Kenapa mesti kembali ke pondok
Dalam riwayat Ahmad (2/260), Muslim (2822), dan At-Tirmidzi (2559). Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda;
ุญูููุช ุงูุฌูุฉ ุจุงูู
ูุงุฑุญ
"Surga itu diliputi dengan hal-hal yang tak mengenakkan".
Agar lebih memahami dan mendalami hadits tersebut. Ada beberapa pepatah arab tentangnya. Diantaranya..
ุชุฑูุฏูู ุฅุฏุฑุงู ุงูู
ุนุงูู ุฑุฎูุตุฉ
ููุง ุจุฏ ุฏูู ุงูุดูุฏ ู
ู ุฅุจุฑ ุงููุญู
"Kamu kerap ingin mendapatkan kemuliaan secara murah... Padahal pengambil madu harus merasakan sengatan lebah".
Ada pula..
ูุง ุชุญุณุจ ุงูู
ุฌุฏ ุชู
ุฑุง ุฃูุช ุขููู
ูุง ุชุจูุบ ุงูู
ุฌุฏ ุญุชู ุชูุนู ุงูุตุจุฑุง
"Jangan kamu sangka bahwa kemuliaan itu seperti kamu makan kurma... Kamu tidak akan mencapai kemuliaan sampai kamu menelan brotowali (tanaman obat yang pahit)."
Maka demikian juga-lah ilmu. Sering terdengar bahwa
"ilmu itu manis lagi membawa kemuliaan". Namun tidak sedikit pula yang ragu akan hal itu. Karena tak kunjung merasakan manisnya dan mendapatkan kemuliaannya.
Pertanyaannya adalah;
"Sudahkah kamu berani lelah untuk merasakan manisnya dan menggapai kemuliaannya".
Kemuliaan tidak ada yang murah.
Pengen manisnya madu-pun harus berani tersengat lebah.
Kemuliaan tidak ada yang mudah.
Pengen harumnya mawar-pun harus berani tertusuk duri.
Kemuliaan itu tidak sama hal-nya seperti makan kurma.
Kemuliaan itu harus berani menelan pahitnya perjuangan.
Maka masyhur sekali ungkapan Yahya bin Abi Katsir rahimahullah tentang thalabul ilmi..
ูุง ูุณุชุทุงุน ุงูุนูู
ุจุฑุงุญุฉ ุงูุฌุณู
"Ilmu itu tidak akan didapatkan dengan jasad yang santai".
Kemuliaan ilmu tidak akan diperoleh dengan badan yang tak mau di tempa.
Oleh karena inilah
"Kenapa mesti kembali ke pondok". Karena kemuliaan ilmu butuh perjuangan.
Para Imam Salaf-pun memberikan wejangan tentangnya. Diantaranya adalah Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah yang mengatakan;
ุญู ุนูู ุทูุจุฉ ุงูุนูู
ุจููุบ ุบุงูุฉ ุฌูุฏูู
ูู ุงูุงุณุชูุซุงุฑ ู
ู ุนูู
ู ูุงูุตุจุฑ ุนูู ูู ุนุงุฑุถ ุฏูู ุทูุจู ูุฅุฎูุงุต ุงูููุฉ ููู ุชุนุงูู ูู ุฅุฏุฑุงู ุนูู
ู ูุตุง ูุงุณุชูุจุงุทุง ูุงูุฑุบุจุฉ ุงูู ุงููู ูู ุงูุนูู ุนููู
"Benar, seorang santri harus mecurahkan puncak segala upayanya didalam memperbanyak keilmuaannya. Harus sabar menghadapi setiap penghalang yang ada. Harus ikhlas karena Allah ta'ala di segenap aktifitas thalabul ilminya. Dan harus sangat berharap kepada Allah akan pertolongan-Nya."
Dan hal ini bukan hanya di tutur Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah. Namun beliau benar-benar menerapkannya. Sebagaimana kata murid beliau yang bernama Ar-Rabi' bin Sulaiman rahimahullah. Beliau menuturkan;
ูู
ุฃุฑ ุงูุดุงูุนู ุฑุญู
ู ุงููู ุขููุง ุจููุงุฑ ููุง ูุงุฆู
ุง ุจููู ูุงุณุชุบุงูู ุจุงูุชุตููู
"Tidaklah aku melihat Asy-Syafi'i makan di siang harinya. Tidak pula tidur di malam harinya. Karena beliau sibuk dengan menulis ilmu".
Ini kiasan.. Akan betapa luar bisanya pengorbanan dari Al-Imam Asy-Syafi'i dalam menuntut ilmu. Lantas beliau-pun menyandang kemuliaan ilmu.
Oleh karena inilah
"Kenapa kita mesti kembali ke pondok". Yaitu karena ilmu dan kemuliaan ilmu sangatlah membutuhkan perjuangan.
Dan ternyata obat lelah dari thalabul ilmi-pun adalah ilmu itu sendiri. Sebagaimana dituturkan oleh Ibnu Jama'ah Al-Kinani rahimahullah;
ููุง ูุถูุน ุดูุก ู
ู ุฃููุงุช ุนู
ุฑู ูู ุบูุฑ ู
ุง ูู ุจุตุฏุฏู ู
ู ุงูุนูู
ูุงูุนู
ู ุฅูุง ุจูุฏุฑ ุงูุถุฑูุฑุฉ ู
ู ุฃูู ุฃู ุดุฑุจ ุฃู ููู
ุฃู ุงุณุชุฑุงุญุฉ ูู
ูู ุฃู ุฃุฏุงุก ุญู ุฒูุฌุฉ ุฃู ุฒุงุฆุฑ ุฃู ุชุญุตูู ููุช ูุบูุฑู ู
ู
ุง ูุญุชุงุฌ ุฅููู ุฃู ูุฃูู
ุฃู ุบูุฑู ู
ู
ุง ูุชุนุฐุฑ ู
ุนู ุงูุงุดุชุบุงู ูุฅู ุจููุฉ ุนู
ุฑู ุงูู
ุคู
ู ูุง ููู
ุฉ ูู ูู
ู ุงุณุชูู ููู
ุงู ููู ู
ุบุจูู ููุงู ุจุนุถูู
ูุง ูุชุฑู ุงูุงุดุชุบุงู ูุนุฑูุถ ู
ุฑุถ ุฎููู ุฃู ุฃูู
ูุทููุ ุจู ูุณุชุดูู ุจุงูุนูู
"Seorang santri. Janganlah ia mengumbar umurnya di selain kesibukan ilmu dan amal. Sehingga jadi hal yang sia-sia. Kecuali yang darurat, itu-pun sekedarnya seperti makan, minum, tidur, istirahat, memenuhi hak istri atau orang lain, berkunjung ke sanak famili, cari nafkah, sakit, dan lain sebagainya. Karena sungguh umur seorang mukmin tiada bandingannya (sangat mahal). Dan siapapun yang menyimpuhkan hari-nya maka dialah yang tertipu. Bahkan sebagian santri haruslah berani tidak meninggalkan ilmu saat hanya sakit ringan. Itupun ilmu adalah obatnya."
๐ Abu Ruhma Rahmat
https://t.me/faedahislamiyahslogohimo
https://t.me/Arsip_Abu_Ruhma/1692