cookie

Sizning foydalanuvchi tajribangizni yaxshilash uchun cookie-lardan foydalanamiz. Barchasini qabul qiling», bosing, cookie-lardan foydalanilishiga rozilik bildirishingiz talab qilinadi.

avatar

🍎Pelajaran AQIDAH💎

📚 Kumpulan pelajaran Aqidah Grup Belajar WhatsApp Tamamul Minnah 📚

Ko'proq ko'rsatish
Mamlakat belgilanmaganTil belgilanmaganToif belgilanmagan
Reklama postlari
202
Obunachilar
Ma'lumot yo'q24 soatlar
Ma'lumot yo'q7 kunlar
Ma'lumot yo'q30 kunlar

Ma'lumot yuklanmoqda...

Obunachilar o'sish tezligi

Ma'lumot yuklanmoqda...

Bismillah Al afwu Dikarenakan akun yang membuat channel ini terhapus. Maka kami memindahkan channel ke alamat yang baru yaitu, https://t.me/Pelajaran_Aqidah Silahkan membuka channel tersebut untuk melanjutkan faedah yang di posting di grup WA Tamamul Minnah Jazakumullah khairan
Hammasini ko'rsatish...
🖊📚🌹🌷 🖊 A Q I D A H ========================= 📕📚☝🏻 INTI
 SARI KITAB AQIDAH WASITHIYYAH
(BA
G. 11) • Mengenal Allah Melalui Nama-nama dan Sifat-Nya dalam Ayat Kursi Ayat Kursi ialah firman Allah ta‘ala, اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ  لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ “Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar." (Q.S. Al-Baqarah: 255) Ayat ini disebut dengan Ayat Kursi karena di dalamnya ada penyebutan ‘Kursiʼ. Ayat Kursi ialah ayat teragung dalam Al-Qurʼan. Siapa yang membacanya di malam hari, maka ia mendapatkan penjagaan dari Allah; dan setan tidak akan mendekatinya sampai waktu subuh. Dalam ayat ini terdapat beberapa Nama Allah: - Allah. Dan maknanya telah lewat [lihat: https://t.me/nasehatetam/5842]. - Al-Hayyu [Mahahidup]. - Al-Qoyyum [Yang terus mengurusi (makhluk-Nya)]. - Al-‘Alii [Mahatinggi]. - Al-‘Azhiim [Mahabesar]. Al-Hayyu artinya Dzat pemilik kehidupan yang sempurna, padanya ada sifat yang paling sempurna, kehidupan yang tidak diawali dengan ‘Tidak adaʼ dan tidak akan pernah binasa. Al-Qoyyum artinya Dzat yang berdiri sendiri dan Dia mengatur seluruh makhluk-Nya. Dia tidak perlu kepada apa pun; sedang seluruh makhluk perlu kepada-Nya. Al-‘Alii artinya Dzat yang Mahatinggi Dzat-Nya di atas segala sesuatu. Yang Mahatinggi sifat-sifat-Nya yang sempurna, tanpa aib dan kekurangan. Al-‘Azhiim artinya Dzat pemilik kemuliaan dan kebesaran.” 📔 Syaikh al-‘Utsaimin, Mudzakkirah ‘ala al-Aqidah al-Wasithiyyah hlm. 14-15. ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ 📑 @nasehatetam 📬 Grup WA Tamamul Minnah 🌐 t.me/PelajaranAqidah 🌹🌷🌷🌹🍃🍃🌹🌷🌷🌹
Hammasini ko'rsatish...
Nasehat Etam

