوماً بصحته ، وقد وصله البيهقي في السنن، 3/272) “Akan ada dari umatku suatu kaum yang akan menghalalkan zina dan sutera. Khamar dan nyanyian.” (HR. Bukhari di Kitab Asyribah secara mu’allaq dan dikuatkan keshahihannya. Baihaqi di Sunannya, 3/272 dan Ath-Thabrani di Mu’jamul Kabir, 3/319, Ibnu Hibban dalam Ash-Shahihnya, 8/265, 266, dinyatakan shahih oleh Ibnu Qoyim dalam Tahzibus Sunan, 5/270-272. Al-Hafiz Ibnu Hajar di ‘Fath, 10/51) *Riwayat yang ada tentang nyanyian.* Dari Anas bin Malik radhiallahu nahu berkata, “Dahulu Nabi sallallahu alaihi wa sallam mempunyai seorang pelantun dan dia namakan ‘Anjasyah’. Dia orang yang bagus suaranya. Beliau mengatakan kepadanya, رُوَيْدَكَ يَا أَنْجَشَةُ لَا تَكْسِرْ الْقَوَارِيرَ “Turunkan suaramu wahai Anjasyah, jangan membuat kaum wanita terpikat.” Qatada berkata, “Maksud (qowarir) adalah kaum wanita yang gemulai.” (HR. Bukhari, no. 5857 dan Muslim, no. 2323). *Nyanyian yang mubah itu sesuai dengan syarat, yaitu:* Pertama, bebas dari peralatan yang melalaikan dan nyanyian. Kedua, tidak menyerupai orang fasik lelaki dan wanita dari kalangan penyanyi lelaki dan wanita.
Show all...
13# DAKWAH SUNNAH- ABU UMAR

WhatsApp Group Invite

👍 1
🔰 *UNTUK NUZUL, POJOK KIRI KANAN ATAS.* https://chat.whatsapp.com/FQQ7KUkSNLvEXhblJUtMwN Pak Adi Hidayat, jangan kebanyakan retorika muter-muter dan logika. Islam itu mudah dan mudah dipahami, yang sulit itu kalau sudah tercampur dengan hawa nafsu dan syubhat. . Nuzul dalam bahasa artinya turun, yah sudah imani dan tetapkan sebagaimana makna hakikinya yaitu turun NAMUN jangan ditakwil, jangan pula dibayangi bagaimana (Kaif) Nuzulnya Allah di 1/3 malam dan jangan pula digambarkan bagaimana (Kaif) Nuzulnya Allah di 1/3 malam. . Itulah Aqidah Ahlu Sunnah. Itulah Aqidah Para Salaf. . Ibnu Katsir rahimahullah (wafat 774 H) berkata, . “Yaitu dengan membiarkannya (mengimani) seperti apa adanya, tanpa adanya takyif (mempersoalkan kaifiyyahnya/hakikatnya), tasybih (penyerupaan) dan ta’thil (penolakan).” . - Tafsir al-Qur’an al-Karim Ibnu Katsir III/392 . Yang dimaksud oleh Ibnu Katsir rahimahullah “membiarkan seperti apa adanya.” adalah seperti yang diucapkan oleh Para Imam Ahlu Sunnah yaitu Al-Auza’i rahimahullah, Sufyan at-Tsauri rahimahullah dan Malik bin Anas rahimahullah, ketika ditanya tentang hadits-hadits dan ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, . “Jalakanlah ayat-ayat tersebut sebagaimana datangnya tanpa bentuk atau cara.” . - Al-Lalika’i, Syarh Ushul I’tiqad Ahlu Sunnah Wal Jama’ah no. III/930. Lihat Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari, XXXVI/553 . Begitu juga perkataan Sufyan bin Uyainah rahimahullah (wafat 198 H) mengatakan, . “Setiap yang Allah sifatkan kepada Diri-Nya di dalam Al-Qur’an maka penafsirannya adalah tilawahnya (bacaannya) dan mendiamkannya (tidak menguraikannya).” . - Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari, XXXVI/552 . Al-Lalika’i rahimahullah (wafat 416 H) menyandarkan riwayat kepada Muhammad bin Al Hasan Asy-Syaibani (wafat 189 H) rahimahullah, ia mengatakan, . “Semua ahli fikih dari Timur dan Barat telah sependapat, bahwa mengimani Al-Qur’an dan As-Sunnah (hadits) yang berasal dari periwayat Tsiqah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai sifat Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah tanpa menyerupakan (tasybih) dan tanpa menafsirkan (takwil). Barangsiapa yang menafsirkan sesuatu darinya dan mengatakan pendapat Jahm, berarti dia telah keluar dari apa yang dianut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Para Sahabatnya serta telah memisahkan diri dari jama’ah kaum muslimin.” . - Ibnu Taimiyyah, Majmu Fatawa, V/50 dan Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari, XXXVI/553 . Ibnu Katsir rahimahullah (wafat 774 H) berkata, . “Jalan yang paling selamat dalam hal tersebut adalah Manhaj Salaf, yaitu menetapkan apa yang terdapat didalam Al-Qur’an dan Sunnah (al-Hadits) tanpa takyif (menanyakan bagaimana), tahrif (penyimpangan), tasybih (penyerupaan), ta’thil (penolakan) dan tamtsil (persamaan).” . - Tafsir al-Qur’an al-Karim Ibnu Katsir V/370 . Oleh Ustadz Atha bin Yussuf (FB : Atharasyid Nugraha).
Show all...
13# DAKWAH SUNNAH- ABU UMAR

