cookie

We use cookies to improve your browsing experience. By clicking «Accept all», you agree to the use of cookies.

avatar

Inspirasi Perjalanan

Inspirasi Perjalanan

Show more
Advertising posts
801
Subscribers
No data24 hours
-27 days
-630 days

Data loading in progress...

Subscriber growth rate

Data loading in progress...

PEMBINAAN BA'DA RAMADHAN Nutrisi yang ketiga dari pembinaan Ramadhan adalah semakin merasakan keterikatan dengan "langit". Ingatlah malam² khususnya di asyrul awakhir. Malam² yang syahdu. Tatkala semua hati yang memiliki iman terkait dengan kepadatan dan keagungan surah al-Qadr. Berharap mendapat malam mulia itu. Mentadabburi ayat², saat alQur'an turun dari "langit" malam itu. AlQuran petunjuk, hidayah, yang menenangkan, yang menguatkan, obat, cahaya, ayat² yang menakjubkan. Ada pula ayat, yang membuat jiwa merasakan kehadiran makhluk² langit, turun menyesakkan bumi ini hingga menjadi sempit, termasuk Jibril. Malaikat turun untuk mengatur urusan² bumi ini, biidzni rabbiha. Rasulullah ﷺ ternyata juga punya kebiasan tersebut. Dalam beberapa riwayat, disebutkan Rasulullah menatap langit ketika sedang di rumah. Setiap kali melakukan hal tersebut, Rasulullah membaca doa sebagaimana hadits diriwayatkan Imam At Thabrani dari Masruq, dari Aisyah RA. سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ اَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ Maha Suci Engkau, ya Allah, dengan memuji-Mu, aku mohon ampunan-Mu dan bertobat kepada-Mu." Dalam Alquran, penciptaan langit selalu didahulukan sebelum menyebut penciptaan bumi.  أَوَلَمْ يَنظُرُوا۟ فِى مَلَكُوتِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَمَا خَلَقَ ٱللَّهُ مِن شَىْءٍ وَأَنْ عَسَىٰٓ أَن يَكُونَ قَدِ ٱقْتَرَبَ أَجَلُهُمْ ۖ فَبِأَىِّ حَدِيثٍۭ بَعْدَهُۥ يُؤْمِنُونَ "Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, (QS al-A'raf: 185). Menatap langit artinya menyaksikan salah satu tanda kebesaran, keperkasaan, dan kekuasaan Allah. Syaikh Abdul Aziz Ath-Tharifi mengatakan bahwa menatap langit termasuk ibadah sunnah. Namun sayangnya, sedikit sekali orang yang mengerjakan ibadah yang tergolong mudah untuk diamalkan ini. Dalam kitab at-Tafsir wal Bayan, beliau menjelaskan beberapa hikmah menatap langit diantaranya: ▪︎Tafakkur, tadabbur, dan i'tibar agar mendapatkan ilham atau inspirasi. ▪︎Menunjukkan kefaqiran diri dihadapan keMahabesaran Allah, betapa kecilnya kita, lebih kecil dari partikel pasir di pantai. ▪︎Menumbuhkan jiwa yang selalu optimis, tidak rendah diri atau takut pada kebesaran kerajaan atau kekuatan bathil, ▪︎Bertambahnya keimanan pada Allah yang Maha Gagah dan Maha Kaya. إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ، كَمَا تَرَوْنَ هَذَا القَمَرَ، لاَ تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ “Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian (pada hari kiamat), sebagaimana kalian melihat bulan ini (purnama). Kalian tidak berdesak-desakan ketika melihat-Nya” (HR. Bukhari, Muslim). Ikhwah sekalian, inilah diantara renungan kami saat menikmati aysrul awakhir Ramadhan lalu. Tentang langit, yang kelak ruh ini berpisah dari jasad akan dibawa malaikat ke langit, dan semoga langit kelak menjadi harum dengan datangnya ruh ini. Membuat viral langit. Karena amal² sholeh, amal² jariyah, ketaatan, perjuangan dan pengorbanan saat di bumi, terbiasa mencari solusi² bumi dari langit. Bukannya mata yang tertuju hampir seharian ke perhiasan dan godaan bumi. Bukan pula habis waktu ke gadget. Kecuali semua itu membuat kita tersungkur pada kebesaran Allah, Sang Pencipta langit dan bumi. Watak bumi, orang² berdesak²an demi harta, jabatan, kursi, pengaruh, dll. Tapi menatap langit tak pernah orang berdesakan. Wallaahu a'lam.