📕📚☝🏻 INTI SARI KITAB AQIDAH WASITHIYYAH (BAG. 10) • Kandungan Surah al-Ikhlas “Surah al-Ikhlas, قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ ﴿١﴾ 1. Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ ﴿٢﴾ 2. Allah tempat meminta segala sesuatu. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ ﴿٣﴾ 3. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ﴿٤﴾ 4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (Q.S. Al-Ikhlas: 1-4) Surah ini dinamai dengan “Al-Ikhlas” karena Allah menjadikan isinya ikhlas/khusus tentang-Nya. Allah hanya menyebutkan tentang nama dan sifat-Nya dalam surah ini. Alasan berikutnya, karena surah al-Ikhlas adalah takhlish (menyelamatkan) pembacanya dari kesyirikan dan perbuatan taʼthil. Penyebab turunnya ayat-ayat ini ialah ketika orang-orang musyrik berkata kepada Nabi Muhammad ﷺ, ‘Sebutkan nasab Tuhan-mu kepada kami! Dari mana Dia berasal?ʼ Shahih dalam hadits Nabi Muhammad ﷺ, bahwa surah al-Ikhlas setara dengan sepertiga Al-Qurʼan. Karena kandungan Al-Qurʼan…

🖊📚🌹🌷 🖊 A Q I D A H ========================= 📕📚☝🏻 INTI
 SARI KITAB AQIDAH WASITHIYYAH
(BA
G. 10) • Kandungan Surah al-Ikhlas “Surah al-Ikhlas, قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ ﴿١﴾ 1. Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ ﴿٢﴾ 2. Allah tempat meminta segala sesuatu. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ ﴿٣﴾ 3. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ﴿٤﴾ 4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (Q.S. Al-Ikhlas: 1-4) Surah ini dinamai dengan “Al-Ikhlas” karena Allah menjadikan isinya ikhlas/khusus tentang-Nya. Allah hanya menyebutkan tentang nama dan sifat-Nya dalam surah ini. Alasan berikutnya, karena surah al-Ikhlas adalah takhlish (menyelamatkan) pembacanya dari kesyirikan dan perbuatan taʼthil. Penyebab turunnya ayat-ayat ini ialah ketika orang-orang musyrik berkata kepada Nabi Muhammad ﷺ, ‘Sebutkan nasab Tuhan-mu kepada kami! Dari mana Dia berasal?ʼ Shahih dalam hadits Nabi Muhammad ﷺ, bahwa surah al-Ikhlas setara dengan sepertiga Al-Qurʼan. Karena kandungan Al-Qurʼan ialah: 1. Menjelaskan tentang Allah. 2. Mengabarkan tentang makhluk-Nya. 3. Penjelasan hukum-hukum, yaitu perintah dan larangan. Dan surah al-Ikhlas menyebutkan jenis pertama, yaitu menjelaskan tentang Allah. Nama Allah yang ada dalam surah ini ialah: Allah, Al-Ahad, dan Ash-Shomad. - Allah: Dzat yang disembah dengan penuh cinta dan pengagungan. - Al-Ahad: Yang Maha Esa, tidak memiliki sekutu dan tandingan. - Ash-Shamad: Dzat yang sempurna seluruh sifat-Nya, yang seluruh makhluk perlu kepada-Nya. Dari nama-nama Allah ini, terkandung beberapa sifat Allah: - Al-Uluhiyyah (yang berhak disembah). - Al-Ahadiyyah (yang Maha Esa). - Ash-Shamadiyyah. - Dia tidak beranak, karena Dia tidak memerlukan anak dan tidak ada yang serupa dengan-Nya. - Dia tidak diperanakkan, karena Dialah Dzat yang menciptakan segala sesuatu. Dialah Al-Awwal, yang tidak ada apa pun sebelum-Nya. - Tidak ada yang setara dengan-Nya, yakni tidak ada yang serupa dengan-Nya dalam sifat, sebab tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, karena sifat-Nya yang Maha Sempurna.” 📔 Syaikh al-‘Utsaimin, Mudzakkirah ‘ala al-Aqidah al-Wasithiyyah hlm. 13-14. ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ 📑 @nasehatetam 📬 Grup WA Tamamul Minnah 🌐 t.me/PelajaranAqidah 🌹🌷🌷🌹🍃🍃🌹🌷🌷🌹
Hammasini ko'rsatish...
🍎Pelajaran AQIDAH💎