WhatsApp Group Invite

1
*🔰 JANGAN PERNAH TERKESAN DENGAN ORANG YANG PANDAI DAN HAFAL ALQUR'AN , SEBELUM DILIHAT AQIDAHNYA, MANHAJNYA DAN ISTIDLALNYA.* .https://chat.whatsapp.com/FQQ7KUkSNLvEXhblJUtMwN Buat para muqalidnya yang katanya yang diikuti itu hafal letak ayat Al Qur'an atau hadits pojok kiri kanan atas. . Jangan pernah terkesan sekali pun dengan orang yang hafal Al Qur'an bahkan hingga di luar kepala sekalipun, sebelum melihat dan menimbang bagaimana Aqidahnya, Manhaj (metode beragama) nya dan Istidlal (pengambilan hukum) nya, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menyatakan bahwa, . أَكْثَرَ مُنَافِقِي أُمَّتِي قُرَّاؤُهَا . "Sesungguhnya golongan munafik dari umatku paling banyak terdapat dari para pembacanya (Ahli Qur'an)" . HADITSNYA : . Telah menceritakan kepada kami Ali bin Ishaq : telah menceritakan kepada kami Abdullah yaitu Ibnul Mubarak : telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Syuraih Al Ma'arifi : telah menceritakan kepada kami Syurahbil bin Yazid dari Muhammad bin Huddayyah dari Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, . أَكْثَرَ مُنَافِقِي أُمَّتِي قُرَّاؤُهَا . "Sesungguhnya golongan munafik dari umatku paling banyak terdapat dari para pembacanya (Ahli Qur'an)." . - HR. Ahmad no. 6344, 6345, dan 6348. Lafazh dan sanad no. 6348. Ash Shahihah no. 750 . Telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id : telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah : telah menceritakan kepada kami Misyrah dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, . "Kebanyakan orang munafik dari umatku adalah orang-orang yang pandai dalam membaca Al-Qur'an." . - HR. Ahmad no. 16727 dan 16769. Lafazh dan sanad di atas no. 16727. Shahihul Jami, III/62 dan Ash Shahihah no. 750 . Yang salah satu syarah (penjelasan) nya dari hadits tersebut adalah . Para Qura (pembaca dan penghafal Al Qur’an) itu hanya sekedar mengejar memperbagus suara bacaannya dan sekedar menghafalnya saja AKAN TETAPI ia MENTAKWILKAN, MENYELEWENGKAN SERTA MERUBAH AYAT-AYAT yang dibacanya kepada makna yang tidak sesuai dengan apa yang dimaksud demi mengikuti hawa nafsunya dan mereka meletakkan ayat-ayat Allah bukan pada tempatnya jika tidak sesuai dengan hawa nafsunya. Ini juga merupakan sifat kemunafikan yang menuhankan hawa nafsunya. . Al Munawi rahimahullah (wafat 1031 H) berkata, . “Maksudnya para Qura (pembaca Al Qur’an) itu menta’wil ayat yang dibacanya kepada maksud yang tidak sesuai dengan apa yang dimaksud. Mereka meletakkan ayat bukan pada tempatnya, atau mereka membaca atau menghafal Al Qur’an hanya sekedar pura-pura, yaitu untuk menyelamatkan diri padahal batinnya bertentangan.” . - Faidh Al Qadir, II/80-81 . Baca yang jelas : menakwilkan, menyelewengkan dan merubah ayat-ayat. Lantas bagaimana dengan Surah Asy Syu'ara' diselewengkan menjadi Surah Musik? . Masih mau membela? Apa sudah buta? . Oleh Ustadz Atha bin Yussuf ( FB : Atharasyid Nugraha).
Show all...
13# DAKWAH SUNNAH- ABU UMAR

