cookie

We use cookies to improve your browsing experience. By clicking «Accept all», you agree to the use of cookies.

avatar

Luqmanbaabduh.com

Faidah dan Informasi Postingan Terbaru Web. luqmanbaabduh.com.

Show more
Advertising posts
1 723
Subscribers
+324 hours
+37 days
+1530 days

Data loading in progress...

Subscriber growth rate

Data loading in progress...

Photo unavailableShow in Telegram
🍂 ﷽ 🍃 🔅 Dengan Mengharap Ridha Allah Semata 📜🔖 HADIRILAH...! DAURAH ILMIAH IMAM ASY-SYAFI'I PURWOKERTO Insya Allah... Bersama : 🎙️ Al-Ustadz Luqman Ba'abduh hafizhahullah 📚 Dengan Apa Bangsa Indonesia Meraih Kemuliaan? 🗓 AHAD, 16 Dzulhijjah 1445H/ 23 Juni 2024 ⏰ 09.00 WIB - jelang zhuhur 🕌 Masjid Agung Baitussalam (Komplek Alun alun Kota Purwokerto) 📡 InsyaAllah LIVE di: Radio SABILUL ANBIYA' di apk Radio Manhajul Anbiya': https://play.google.com/store/apps/details?id=com.manhajul.anbiya Atau siaran telegram: https://t.me/salafybarlingmascakeb ▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️
Show all...
Photo unavailableShow in Telegram
​​HAJI IBADAH MULIA JANGAN DINODAI { وَأَذِّن فِی ٱلنَّاسِ بِٱلۡحَجِّ یَأۡتُوكَ رِجَالࣰا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرࣲ یَأۡتِینَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِیقࣲ } "Dan serulah (wahai Ibrahim) umat manusia untuk mengerjakan ibadah haji, niscaya mereka akan datang memenuhi (seruan)mu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, sungguh mereka akan datang dari segenap penjuru (bumi) yang jauh." Surat Al-Hajj: 27 Waktu pelaksanaan Ibadah haji semakin dekat, para jama'ah haji dari berbagai negara, termasuk saudara-saudara kita dari Indonesia telah mempersiapkan segala sesuatunya. اللهم احفظ عبادك حجاج بيتك المحرم بحفظك وادفع عنهم كل الفتن والأذى والبلاء بقوتك وقدرتك يا قوي يا عزيز. اللهم لا سهل إلا ما جعلته سهل فسهل لهم أداء الحج على الوجه الذي يرضيك. اللهم عليك بالمفسدين الذين يسعون في الأرض فسادا من الروافض والدواعش وكل من عاونهم. Ya Allah jagalah, dengan penjagaan-Mu, para hamba-Mu jama'ah haji yang mendatangi rumah-Mu yang terhormat. Hindarkan dari mereka segala bentuk fitnah dan segala gangguan, serta musibah wahai Yang Maha Kuat dan Maha Perkasa. Ya Allah, sesungguhnya tidak ada suatu kemudahan pun kecuali yang telah Engkau jadikan mudah, maka mudahkanlah bagi mereka pelaksanaan haji yang benar, yang dapat meraih keridhaan-Mu. Ya Allah, hancurkanlah para perusak yang berambisi melakukan kerusakan di muka bumi, baik dari kelompok teroris Syi'ah Rafidhah maupun ISIS, dan semua pihak yang berkolaborasi dengan mereka
Show all...