📚 Kumpulan pelajaran Aqidah Grup Belajar WhatsApp Tamamul Minnah 📚

🖊📚🌹🌷 🖊 A Q I D A H ========================= 📕📚☝🏻 INTI SARI KITAB AQIDAH WASITHIYYAH (BAG. 9) • _Ilhad (Penyimpangan) dalam Pembahasan Nama-nama Allah_ “Ilhad (الإلحاد) secara bahasa (Arab) artinya (مَيل) penyimpangan. Dalam tinjauan istilah ilhad artinya penolakan terhadap sesuatu yang wajib diyakini atau yang harus diamalkan. ▫️ Ada perbuatan ilhad (yang dilakukan manusia) pada nama-nama Allah. Allah ta‘ala berfirman, وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ وَذَرُوا الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اَسْمَاۤىِٕهٖۗ “Dan tinggalkanlah orang-orang yang (ilhad) menyalahartikan nama-nama-Nya.” (Q.S. Al-Aʼraf: 180) ▫️ Dan ada pula perbuatan ilhad pada ayat-ayat Allah. Allah ta‘ala berfirman, اِنَّ الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اٰيٰتِنَا لَا يَخْفَوْنَ عَلَيْنَاۗ “Sesungguhnya orang-orang yang (ilhad) mengingkari tanda-tanda (kebesaran) Kami, mereka tidak tersembunyi dari Kami.” (Q.S. Fushshilat: 40) - Ilhad (menyalahartikan) nama-nama Allah ada empat bentuk: 1. Mengingkari salah satu nama Allah atau mengingkari sifat Allah yang terkandung pada nama-Nya. Seperti perbuatan kaum Jahmiyah [kaum yang mengatakan Allah tidak memiliki nama dan sifat, —pent]. 2. Menamai Allah dengan nama yang tidak ditetapkan oleh-Nya. Seperti perbuatan kaum Nasrani yang menamai Allah dengan ‘Bapakʼ. 3. Meyakini bahwa Nama-nama Allah menunjukkan bahwa Allah serupa dengan makhluk, seperti yang dilakukan oleh kaum Musyabbihah [kaum yang berkeyakinan bahwa sifat Allah serupa dengan makhluk-Nya, —pent]. 4. Membuat pecahan kata dari Nama Allah untuk dijadikan sebagai nama berhala. Seperti perbuatan kaum musyrikin yang membuat nama ‘Uzza [untuk berhala mereka, —pent], yang berasal dari (Nama Allah) (الْعَزِيزُ / al-‘Aziiz). - Sedangkan ilhad (mengingkari) ayat-ayat Allah memiliki dua bentuk: 1. Mengingkari ayat-ayat kauni (tanda kekuasaan Allah di alam semesta) / makhluk ciptaan-Nya. Yakni mengingkari bahwa Allah satu-satunya yang menciptakan dan mengaturnya. Orang yang ilhad dalam ayat kauni meyakini [A] bahwa ada selain Allah yang sendirian dalam menciptakan seluruh makhluk atau sebagiannya; atau [B] ia meyakini bahwa ada yang menyertai atau menolong Allah dalam penciptaan makhluk. 2. Mengingkari ayat-ayat syari, yaitu wahyu yang diturunkan kepada para nabi. Bentuk ilhad (mengingkarinya) ialah merubah ayatnya, mendustakannya, atau dengan menyelisihi kandungannya.” 📔 Syaikh al-‘Utsaimin, Mudzakkirah ‘ala al-Aqidah al-Wasithiyyah hlm. 11-12 Dan dimaklumi dari ayat-ayat di atas bahwa perbuatan ilhad hukumnya haram. • Lawan ilhad (penyimpangan) ialah istiqamah (lurus). Istiqamah dalam pembahasan nama dan sifat Allah ialah seperti penjelasan di BAG. 5, yaitu, “Menetapkan seluruh nama dan sifat yang Allah tetapkan bagi diri-Nya di dalam Al-Qurʼan dan yang Dia tetapkan melalui lisan Rasul-Nya ﷺ; tanpa berbuat tahrif, taʼthil, takyif, dan tamtsil.” 📔 Lihat arti tahrif, taʼthil, takyif, dan tamtsil di: https://t.me/nasehatetam/5745 ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ 📑 @nasehatetam 📬 Grup WA Tamamul Minnah 🌐 t.me/PelajaranAqidah 🌹🌷🌷🌹🍃🍃🌹🌷🌷🌹
Hammasini ko'rsatish...
Nasehat Etam