WhatsApp Group Invite

1
Show all...
Hukum Wasilah (Tawassul) | Almanhaj

Kelima puluh empat: HUKUM WASILAH (TAWASSUL) Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Al-Wasilah (اَلْوَسِيْلَةُ) secara bahasa (etimologi) berarti segala hal yang dapat menyampaikan serta dapat mendekatkan kepada sesuatu. Bentuk jamaknya adalah[1] wasaa-il (وَسَائِلٌ). Al-Fairuz Abadi mengatakan tentang makna “ وَسَّلَ إِلَى اللهِ تَوْسِيْلاً”: “Yaitu ia mengamalkan suatu amalan yang dengannya ia dapat mendekatkan diri

Ⓜ️𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐃𝐚𝐤𝐰𝐚𝐡 𝐒𝐮𝐧𝐧𝐚𝐡 https://chat.whatsapp.com/FQQ7KUkSNLvEXhblJUtMwN *Bismillah* 🔰🌈 *TAWASSUL DENGAN ORANG MATI* Pertanyaan. Ada beberapa wasilah yang saya ketahui, yaitu wasilah dengan amal shalih, nama-nama dan sifat-sifat Allah, dan wasilah dengan minta didoakan kepada (Allah, oleh-Red) orang lain yang masih hidup. Namun saya mendengar ada yang berwasilah dengan orang yang sudah meninggal dunia. Mereka beralasan dengan hadits: 1. إِذَا تَحَيَّرْتُمْ فِيْ اْلأُمُوْرِ فَاسْتَعِيْنُوْا مِنْ أَهْلِ الْقُبُوْرِ . كَذَا فِي الْبَهْجَةِ السُّنِّيَّةِ للشَّيْخِ مُحمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الْجَانِي ص 2. مَنْ زَارَ قَبْرِي وَجَبَتْ لَهُ شَفَاعَتِي (رواه الطبْرانِي و غيره من حديث عمر 3. مَنْ جَاءَنِي زَائِرًا لاَ يَعْمَلُ إِلاَّ زِيَارَتِي كَانَ حَقًّا عَلَيَّ أَنْ أَكُوْنَ لَهُ شَفِيْعُا يَوْمَ الْقِيَامَةِ. صححه ابن السكن واطل ثُمَّ قال: وَ أَوَّلُ مَنْ تَشَفَّعَ بِهِ آدَم  لَمَّا خَرَجَ مِنَ الْجَنَّةِ وَ قَالَ لَهُ جَلَّ جَلاَلُهُ : لَوْ تَشَفَّعْتَ إِلَيْنَا بِمُحَمَّدٍ فِي أَهْلِ السَّمَاوَاتِ وَِ الأَرْضِ لَشَفَعْنَاكَ. قَالَ القَاضِي عِيَاض: وَحَدِيْثُ الشَّفَاعَةِ بَلَغَ التَّوَاتُرَ Selain tersebut di atas, orang juga berdalil dengan: 1. Do’a Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sholat hajat, اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَ أَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيْكَ مُحَمَّدٍ نَبِيِ الرَّحْمَةِ يَامُحَمَّدُ إِنِّي أَتَوَجَّهُ بِكَ إلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي لِتَقْضِيَ (رواه الترمذي و النساء و ابن ماجه و الحاكم فِي الْمستدرك) وفِي لفظ آخر: اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَ أَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيْكَ نَبِيِ الرَّحْمَةِ يا مُحَمَّدُ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنِّي أَتَوَسَّلُ بِكَ إِلىَ رَبِّكَ فِي حَاجَتِي لِيَقْضِيَهَا لِي اَللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ 2. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam أَسْمَعُ صَلاَةَ أَهْلِ مَحَبَّتِي وَ أَعْرِفُهُمْ و تعرض على صلاة أَسْمَعُ صَلاَةَ أَهْلِ غَيْرِهِمْ عرضا حِيْنَمَا قِيْلَ لَهُ أَرَأَيْتَ صَلاَةَ الْمُصَلِّيْنَ عَلَيْكَ مِمَّنْ غَابَ عَنْكَ وَ مَنْ يَأْتِ بَعْدَكَ, مَا حَالُهُمَا عِنْدَكَ 3. Dishahihkan dalam Haditsnya Imam Malik bahwasanya Bilal bin Harits Radhiyallahu ‘anhu ziarah ke kuburan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di situ beliau berdo’a: يَا رَسُوْلَ اللهِ اِسْتَسْقِ لِأُمَّتِكَ فإِنّهُمْ هَلَكُوْا Kemudian Bilal tidur dan bermimpi didatangi oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berkata: “Hai Bilal, Insya Allah umatku akan diberikan hujan” ketika Bilal terjaga, hujan sudah turun. Hal ini sesuai dengan Hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَمَثَّلُ بِي. رواه أبو هريرة 4. Diceritakan dari shahabat Abil Jauza’ Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Penduduk Madinah mengalami paceklik, kemudian mereka mengadu kepada Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dia berkata: “Hai penduduk Madinah, kalian lihatlah kuburan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, buatlah jendela di atasnya sehingga antara kuburan dan langit tidak ada penghalang” Kemudian penduduk Madinah melaksanakannya, tidak beberapa lama kemudian hujanpun turun. Sehingga tahun tersebut disebut dengan ‘aamul fathi [HR. Ad-Darami dalam Shahihnya] 5. Tersebut dalam kitab Al Mawahib Al-Laduniyah karya Imam Qasthalani: “Ada seorang Arab mendatangi kubur Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil berdiri ia berdo’a: اَللَّهُمَّ إِنَّكّ أَمَرْتَ بِعِتْقِ الْعَبْدِ وَهَذَا حَبِيْبُكَ وَ أَنَا عَبْدُكَ فَأَعْتِقْنِي مِنَ النَّارِ عَلَى قَبْرِ حَبِيْبِكَ. فَهَتَفَ هَاتِفٌ يَا هَذَا تَسْأَلُ الْعِتْقِ لَكَ وَحْدَكَ, هَلاَّ تَسْأَلُ الْعِتْقَ لِجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ , اِذْهَبْ فَقَدْ أَعْتَقْتُكَ 6. Ibnu Hajar berkata dalam kitab Al-Khairaat Al-Hisaan, di dalam manakib Abi Hanifah An-Nu’maan *Baca Selengkapnya :* https://almanhaj.or.id/2757-tawassul-dengan-orang-mati.html *Barakallahu Fiikum* ❤️🔰..........................✍️
Show all...
13# DAKWAH SUNNAH- ABU UMAR