🖥 Website Resmi
Photo unavailableShow in Telegram
Open Comments
💾 REKAMAN KAJIAN ISLAM ILMIYAH Kota Tasikmalaya 🗝️ Tema : MENJAGA GENERASI ISLAM DARI TERORISME DAN RADIKALISME 🎙️Al Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh hafizhahullah Selasa, 28 Syawal 1445 H/7 Mei 2024 M 🕌 Masjid Agung Kota Tasikmalaya https://t.me/mahadqoulansadida/2550
Show all...
masjid agung pembicara_68.mp318.27 MB
00996ba1-909a-4d02-9ed1-b3a280b69491.mp38.62 MB
💾 REKAMAN KAJIAN ISLAM ILMIYAH Singaparna Kab. Tasikmalaya 🗝️ Tema : PENTINGNYA KETELADANAN DALAM TARBIYAH KELUARGA 🎙️Al Ustadz Luqman bin Muhammad Ba'abduh hafizhahullah 🕌 Masjid Al-Istiqomah Eor Singaparna Kab. Tasikmalaya Senin, 27 Syawal 1445 H/6 Mei 2024 M https://t.me/mahadqoulansadida/2546
Show all...
Ust_Luqman_Pentingnya_Keteladanan_Dalam_Tarbiyah_Eor_Singaparna.mp317.47 MB
Al_Ustadz_Luqman_Ba'abduh_Meneladani_Rasulullah_dalam_Berdakwah.mp342.78 MB
Ust Luqman - Sebab-Sebab Kemuliaan Masyarakat Dan Negara_54.mp39.42 MB
📜 WAFAT MENINGGALKAN HUTANG PUASA DAN SHALAT SIAPA YANG MEMBAYAR❓ 📨 Sebuah pertanyaan diajukan kepada al-’Allamah Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin (wafat 1421 H). Pertanyaan dan jawabannya mengandung beberapa permasalahan penting sekaligus, yaitu: ➡️Apakah tanggungan shalat si mayit juga diqada/dibayar oleh wali/keluarganya sebagaimana tanggungan hutang puasa? ➡️ Siapa saja yang masuk dalam katagori “Wali” dalam konteks permasalahan ini? ➡️ Bolehkah selain keluarga berta’awun/membantu mengqada untuk si mayit? ➡️ Jika tidak ada seorangpun dari keluaraga atau selainnya yang bisa mengqada hutang puasa mayit, apa solusinya? 📄 Mari kita ikuti dengan seksama pertanyaan yang diajukan kepada al-’Allamah Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin beserta jawaban/fatwa beliau berikut ini: ❓Pertanyaan: 📝 Jika seseorang meninggal dunia dalam keadaan memiliki tanggungan hutang puasa dan shalat, maka siapa yang disyari’atkan membayarnya? ✅ Beliau menjawab: مجموع فتاوى ورسائل ابن عثيمين - (ج 17 / ص 290-291) سئل فضيلة الشيخ رحمه الله تعالى : إذا مات الإنسان وعليه صيام وصلاة فمن يقضيهما عنه؟ من مات وعليه : فأجاب فضيلته بقوله: إذا مات الإنسان وعليه صيام فإنه يصوم عنه وليه، لقول النبي صلى الله عليه وسلم صيام صام عنه وليه. قال أهل العلم: وليه وارثه، فمثلاً إذا كان رجل قد أفطر في رمضان لسفر أو لمرض ثم عافاه الله من المرض ولم يصم القضاء الذي عليه ثم مات، فإن وليه يصوم عنه، سواء كان ابنه، أو أباه، أو أمه، أو ابنته، المهم أن يكون من الورثة، وإن تبرع أحد غير الورثة فلا حرج أيضاً، وإن لم يقم أحد بالصيام عنه فإنه يطعم من تركته لكل يوم مسكيناً. وأما الصلاة فإنه إذا مات أحد وعليه صلاة فإنها لا تصلى عنه، لأن ذلك لم يرد عن النبي صلى الله عليه وسلم، ولا يصح قياس الصلاة على الصوم، لأن الشارع فرق بينهما في مسائل كثيرة، فلما جاء الفرق بينهما في مسائل كثيرة لم يمكن قياس أحدهما على الآخر، لكن إذا مات الإنسان وعليه صلاة لم يقضها فإنه يدعى له بالمغفرة والرحمة والعفو عن تفريطه وإهماله.والله الموفق. 