📕📚☝🏻 INTI SARI KITAB AQIDAH WASITHIYYAH (BAG. 5) • Prinsip Ahlussunnah wal Jamaah Terhadap Nama dan Sifat-sifat Allah “Ahlussunnah dalam pembahasan nama dan sifat-sifat Allah adalah menetapkan seluruh nama dan sifat yang Allah tetapkan bagi diri-Nya di dalam Al-Qurʼan dan yang Dia tetapkan melalui lisan Rasul-Nya ﷺ; tanpa berbuat tahrif, taʼthil, takyif, dan tamtsil. [1] - Tahrif Tahrif secara bahasa artinya merubah. Dan secara istilah: Merubah lafazh dalil atau mengubah makna (sebenarnya). Contoh tahrif (merubah lafazh), ialah merubah firman Allah ta‘ala, وَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوْسٰى تَكْلِيْمًاۚ  “Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung.” (Q.S. An-Nisaʼ: 164) Lafazh (( اللّٰهُ )) diubah menjadi nashab [objek / اللَّهَ], sehingga maknanya pun berubah menjadi Nabi Musa berbicara kepada Allah, bukan Allah berfirman kepada Nabi Musa. Contoh tahrif dengan mengubah makna ialah merubah makna istiwa Allah di atas Arasy yang asalnya bermakna tinggi dan menetap; kepada makna “menguasai dan memiliki”, dengan…