Show all...
PEMBINAAN BA'DA RAMADHAN. ■□□□□□□□□□□□□□□□□■ Masih terasa kesejukan, kesyahduan, dan kekhusyu'an Ramadhan. Sebagaimana masih terasa Ramadhan yang memberikan energi yang dinamis, jiwa yang semakin kuat dan kokoh. Mari kita petik beberapa pembinaan ba'da Ramadhan. Pertama, mensyukuri dan berterima kasih atas pemberian nikmat Ramadhan pada kita. Ya Rabb, hamba masih diizinkan mendapatkan Ramadhan dengan iman dan amal. Tuntas sudah. Salah satu yang membuat haru adalah manakala bersalaman di hari Idul Fithri. Kita masih bisa berkumpul dengan ayah ibu, suami/isteri, anak² bahkan cucu. Juga saudara sekandung. Entah tahun depan apa kita masih bisa bersalaman dengan mereka lagi. Ya Rabb. Terima kasih kami masih bisa melihat, memandang, dan berbakti kepada ayah ibu, meski terasa makin jelasnya keriput di wajah mereka. Berterima kasih betapa Allah masih memberi rezeki beraneka yang mencukupi, termasuk kesehatan fisik ini. Sebagai wujud syukur dan berterima kasih, kita bertekad untuk menggunakan sisa umur, rezeki, fisik, dan akal ini untuk semakin dekat pada Allah, dekat pada masjid, akrab dengan alQur'an, gemar berbagi pada sesama, semakin disiplin menjaga amanah², giat bekerja dan membela Islam, menjaga ulama, berpihak pada orang² sholeh. Inilah diantara amal sebagai bukti syukur, sembari berharap janji Allah, bahwa Dia akan menambah nikmatnya pada kita. Kedua, meningkatnya kualitas diri. Puasa Ramadhan sungguh mengajak jiwa terbang ke langit, memiliki sifat² yang tinggi, meninggalkan jiwa yang rendah. Pribadi yang berkelas. Semakin dekat dengan taqwa. Dasar dari itu semua adalah jiwa yang memiliki self control, jiwa yang terkendali, lisan, jempol, telinga, mata, langkah kaki, gerakan tangan, hingga nafsu yang terkendali. Menjauhi sifat kotor dan mengotori, termasuk mengotori anak² bangsa dengan teladan yang buruk, dan mengotori tanah air tercinta. Itulah diantara hakikat puasa; imsak. Apalagi keberhasilan kita menangkap ruh hari² akhir Ramadhan, itikaf, yang melatih kita merendahkan godaan dan hiruk pikuk dunia. Sungguh, perhiasan dunia ini kalah oleh kecintaan kita berharap ridho Allah Ta'ala. Bukan jiwa yang masih kesulitan, apalagi kalah dengan rebutan atribut dunia. Allah memberi kita dunia, hanya untuk mengejar keutamaan akhirat. وَلَلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ ٱلْأُولَىٰ Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan. Akhirat beserta pahala yang Allah sediakan untukmu itu lebih baik daripada dunia ini. Kenikmatan akhirat bersifat abadi, sedangkan kehidupan dunia hanya sementara. (Tafsir QS ad-Dhuha:4). Imsak dan itikaf, mengajak kita memiliki jiwa² berkelas. Wallaahu a'lam. (Bersambung insyaa Allah)
Show all...
Photo unavailableShow in Telegram
PUASA SYAWWAL: TENTANG PEMBUKTIAN JIWA. ●○○○○○○○○○○○○○○○○● Perhatikanlah, dan tadabburilah ayat-ayat dan hadits-hadits tentangnya. Tak sekedar amalan sunnah. Tapi ini tentang pembuktian iman. Sebab iman memang menuntut pembuktian. Ini tentang cinta (al-hubb) seorang hamba pada Kholiqnya, dan kesungguhan untuk terus mendekat (taqarrub). Ini tentang pembuktian hamba yang bersyukur, atas keMahaPemurahan Allah. Lihatlah. Usia hamba telah disampaikan pada Ramadhan yang indah dan berkah, 10 hari/malam yang begitu syahdu, ikhtiar menggapai lailatul qadr, lalu Idul Fithri. Usia hamba pun ditambah, diberi kesempatan menyempurnakan dengan puasa 6 hari Syawwal. Ya Rabb. Alhamdulillahi Rabbil 'alamin. Ini pun