📜 Jika seseorang wafat dalam kondisi meninggalkan tanggungan puasa maka yang berpuasa untuk menggantikannya adalah walinya, berdasarkan sabda Nabi - shallallahu ‘alaihi wasallam - “Barang siapa wafat dalam keadaan dia meniggalkan tanggungan puasa, maka walinya yang berpuasa menggantikannya” Para ulama berkata, bahwa maksud “walinya” (dalam konteks ini) adalah para ahli warisnya, yaitu jika seseorang berbuka pada bulan Ramadhan disebabkan perjalanan safar atau karena sakit kemudian Allah sembuhkan dia dari penyakit tersebut tetapi dia belum sempat mengqada tanggungan puasanya, maka wali (ahli waris)nya yang berpuasa untuk menggantikannya, baik wali/ahli waris tersebut adalah putranya, atau ayahnya, atau ibunya, atau putrinya, yang penting dia adalah bagian dari ahli waris. Jika ada seseorang selain ahli waris yang ingin bersumbangsih ikut berpuasa maka boleh juga. Tetapi jika tidak ada seorang pun (baik ahli waris atau bukan) yang bisa mengqada/menggantikan tanggungan puasa si mayit maka dengan memberi makan (fidyah) yang (biayanya) diambil dari harta peninggalannya untuk setiap hari (dari bilangan hutang puasanya) memberi makan satu orang miskin. Sementara terkait shalat, jika seseorang wafat dalam keadaan memiliki tanggungan shalat, maka tidak diqada/tidak digantikan untuk si mayit, karena hal itu tidak ada dalil dari Nabi - shallallahu ‘alaihi wasallam -, dan tidak dibenarkan pengkiasan (penyamaan) shalat dengan puasa. (Juga) Karena sang penentu syari’at (Allah dan Rasul-Nya) telah membedakan antar keduanya (shalat dan puasa) dalam banyak halnya, maka ketika telah datang unsur-unsur pembeda antar keduanya dalam banyak sisinya tidak boleh dikiaskan salah satunya dengan yang lain. Tetapi ketika seseorang wafat dalam keadaan memiliki tanggungan shalat kemudian tidak diqada, maka dimohonkan untuknya ampunan dan rahmat serta pemaafan terhadap sikap mengentengkan dan menelantarkannya. Dan Allah yang maha memberi taufiq. Dikutip dari kitab “Kumpulan Fatwa Dan Karya Ibnu Utsaimin” (17/ 290-291) Selesai
Show all...
🔗 Wafat Meninggalkan Hutang Puasa dan Shalat Siapa yang Membayar?
🖥 Website Resmi
🌏 Channel Telegram
📜 WAFAT MENINGGALKAN HUTANG PUASA DAN SHALAT SIAPA YANG MEMBAYAR❓ 📨 Sebuah pertanyaan diajukan kepada al-’Allamah Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin (wafat 1421 H). Pertanyaan dan jawabannya mengandung beberapa permasalahan penting sekaligus, yaitu: ➡️Apakah tanggungan shalat si mayit juga diqada/dibayar oleh wali/keluarganya sebagaimana tanggungan hutang puasa? ➡️ Siapa saja yang masuk dalam katagori “Wali” dalam konteks permasalahan ini? ➡️ Bolehkah selain keluarga berta’awun/membantu mengqada untuk si mayit? ➡️ Jika tidak ada seorangpun dari keluaraga atau selainnya yang bisa mengqada hutang puasa mayit, apa solusinya? 📄 Mari kita ikuti dengan seksama pertanyaan yang diajukan kepada al-’Allamah Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin beserta jawaban/fatwa beliau berikut ini: ❓Pertanyaan: 📝 Jika seseorang meninggal dunia dalam keadaan memiliki tanggungan hutang puasa dan shalat, maka siapa yang disyari’atkan membayarnya? ✅ Beliau menjawab: مجموع فتاوى ورسائل ابن عثيمين - (ج 17 / ص 290-291) سئل فضيلة الشيخ رحمه الله تعالى : إذا مات الإنسان وعليه صيام وصلاة فمن يقضيهما عنه؟ من مات وعليه : فأجاب فضيلته بقوله: إذا مات الإنسان وعليه صيام فإنه يصوم عنه وليه، لقول النبي صلى الله عليه وسلم صيام صام عنه وليه. قال أهل العلم: وليه وارثه، فمثلاً إذا كان رجل قد أفطر في رمضان لسفر أو لمرض ثم عافاه الله من المرض ولم يصم القضاء الذي عليه ثم مات، فإن وليه يصوم عنه، سواء كان ابنه، أو أباه، أو أمه، أو ابنته، المهم أن يكون من الورثة، وإن تبرع أحد غير الورثة فلا حرج أيضاً، وإن لم يقم أحد بالصيام عنه فإنه يطعم من تركته لكل يوم مسكيناً. وأما الصلاة فإنه إذا مات أحد وعليه صلاة فإنها لا تصلى عنه، لأن ذلك لم يرد عن النبي صلى الله عليه وسلم، ولا يصح قياس الصلاة على الصوم، لأن الشارع فرق بينهما في مسائل كثيرة، فلما جاء الفرق بينهما في مسائل كثيرة لم يمكن قياس أحدهما على الآخر، لكن إذا مات الإنسان وعليه صلاة لم يقضها فإنه يدعى له بالمغفرة والرحمة والعفو عن تفريطه وإهماله.والله الموفق. 📜 Jika seseorang wafat dalam kondisi meninggalkan tanggungan puasa maka yang berpuasa untuk menggantikannya adalah walinya, berdasarkan sabda Nabi - shallallahu ‘alaihi wasallam - “Barang siapa wafat dalam keadaan dia meniggalkan tanggungan puasa, maka walinya yang berpuasa menggantikannya” Para ulama berkata, bahwa maksud “walinya” (dalam konteks ini) adalah para ahli warisnya, yaitu jika seseorang berbuka pada bulan Ramadhan disebabkan perjalanan safar atau karena sakit kemudian Allah sembuhkan dia dari penyakit tersebut tetapi dia belum sempat mengqada tanggungan puasanya, maka wali (ahli waris)nya yang berpuasa untuk menggantikannya, baik wali/ahli waris tersebut adalah putranya, atau ayahnya, atau ibunya, atau putrinya, yang penting dia adalah bagian dari ahli waris. Jika ada seseorang selain ahli waris yang ingin bersumbangsih ikut berpuasa maka boleh juga. Tetapi jika tidak ada seorang pun (baik ahli waris atau bukan) yang bisa mengqada/menggantikan tanggungan puasa si mayit maka dengan memberi makan (fidyah) yang (biayanya) diambil dari harta peninggalannya untuk setiap hari (dari bilangan hutang puasanya) memberi makan satu orang miskin. Sementara terkait shalat, jika seseorang wafat dalam keadaan memiliki tanggungan shalat, maka tidak diqada/tidak digantikan untuk si mayit, karena hal itu tidak ada dalil dari Nabi - shallallahu ‘alaihi wasallam -, dan tidak dibenarkan pengkiasan (penyamaan) shalat dengan puasa. (Juga) Karena sang penentu syari’at (Allah dan Rasul-Nya) telah membedakan antar keduanya (shalat dan puasa) dalam banyak halnya, maka ketika telah datang unsur-unsur pembeda antar keduanya dalam banyak sisinya tidak boleh dikiaskan salah satunya dengan yang lain. Tetapi ketika seseorang wafat dalam keadaan memiliki tanggungan shalat kemudian tidak diqada, maka dimohonkan untuknya ampunan dan rahmat serta pemaafan terhadap sikap mengentengkan dan menelantarkannya. Dan Allah yang maha memberi taufiq. Dikutip dari kitab “Kumpulan Fatwa Dan Karya Ibnu Utsaimin” (17/ 290-291) Selesai
Show all...