🖊📚🌹🌷 🖊 A Q I D A H ========================= 📕📚☝🏻 INTI SARI KITAB AQIDAH WASITHIYYAH (BAG. 9) • _Ilhad (Penyimpangan) dalam Pembahasan Nama-nama Allah_ “Ilhad (الإلحاد) secara bahasa (Arab) artinya (مَيل) penyimpangan. Dalam tinjauan istilah ilhad artinya penolakan terhadap sesuatu yang wajib diyakini atau yang harus diamalkan. ▫️ Ada perbuatan ilhad (yang dilakukan manusia) pada nama-nama Allah. Allah ta‘ala berfirman, وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ وَذَرُوا الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اَسْمَاۤىِٕهٖۗ “Dan tinggalkanlah orang-orang yang (ilhad) menyalahartikan nama-nama-Nya.” (Q.S. Al-Aʼraf: 180) ▫️ Dan ada pula perbuatan ilhad pada ayat-ayat Allah. Allah ta‘ala berfirman, اِنَّ الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اٰيٰتِنَا لَا يَخْفَوْنَ عَلَيْنَاۗ “Sesungguhnya orang-orang yang (ilhad) mengingkari tanda-tanda (kebesaran) Kami, mereka tidak tersembunyi dari Kami.” (Q.S. Fushshilat: 40) - Ilhad (menyalahartikan) nama-nama Allah ada empat bentuk: 1. Mengingkari salah satu nama Allah atau mengingkari sifat Allah yang terkandung pada nama-Nya. Seperti perbuatan kaum Jahmiyah [kaum yang mengatakan Allah tidak memiliki nama dan sifat, —pent]. 2. Menamai Allah dengan nama yang tidak ditetapkan oleh-Nya. Seperti perbuatan kaum Nasrani yang menamai Allah dengan ‘Bapakʼ. 3. Meyakini bahwa Nama-nama Allah menunjukkan bahwa Allah serupa dengan makhluk, seperti yang dilakukan oleh kaum Musyabbihah [kaum yang berkeyakinan bahwa sifat Allah serupa dengan makhluk-Nya, —pent]. 4. Membuat pecahan kata dari Nama Allah untuk dijadikan sebagai nama berhala. Seperti perbuatan kaum musyrikin yang membuat nama ‘Uzza [untuk berhala mereka, —pent], yang berasal dari (Nama Allah) (الْعَزِيزُ / al-‘Aziiz). - Sedangkan ilhad (mengingkari) ayat-ayat Allah memiliki dua bentuk: 1. Mengingkari ayat-ayat kauni (tanda kekuasaan Allah di alam semesta) / makhluk ciptaan-Nya. Yakni mengingkari bahwa Allah satu-satunya yang menciptakan dan mengaturnya. Orang yang ilhad dalam ayat kauni meyakini [A] bahwa ada selain Allah yang sendirian dalam menciptakan seluruh makhluk atau sebagiannya; atau [B] ia meyakini bahwa ada yang menyertai atau menolong Allah dalam penciptaan makhluk. 2. Mengingkari ayat-ayat syari, yaitu wahyu yang diturunkan kepada para nabi. Bentuk ilhad (mengingkarinya) ialah merubah ayatnya, mendustakannya, atau dengan menyelisihi kandungannya.” 📔 Syaikh al-‘Utsaimin, Mudzakkirah ‘ala al-Aqidah al-Wasithiyyah hlm. 11-12 Dan dimaklumi dari ayat-ayat di atas bahwa perbuatan ilhad hukumnya haram. • Lawan ilhad (penyimpangan) ialah istiqamah (lurus). Istiqamah dalam pembahasan nama dan sifat Allah ialah seperti penjelasan di BAG. 5, yaitu, “Menetapkan seluruh nama dan sifat yang Allah tetapkan bagi diri-Nya di dalam Al-Qurʼan dan yang Dia tetapkan melalui lisan Rasul-Nya ﷺ; tanpa berbuat tahrif, taʼthil, takyif, dan tamtsil.” 📔 Lihat arti tahrif, taʼthil, takyif, dan tamtsil di: https://t.me/nasehatetam/5745 ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ 📑 @nasehatetam 📬 Grup WA Tamamul Minnah 🌐 t.me/PelajaranAqidah 🌹🌷🌷🌹🍃🍃🌹🌷🌷🌹
Hammasini ko'rsatish...
🖊📚🌹🌷 🖊 A Q I D A H ========================= 📕📚☝🏻 INTI
 SARI KITAB AQIDAH WASITHIYYAH
(BA
G. 6)Jika Membaca Dalil Tentang Nama dan Sifat-sifat Allah “Wajib diyakini sesuai lahiriahnya; sekaligus menetapkan hakikatnya bagi Allah sesuai dengan keagungan-Nya. Hal ini didasari dengan dua alasan: 1. Memalingkannya dari lahiriah dalil berarti menyelisihi metode Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya. 2. Mengarahkan maknanya sebagai majas sama dengan berbicara atas nama Allah tanpa ilmu; dan hukumnya haram.” 📔 Syaikh al-‘Utsaimin, Mudzakirah ‘ala al-Aqidah al-Wasithiyyah hlm. 8 ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ 📕📚☝🏻 INTI SARI KI
TAB AQIDAH WASITHIYYAH
(BAG. 7)