tentang komitmen menjalankan sunnah, tanggung jawab terhadap syiar Islam, tentang kebutuhan tuk mendapat ampunan, dan limpahan pahala yang besar. Ini juga tentang memantaskan diri layak menjadi wali Allah. Tentang kebutuhan yang teramat besar atas pertolongan dan perlindunganNya. إِنَّ اللَّهَ قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ: كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ “Allah Ta’ala berfirman, “Siapa saja yang memusuhi wali-Ku, maka aku mengumumkan perang terhadapnya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dibandingkan amal yang Aku wajibkan kepadanya. Dan tidaklah hamba-Ku terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, ▪︎Aku menjadi pendengaran yang dia gunakan untuk mendengar; ▪︎menjadi penglihatan yang dia gunakan untuk melihat; ▪︎menjadi tangan yang dia gunakan untuk memegang; ▪︎dan menjadi kaki yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, sungguh akan Aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepada-Ku, sungguh akan Aku lindungi. “ (HR. Bukhari) Dari Abu Hurairah, “Amal ibadah yang pertama kali dihisab pada Hari Kiamat adalah shalat. Allah Ta’ala berkata kepada malaikat-sedang Dia Maha Mengetahui tentangnya-, ‘Periksalah ibadah shalat hamba-hamba-Ku, apakah sempurna ataukah kurang. Jika sempurna maka pahalanya ditulis utuh sempurna. Jika kurang, maka Allah memerintahkan malaikat, ▪︎‘Periksalah apakah hamba-Ku itu mengerjakan shalat-shalat sunnah? Jika ia mengerjakannya mata tutupilah kekurangan shalat wajibnya dengan shalat sunnah itu.’ Begitu pulalah dengan amal-amal ibadah lainnya.” HR. Tirmidzi. مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْر “Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun.” (HR. Muslim). Ini tentang ketaqwaan, komitmen beramal sholeh mengisi usia. Hingga ajal menjemput, tetap dalam kondisi taqwa. وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتّٰى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ ࣖࣖ “Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” QS. Al-Hijr: 99 Semoga Allah memberi kemudahan kita dalam melanjutkan amal² kebaikan, memberikan limpahan kebaikan dan keberkahan, serta pertolongan bagi kita saat berjuang di jalanNya, untuk meraih kemenangan demi kemenangan.
Show all...
Photo unavailableShow in Telegram
HILANGNYA NALURI ■□□□□□□□□□□□□□□□■ Tersebutlah dua ekor elang laut yang tinggal di bukit. Mereka berdua adalah pemburu ikan yang hebat. Apabila melihat mangsa di laut, mereka akan terbang dengan cepat dari atas bukit lalu menyergap mangsanya tersebut bagaikan kilat. Suatu hari mereka melihat seorang nelayan berjalan membawa ikan segar. Salah satu elang bertanya padanya, "Mau dibawa kemana ikan itu?" "Akan kujual ke pasar, untuk kubelikan sehelai bulu elang sehingga bisa kusimpan untuk membuat mantel nantinya." Mendengar jawaban tersebut, elang itu memberi penawaran, "Bagaimana kalau kuberikan satu helai bulu di tubuhku, ditukar dengan ikan itu? Jadi kau tak perlu ke pasar, aku pun tak perlu berburu." Sang nelayan setuju dengan pertukaran tersebut. Maka jadilah elang itu mendapat ikan tanpa susah payah. Keesokan harinya nelayan tersebut melewati tempat yang sama, dan elang itu menawarkan lagi pertukaran seperti kemarin. Begitulah seterusnya hingga berjalan beberapa hari. Seekor elang yang satu lagi berusaha mengingatkan agar temannya itu menghentikan kebiasaannya, dan mulailah melakukan perburuan kembali untuk mencari makan. Namun ia tak mendengarkan. Hidupnya sudah terlanjur nyaman dan santai. Bulan demi bulan berlalu, elang tersebut semakin malas karena makanan kini