🌱⏲️ Siapa Diantara Keluarga yang Berhak Menggantikan Puasa Orang yang Wafat? Dalam artikel sebelumnya telah disebut dengan sedikit rinci tentang kondisi orang yang wafat dalam keadaan meninggalkan tanggungan hutang puasa Ramadhan atau tanggungan fidyah. Kali ini ada sebuah pertanyaan yaitu: Siapa diantara keluarga atau ahli waris yang berhak menggantikan atau mengqada hutang puasa tersebut? Untuk menjawab pertanyaan ini kami kutipkan fatwa al-’Allamah Abdul Aziz bin Baz sebagai ketua umum Lembaga Tetap Untuk Penelitian Ilmiah Dan Urusan Fatwa kerajaan Arab Saudi (1395 H – 1420 H), bersama sejumlah ulama senior yang tergabung dalam Lembaga tersebut. فتاوى اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء – (ج 12 / ص 456) السؤال الأول من الفتوى رقم ( 3122) س 1: رجل توفيت زوجته وعليها قضاء من شهر رمضان، ما حكم القضاء عنها، ومن أحق بالقضاء: زوجها أو أولادها، وهل يجوز تجزئة القضاء على العائلة كل شخص يصوم يومًا، يعني توزع أيام القضاء على العائلة؟ ج 1: إذا كان منذ أن أفطرت الأيام من شهر رمضان لم تستطع الصيام حتى توفيت فليس عليها شيء، أما إن كانت قد من « : صحت من المرض، ولم تقض، فالمشروع لورثتها وأقاربها قضاء ما عليها من الصيام؛ لقول النبي صلى الله عليه وسلم متفق على صحته، ولا بأس بتوزيع الأيام بينهم » .مات وعليه صيام صام عنه وليه .وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء // عضو // عضو // نائب رئيس اللجنة // الرئيس // عبد الله بن قعود // عبد الله بن غديان // عبد الرزاق عفيفي // عبد العزيز بن عبد الله بن باز Lembaga Tetap Untuk Penelitian Ilmiah Dan Urusan Fatwa (12/456) Pertanyaan Pertama dari fatwa nomor (3122): Seorang suami yang istrinya wafat sementara sang istri memiliki tanggungan hutang puasa Ramadhan – Apa hukum mengqada/membayar hutang puasanya? – Kemudian siapa yang paling berhak untuk menggantikan puasanya, apakah suaminya atau putraputranya? – Apakah boleh kalau tugas mengqada hutang puasanya tersebut dibagi rata kepada semua anggota keluarga masing-masing ikut berpuasa satu hari, yakni bilangan hari hutang puasanya dibagi rata kepada anggota keluarga? Jawaban: Jika wanita tersebut tidak mampu membayar hutang puasanya sejak dia berbuka (tidak berpuasa karena sakit) pada hari-hari bulan Ramadhan hingga dia meninggal dunia, maka wanita tersebut tidak terkenai tanggungan hutang puasa sedikitpun, tetapi apabila dia sempat sehat/sembuh dari sakitnya, namun dia tidak segera mengqada/membayar hutang puasanya (hingga wafat), maka disyari’atkan bagi ahli waris dan keluarga dekatnya untuk mengqada tanggungan hutang puasanya, hal ini berdasarkan sabda Nabi – shallallahu ‘alaihi wasallam – « مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ » "Barang siapa wafat dalam keadaan memiliki tanggungan hutang puasa maka wali (keluarga/ahli waris)nya yang berpuasa menggantikannya."¹ Kesahihan hadits ini telah disepakati. Dan boleh pembagian bilangan hari-hari tanggungan hutang puasa tersebut dibagi antar anggota keluarga. Dengan (pertolongan) Allah (kita memohon) taufiq, Shalawat dan salam untuk Nabi kita Muhammad beserta seluruh keluarga dan sahabat beliau. Lembaga Tetap Untuk Penelitian Ilmiah Dan Urusan Fatwa Ketua Wakil Ketua Anggota Anggota Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz Abdurrazaq Afifi Abdullah bin Ghudayyan Abdullah bin Qu’ud --SELESAI-- ____ ¹ Dalam kitab Shahihul Bukhari pada bab بَابُ مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صَوْمٌ (Bab tentang “Barang Siapa Yang Wafat Masih Memiliki Tanggungan Hutang Puasa”) hadits nomor 1952, dan dalam kitab Shahih Muslim pada bab بَابُ قَضَاءِ الصِّيَامِ عَنِ الْمَيِّتِ (Bab tentang “Menggantikan Hutang Puasa Untuk Orang Yang Telah Wafat”) hadits nomor 1147.