•
Nama-nama Allah Tidak Terbatas “Nama-nama Allah tidak terbatas dengan jumlah tertentu, berdasarkan doa yang diucapkan oleh Rasulullah ﷺ, أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ ‘Aku mohon kepada-Mu dengan perantara semua nama milik-Mu yang Engkau namakan sendiri, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau Engkau ajarkan kepada seseorang dari hamba-Mu, atau Engkau rahasiakan dalam ilmu gaib di sisi-Mu.ʼ¹ Yang Allah rahasiakan dalam ilmu-Nya, maka tidak ada cara untuk membatasi dan mengetahui seluruhnya. Mengkompromikan riwayat ini dengan sabda Nabi Muhammad ﷺ yang lain, إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ ‘Allah mempunyai 99 nama, siapa yang meng-ihsha'nya, maka ia masuk surga.ʼ² Makna hadits ini ialah ada 99 nama Allah yang memiliki kekhususan bagi orang yang meng-ihsha'nya akan masuk surga. Hal ini tidak menafikan bahwa Allah memiliki nama-nama yang lain di luar dari 99 nama tersebut. Sebagai perbandingan, seumpama engkau mengatakan ‘Aku memiliki 50 perisai yang ku siapkan untuk jihad.ʼ Hal ini tentu tidak menafikan jika engkau masih memiliki perisai-perisai lainnya [yang bukan untuk jihad]. Makna -Ihshaʼ- terhadap nama-nama Allah ialah seseorang mengetahui lafazh dan maknanya; lalu beribadah kepada Allah dengan kandungannya.” ¹ SHAHIH (Shahih at-Targhib, 1822) H.R. Ahmad (3712) dan al-Hakim (1/519). ² H.R. Al-Bukhari (7392) dan Muslim (2677). 📔 Syaikh al-‘Utsaimin, Mudzakirah ‘ala al-Aqidah al-Wasithiyyah hlm. 8-9 ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ 📑 @nasehatetam 📬 Grup WA Tamamul Minnah 🌐 t.me/PelajaranAqidah 🌹🌷🌷🌹🍃🍃🌹🌷🌷🌹
Hammasini ko'rsatish...
🍎Pelajaran AQIDAH💎

📚 Kumpulan pelajaran Aqidah Grup Belajar WhatsApp Tamamul Minnah 📚

🖊📚🌹🌷 🖊 A Q I D A H ========================= 📕📚☝🏻 INTI
 SARI KITAB AQIDAH WASITHIYYAH
(BA
G. 5)Prinsip Ahlussunnah wal Jamaah Terhadap Nama dan Sifat-sifat Allah “Ahlussunnah dalam pembahasan nama dan sifat-sifat Allah adalah menetapkan seluruh nama dan sifat yang Allah tetapkan bagi diri-Nya di dalam Al-Qurʼan dan yang Dia tetapkan melalui lisan Rasul-Nya ﷺ; tanpa berbuat tahrif, taʼthil, takyif, dan tamtsil. [1] - Tahrif Tahrif secara bahasa artinya merubah. Dan secara istilah: Merubah lafazh dalil atau mengubah makna (sebenarnya). Contoh tahrif (merubah lafazh), ialah merubah firman Allah ta‘ala, وَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوْسٰى تَكْلِيْمًاۚ  “Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung.” (Q.S. An-Nisaʼ: 164) Lafazh (( اللّٰهُ )) diubah menjadi nashab [objek / اللَّهَ], sehingga maknanya pun berubah menjadi Nabi Musa berbicara kepada Allah, bukan Allah berfirman kepada Nabi Musa. Contoh tahrif dengan mengubah makna ialah merubah makna istiwa Allah di atas Arasy yang asalnya bermakna tinggi dan menetap; kepada makna “menguasai dan memiliki”, dengan maksud menolak makna istiwa yang sebenarnya. [2] - Taʼthil Secara bahasa taʼthil artinya meninggalkan dan melepaskan. Sedangkan secara istilah, taʼthil ialah mengingkari nama-nama dan sifat Allah. Ada taʼthil secara menyeluruh, seperti perbuatan Jahmiyah; dan ada taʼthil juzʼiy (sebagian), seperti perbuatan al-Asy‘ariyyah yang hanya menetapkan tujuh sifat bagi Allah, terkumpul dalam perkataan mereka, ‘Hidup, ilmu, kuasa, dan firman-Nya — iradah (kehendak), mendengar, dan melihatʼ [3 & 4] - Takyif dan Tamtsil; Serta Perbedaan Keduanya Takyif artinya menetapkan ‘bentukʼ suatu sifat Allah, seperti orang yang mengatakan, ‘Istiwa Allah di atas Arasy-Nya itu seperti ini!ʼ Sedangkan tamtsil ialah menyamakan (sifat Allah) dengan sesuatu, seperti perkataan, ‘Tangan Allah seperti tangan manusiaʼ. Perbedaannya: Tamtsil ialah menyamakan sifat dengan sesuatu yang sama, sedangkan takyif ialah menyebutkan suatu sifat tanpa terkait dengan yang semakna. • Hukum Empat Perbuatan di Atas Seluruhnya haram. Dan sebagiannya termasuk perbuatan kekafiran atau kesyirikan. Karena itulah, Ahlussunnah Wal Jamaah berlepas diri dari empat perbuatan tersebut.” 📔 Syaikh al-‘Utsaimin, Mudzakirah ‘ala al-Aqidah al-Wasithiyyah hlm. 6-7 ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ 📑 @nasehatetam 📬 Grup WA Tamamul Minnah 🌐 t.me/PelajaranAqidah 🌹🌷🌷🌹🍃🍃🌹🌷🌷🌹
Hammasini ko'rsatish...
🍎Pelajaran AQIDAH💎