WhatsApp Group Invite

1
Ⓜ️𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐃𝐚𝐤𝐰𝐚𝐡 𝐒𝐮𝐧𝐧𝐚𝐡 https://chat.whatsapp.com/FQQ7KUkSNLvEXhblJUtMwN *Bismillah* 🔰🌈 *TAWASSUL BID’AH DAN TAWASSUL YANG DISYARIATKAN* Pertanyaan Saya ingin bertanya tentang tawassul. Saya tahu bahwa orang yang meminta tawassul (perantaraan) dari kuburan atau meminta kepada orang mati adalah doa kepada selain Allah, dan itu tidak benar. Akan tetapi ada orang bilang, tetapi apa salahnya saya meminta doa kepada orang shalih yang masih hidup? Dengan begitu, apa salahnya pula meminta doa itu darinya sesudah dia meninggal dunia? Bagaimana saya menjawab sanggahan saudara saya itu? Tawassul bagaimana yang dibolehkan? Dan tawassul bagaimana yang tidak dibolehkan? Jawaban Alhamdulillah. Tawassul secara bahasa artinya mendekatkan diri. Di antaranya dalam firman Allah: يَبْتَغُوْنَ اِلٰى رَبِّهِمُ الْوَسِيْلَةَ  “dan memohon wasilah untuk mendekatkan diri kepada Rabb mereka.” Tawassul dibagi menjadi dua: Tawassul yang disyariatkan, dan tawassul yang dilarang. Tawassul yang Disyariatkan: Mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan yang Dia cintai dan Dia ridhai berupa ibadah-ibadah yang wajib dan sunnah, baik berupa ucapan, perbuatan atau keyakinan. Bentuknya bisa bermacam-macam: Pertama : Ber-tawassul kepada Allah dengan Asma dan Shifat-Nya. Allah berfirman: وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ وَذَرُوا الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اَسْمَاۤىِٕهٖۗ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ۖ “Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna itu dan tinggalakanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.“[Al-A’raaf/7 : 180] Caranya, seorang hamba ketika berdoa kepada Allah, terlebih dahulu menyebutkan nama-Nya yang sesuai dengan permintaannya; seperti menyebutkan nama Yang Maha Pengasih (Ar-Rahmaan), ketika ia meminta belas kasihan; atau menyebut nama Yang Maha Pengampun (Ghafuur), ketika memohon ampunan, dan sejenisnya. Kedua: Bertawassul kepada Allah dengan iman dan tauhid. Allah berfirman: رَبَّنَآ اٰمَنَّا بِمَآ اَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُوْلَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشّٰهِدِيْنَ Ya Rabb kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)  [Ali Imraan/3: 53] Ketiga: Bertawassul dengan amal shalih. Yakni dengan cara seorang hamba memohon kepada Rabb melalui amalan paling ikhlas yang pernah dia lakukan, yang bisa diharapkan, seperti shalat, puasa atau membaca Al-Qur’an, atau kesuciannya dalam menjaga diri dari maksiat dan sejenisnya. Di antaranya seperti yang disebutkan dalam hadits Al-Bukhari dan Muslim tentang kisah tiga orang yang masuk gua, tiba-tiba pintu gua tertutup oleh batu besar. Lalu mereka berdoa kepada Allah dengan menyebutkan amalan-amalan mereka yang paling diharapkan pahalanya.   *Baca Selengkapnya :* https://almanhaj.or.id/3858-alasan-berdoa-kepada-orang-yang-telah-mati-dan-bantahannya.html *Barakallahu Fiikum* ❤️🔰..........................✍️
Show all...
13# DAKWAH SUNNAH- ABU UMAR

WhatsApp Group Invite

1
https://youtu.be/bN4JZ1jJ9aM?si=4pEjUPyHe2FlRyYM *Para Ustadz Menjawab Syubhat, Ambil Baik nya, Buang Buruknya*
Show all...
Para Ustadz Menjawab Syubhat : Ambil Baiknya,Buang Buruknya

1
🍃 *ANTARA KEMULIAAN DAN RECEHAN*🍃 https://chat.whatsapp.com/FQQ7KUkSNLvEXhblJUtMwN BBG AL ILMU 🌴🌴🌴 Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ اللهَ كَرِيْمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ وَمَعَالِيَ اْلأَخْلاَقِ وَيُبْغِضُ سِفْسَافَهَا. “Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai kedermawanan dan akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang rendah/hina..” HR. Al-Hakim (I/48), Dishohihkan oleh al-Hakim dan disetujui oleh adz-Dzahabi, lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shohiihah (no. 1378). 🌴🌴🌴 Diantara kandungan faidah hadits ini adalah petunjuk untuk bersemangat untuk melakukan perkara-perkara yang tinggi dan besar dalam urusan agama dan urusan dunia dan menjauhi urusan-urusan yang receh dan rendah.. ⏺️Sebagai umat Nabi kita berusaha terus dekat dengan al-Qur’an, membaca, dan menghapalkannya ⏺️ikuti acara-acara yang bermanfaat ⏺️hindari menonton hal-hal yang kurang manfaat, semisal, acara makannya youtuber fulan/fulanah, atau tiktoker fulan/fulanah, mereka pergi kemana, liburan dimana, makan apa, minum apa, kenapa fulan atau fulanah cerai, dst.. 🌴🌴🌴 Hidup kosong, perhatian terhadap hal-hal recehan .. apakah kita dicipta untuk hal ini..? Siapkanlah bekal yang baik untuk alam kubur kita dan untuk Akhirat kita.. Penulis, Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, حفظه الله تعالى =====🌴🌴🌴🌴🌴=====
Show all...
13# DAKWAH SUNNAH- ABU UMAR

WhatsApp Group Invite

1