Show all...
🛏 IBUKU WAFAT MENINGGALKAN HUTANG PUASA ❓Pertanyaan: Ibuku wafat pada bulan Syawwal, setelah mengalami sakit beberapa hari pada bulan Ramadhan yang membuat beliau meninggalkan puasa selama beberapa hari tersebut, apa yang harus saya dan saudara-saudara saya lakukan? ✅ Jawaban: Dalam hal ini ada dua gambaran kondisi, yaitu: 1⃣ Pertama: Jika beliau tidak berpuasa karena faktor sakit dengan jenis penyakit yang masih besar harapan kesembuhannya secara medis, maka beliau terkenai kewajiban mengqada (mengganti) di hari lain di luar bulan Ramadhan, sebagaimana firman Allah: { فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ }البقرة: 184 Maka barangsiapa diantara kalian ada yang sakit atau dalam perjalanan safar (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. (al-Baqarah: 184) 2⃣ Kedua: Jika jenis penyakitnya adalah jenis yang sulit diharapkan kesembuhannya secara medis maka beliau terkenai kewajiban membayar fidyah dengan memberi makan satu orang miskin untuk setiap hari yang beliau berbuka/tidak berpuasa. ➡️ Untuk kondisi pertama, jika beliau wafat dalam keadaan belum mengqada hutang puasanya disebabkan belum mampu karena masih dalam kondisi sakitnya hingga wafat, maka tidak disyari’atkan bagi ahli waris atau keluarganya berpuasa menggantikannya, namun apabila beliau belum mengqada dalam keadaan telah memiliki kemampuan atau sudah dalam keadaan sehat dan tidak ada kendala apapun kemudian wafat, maka disyari’atkan bagi ahli waris atau keluarganya untuk menggantikan hutang puasanya. ➡️ Hal ini berdasarkan hadits « مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ » Barang siapa wafat dalam keadaan memiliki tanggungan hutang puasa maka wali (keluarga/ahli waris)nya yang berpuasa menggantikannya HR. Bukhari dan Muslim (Muttafaqun ‘alaihi), dari Aisyah radhiyallahu ‘anha 1 ➡️ Untuk kondisi kedua, cukup bagi keluarga atau ahli waris membayar kewajiban fidyah untuk ibu yang telah wafat, dengan memberi makan orang miskin sesuai dengan bilangan hari yang ditinggalkan. Wallahu’alam bishshawab ➖➖➖➖ 1 Dalam kitab Shahihul Bukhari pada bab بَابُ مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صَوْمٌ (Bab tentang “Barang Siapa Yang Wafat Masih Memiliki Tanggungan Hutang Puasa”) hadits nomor 1952, dan dalam kitab Shahih Muslim pada bab بَابُ قَضَاءِ الصِّيَامِ عَنِ الْمَيِّتِ (Bab tentang “Menggantikan Hutang Puasa Untuk Orang Yang Telah Wafat”) hadits nomor 1147
Show all...
🔗 Ibuku Wafat Meninggalkan Hutang Puasa
🖥 Website Resmi
🌏 Channel Telegram
Choose a Different Plan

Your current plan allows analytics for only 5 channels. To get more, please choose a different plan.