📚 Kumpulan pelajaran Aqidah Grup Belajar WhatsApp Tamamul Minnah 📚

🖊📚🌹🌷 🖊 A Q I D A H ========================= 📕📚☝🏻 INTI SARI KITAB AQIDAH WASITHIYYAH (BAG. 4) • Pokok Keyakinan Ahlussunnah wal Jamaah “Prinsip keyakinan Ahlussunnah ialah beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk. • Beriman kepada Allah artinya: - meyakini keberadaan-Nya; - rububiyah-Nya [bahwa Dia yang mencipta, mengatur alam semesta, memberi rezeki]; - uluhiyah-Nya [bahwa hanya Dia yang berhak disembah]; - serta nama-nama dan sifat-sifat-Nya. • Beriman kepada para malaikat artinya meyakini: - bahwa mereka ada; - membenarkan nama-nama mereka yang diketahui, seperti Jibril; - beriman dengan sifat-sifat mereka yang sampai kepada kita, seperti sifat Jibril [yang memiliki 600 sayap, —pent]; - beriman dengan amalan dan tugas mereka, seperti Jibril yang tugasnya menurunkan wahyu, dan Malik yang bertugas menjaga neraka. • Beriman dengan kitab-kitab-Nya artinya: - meyakini bahwa kitab-kitab tersebut berasal dari Allah; - mempercayai semua berita yang ada di dalamnya; - mengimani nama-namanya yang sampai kepada kita, seperti Taurat, sedangkan nama-nama kitab suci yang tidak diketahui, maka kita beriman secara global; - dan menjalankan segala hukumnya yang belum dihapuskan. • Beriman kepada para rasul artinya: - Meyakini kejujuran mereka dalam menyampaikan ajaran dari Allah; - mempercayai nama-nama mereka yang diterangkan (kepada kita), sedangkan nama-nama mereka yang tidak diketahui, maka kita beriman secara global; - membenarkan segala yang mereka kabarkan; - dan mengamalkan seluruh syariat mereka yang yang tidak dihapuskan. Seluruh syariat rasul terdahulu telah dihapuskan dan diganti dengan syariat Nabi Muhammad ﷺ. • Beriman dengan adanya hari akhir artinya meyakini seluruh peristiwa setelah kematian yang dikabarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ benar-benar terjadi. • Beriman dengan takdir artinya meyakini bahwa segala peristiwa yang terjadi telah ditetapkan dan ditakdirkan oleh Allah.” 📔 Syaikh al-‘Utsaimin, Mudzakirah ‘ala al-Aqidah al-Wasithiyyah hlm. 4-6 ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ 📑 @nasehatetam 📬 Grup WA Tamamul Minnah 🌐 t.me/PelajaranAqidah 🌹🌷🌷🌹🍃🍃🌹🌷🌷🌹
Hammasini ko'rsatish...
🍎Pelajaran AQIDAH💎