terlalu mudah didapat. Tanpa ia sadari, bulunya habis sedikit demi sedikit. Ia tak bisa terbang lagi dan ketika musim dingin tiba, ia mati kedinginan. Kini hanya tinggal satu ekor elang yang bertahan, dialah yang masih berburu setiap harinya untuk makan. Pesan dari legenda ini cukup jelas, bahwa apa yang terlalu mudah untuk didapatkan, tidak membuat kita lebih baik. Sedikit berjuang lebih keras tidak apa-apa, karena ini yang membuat kita bertahan dan menjadi semakin baik. Jangan sampai kenyamanan membuat kita hilang naluri, apakah itu naluri merekrut, atau membina seorang muslim agar memiliki karakter yang baik. Ia lupa atau gagap saat mencoba merekrut, apalagi membina meski hanya 1 kelompok pembinaan. Hilangnya naluri, bahwa ia adalah seorang da'i, sebelum menjadi apapun.
Show all...
ANTARA AMANAH, PEMIMPIN, & PEMBISIK. ■□□□□□□□□□□□□□□□□■ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عَامِرٍ الْمُرِّيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْقَاسِمِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِالْأَمِيرِ خَيْرًا جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ صِدْقٍ إِنْ نَسِيَ ذَكَّرَهُ وَإِنْ ذَكَرَ أَعَانَهُ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهِ غَيْرَ ذَلِكَ جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ سُوءٍ إِنْ نَسِيَ لَمْ يُذَكِّرْهُ وَإِنْ ذَكَرَ لَمْ يُعِنْهُ Dari Aisyah, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Apabila Allah menghendaki kebaikan pada diri pemimpin maka Allah akan menjadikan baginya menteri yang jujur, apabila ia lupa maka ia akan mengingatkannya dan apabila ia ingat maka ia akan membantunya. Dan apabila Allah menghendaki selain itu (keburukan) pada diri seorang pemimpin maka Allah jadikan baginya menteri (pembantu) yang buruk, apabila ia lupa maka ia tidak mengingatakannya, dan apabila ia ingat maka ia tidak membantunya." (Abu Daud). Rasulullah berpesan kepada kita tentang Amir (Pemimpin). Jika Allah menghendaki kebaikan padanya, Allah akan hadirkan padanya وَزِيرَ صِدْقٍ. Kebalikannya jika Allah menghendaki keburukan pada seorang Amir, Allah akan hadirkan padanya وَزِيرَ سُوءٍ Wazir, yang diartikan sebagai menteri, para pembantunya, mungkin sekarang disebut sebagai orang² ring-1 nya, yang kerap menyertai sang Amir. Sifat utama dari wazir yang baik disebutkan oleh Rasulullah: Bila Pemimpinnya lupa, mereka akan mengingatkannya, bahkan membantunya. Sedang ciri wazir yang jahat adalah jika Pemimpinnya lupa, mereka akan membiarkannya, dan jika Pemimpinnya ingat, mereka tidak membantunya. Abdullah ibn Busr al-Mazini bercerita mengenang masa kecilnya, "Waktu itu aku disuruh ibu mengantarkan setandan anggur kepada Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallaam. Kumakan sebagian sebelum kusampaikan kepada beliau. Begitu sampai, beliau langsung menjewer telingaku sambil bersabda, 'Kamu tidak amanah!'." Kemudian, dengan penuh cinta dan lemah lembut beliau mengajarkan agar ia menunaikan amanah". Mungkin diantara hikmah kenapa Rasulullah menyasar kuping, bukan anggota tubuh yang lain, adalah pentingnya telinga bagi seorang Amir. Ia sehari² akan mendapat informasi² dari wazirnya, apa yang mereka bisikkan ke telinga Pemimpinnya. Mereka adalah para pembisik, yang bisa berupa kebaikan atau keburukan. Wallaahu a'lam.
Show all...
Photo unavailableShow in Telegram
Foto dari ZU
Show all...
Photo unavailableShow in Telegram
Khutbah Idul Fithri 1444H.pdf
Show all...
Khutbah Idul Fithri 1444H.pdf3.35 KB
Choose a Different Plan

Your current plan allows analytics for only 5 channels. To get more, please choose a different plan.