📚 Kumpulan pelajaran Aqidah Grup Belajar WhatsApp Tamamul Minnah 📚

🖊📚🌹🌷 🖊 A Q I D A H ========================= 📕📚☝🏻 INTI SARI KITAB AQIDAH WASITHIYYAH (BAG. 1)SIAPA SYAIKHUL ISLAM IBNU TAIMIYYAH? “Beliau ialah alim, al-‘Allamah ‘yang sangat paham tentang agamaʼ, Syaikhul Islam, Taqiyyud-Din Ahmad bin Abdil Halim bin Abdis Salam bin Taimiyyah. Beliau lahir di Harran [sekarang masuk wilayah Turki] pada tanggal 10 Rabiʼul Awal tahun 661 H. Keluarganya lalu berpindah ke Damaskus dan menetap di sana. Beliau ialah ulama besar dan tokoh yang memberikan pencerahan, pejuang di jalan Allah yang sangat populer. Beliau berjihad membela agama Allah dengan akal dan pikiran, dengan ilmu dan jasad. Argumentasi beliau kuat, sehingga tak seorang pun sanggup mematahkannya. Beliau tidak gentar terhadap celaan para pencela, jika telah terang kebenaran, tanpa ragu beliau menyuarakannya. Karena itulah, muncul beragam ujian dan siksaan dari para pemimpin dan tokoh di masanya, beliau dipenjara beberapa kali, bahkan beliau wafat dalam kondisi masih terpenjara di tahanan Damaskus pada tanggal 20 Syawwal tahun 728 H.” 📔 Syaikh al-‘Utsaimin, Mudzakirah ‘ala al-Aqidah al-Wasithiyyah hlm. 3 ➖➖➖➖➖➖➖➖➖ ➖ (BAG. 2) • Lebih Dekat Mengenal Kitab al-Aqidah al-Wasithiyyah “Al-Aqidah al-Wasithiyyah ialah kitab ringkas yang menghimpun aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah seputar nama-nama dan sifat-sifat Allah; tentang iman kepada Allah dan hari akhir; dan yang terkait hal-hal tersebut, seputar sikap dan perbuatan Ahlussunnah. Sebab ditulisnya kitab ini ialah saat salah satu qadhi di Wasith [sekarang masuk wilayah Irak] mengadu kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tentang banyaknya bid‘ah dan kesesatan di tengah manusia. Sehingga ia meminta kepada beliau untuk menuliskan suatu kitab aqidah ringkas yang menjelaskan tentang jalan Ahlussunnah Wal Jamaah yang terkait dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah, dan lain-lain yang akan dijelaskan oleh beliau dalam kitab aqidah ini. Karenanya, kitab ini dinamakan dengan al-Aqidah al-Wasithiyyah.” 📔 Syaikh al-‘Utsaimin, Mudzakirah ‘ala al-Aqidah al-Wasithiyyah hlm. 4 ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ (BAG. 3) • Siapa Ahlussunnah wal Jamaah? “Ahlussunnah Wal Jamaah ialah orang-orang yang berjalan di atas jalan Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya dalam keyakinan, ucapan, dan perbuatan. Mereka disebut dengan ‘Ahlussunnah Wal Jamaahʼ karena mereka berpegang teguh dengan sunnah dan bersatu di atas sunnah.” 📔 Syaikh al-‘Utsaimin, Mudzakirah ‘ala al-Aqidah al-Wasithiyyah hlm. 4 ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ 📑 @nasehatetam 📬 Grup WA Tamamul Minnah 🌐 t.me/PelajaranAqidah 🌹🌷🌷🌹🍃🍃🌹🌷🌷🌹
Hammasini ko'rsatish...
🍎Pelajaran AQIDAH💎

📚 Kumpulan pelajaran Aqidah Grup Belajar WhatsApp Tamamul Minnah 📚