cookie

ما از کوکی‌ها برای بهبود تجربه مرور شما استفاده می‌کنیم. با کلیک کردن بر روی «پذیرش همه»، شما با استفاده از کوکی‌ها موافقت می‌کنید.

avatar

Fawaid Maktabah Fairuz Ad Dailamiy

Menampilkan Fawaid Syaikhuna Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy, karya² Tulis, Dars, tanya jawab, dll

نمایش بیشتر
پست‌های تبلیغاتی
3 093
مشترکین
+1224 ساعت
+647 روز
+18030 روز

در حال بارگیری داده...

معدل نمو المشتركين

در حال بارگیری داده...

Dars Al Bidayah Wan Nihayah 229
نمایش همه...
2.24 MB
Photo unavailableShow in Telegram
ALQUR'AN DAN AS SUNNAH DENGAN PEMAHAMAN SALAF ADALAH PENUKILAN YANG AGUNG, HUJJAH SERTA HASIL AKAL YANG PALING JELAS ---------------------------- 📡 📒📕📗📘📙 📡 https://t.me/fawaidMaktabahFairuzAdDailamiy
نمایش همه...
yang terus berjalan.” (“Al I’tisham”/ hal. 539). Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم memerintahkan untuk kembali pada ajaran Salaf pada saat TERJADI FITNAH, dan Nabi tidak menyuruh untuk kembali pada ijtihad ulama di masing-masing zaman (yang tidak mendatangkan dalil yang menguatkan ijtihad mereka). وعن أبي واقد الليثي -رضي الله عنه- قال: إن رسول الله ﷺ قال ونحن جلوس على بساط: «إنها ستكون فتنة» قالوا: وكيف نفعل يا رسول الله؟ فرد إلى البساط فأمسك به فقال: «تفعلون هكذا». وقال لهم رسول الله ﷺ يوما: «أنها ستكون فتنة»، فلم يسمعه كثير من الناس، فقال معاذ بن جبل: ألا تسمعون ما يقول رسول الله ﷺ؟ فقالوا: ما قال؟ قال: «إنها ستكون فتنة». فقالوا: فكيف لنا يا رسول الله؟ وكيف نصنع؟ قال: «ترجعون إلى أمركم الأول». Dari Abu Waqid Al Laitsiy رضي الله عنه yang berkata : "Sesungguhnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah bersabda dalam keadaan kami sedang duduk-duduk di atas tikar: “Sesungguhnya akan terjadi fitnah.” Mereka bertanya: “Dan bagaimana kami harus berbuat wahai Rasulullah?” Maka beliau menggenggam tikar seraya bersabda: “Kalian melakukan seperti ini.” Dan pada suatu hari Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Sesungguhnya akan terjadi fitnah,” Akan kebanyakan orang tidak mendengar sabda beliau tadi. Maka Mu’adz bin Jabal berkata: “Apakah kalian tidak mendengar apa yang disabdakan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم?" Maka mereka bertanya: “Apakah yang beliau sabdakan?” Nabi bersabda: “Sesungguhnya akan terjadi fitnah.” Mereka bertanya: “Dan bagaimana dengan kami wahai Rasulullah? Bagaimana kami harus berbuat?” Maka beliau menggenggam tikar seraya bersabda: “Kalian (umat ini) kembali kepada urusan agama kalian yang pertama.” (HR. Ath Thabraniy dalam “Al Kabir” (3307) dan Ath Thahawiy dalam “Musykilul Atsar” (996)/sanadnya shahih). Tatkala terjadi perselisihan, Allah ta'ala memerintahkan untuk mengembalikannya pada dalil wahyu, bukannya pada ijtihad ulama. Allah ta'ala berfirman : وما اختلفتم فيه من شيء فحكمه إلى الله. "Dan apapun yang kalian perselisihkan maka hukumnya adalah dikembalikan pada Allah." Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم memerintahkan untuk kembali kepada Sunnah beliau dan Sunnah Sahabat رضي الله عنهم saat terjadi perselisihan, bukannya pada ijtihad ulama di masing-masing zaman. **Dari Al Irbadh Bin Sariyah رضي الله عنه : Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:** …ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻣَﻦْ ﻳَﻌِﺶْ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﺑَﻌْﺪِﻱْ ﻓَﺴَﻴَﺮَﻯ ﺍﺧْﺘِﻠَﺎﻓًﺎ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﺴُﻨَّﺘِﻲ ﻭَﺳُﻨَّﺔِ ﺍﻟْﺨُﻠَﻔَﺎﺀِ ﺍﻟْﻤَﻬْﺪِﻳِّﻴﻦَ ﺍﻟﺮَّﺍﺷِﺪِﻳﻦَ، ﺗَﻤَﺴَّﻜُﻮﺍ ﺑِﻬَﺎ ﻭَﻋَﻀُّﻮﺍ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺑِﺎﻟﻨَّﻮَﺍﺟِﺬِ، ﻭَﺇِﻳَّﺎﻛُﻢْ ﻭَﻣُﺤْﺪَﺛَﺎﺕِ ﺍﻟْﺄُﻣُﻮﺭِ، ﻓَﺈِﻥَّ ﻛُﻞَّ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺔٍ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ، ﻭَﻛُﻞَّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻠَﺎﻟَﺔٌ "…karena sesungguhnya orang yang hidup di antara kamu sesudahmu akan melihat perselisihan yang banyak, maka berpegang teguhlah kamu kepada sunnahku dan sunnah para Khulafa’(para sahabat) yang mendapat petunjuk, Berpegang teguhlah kamu padanya dan gigitlah dengan geraham-geraham (mu), dan jauhilah hal-hal yang diada-adakan (dalam agama) karena setiap yang baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan”. [HR Abu Dawud, no. 4607; Tirmidzi 2676; Ad Darimi; Ahmad, dan lainnya, hadits shahih lighairih). Al Imam Asy Syathibiy رحمه الله berkata tentang ahli taqlid: “Dan mereka menggugurkan pemeriksaan dan pencarian terhadap ucapan-ucapan ulama Mutaqaddimin sama sekali di dalam masalah tadi, karena berbaik sangka kepada para tokoh (Mutaakhkhirin), dan mencurigai ilmu (yang benar), sehingga sikap tadi menjadi bid’ah yang terus berjalan.” (“Al I’tisham”/ hal. 539). Al Imam Asy Syathibiy رحمه الله berkata: “Amalan orang alim telah menjadi hujjah menurut orang awwam, sebagaimana ucapan orang alim juga dijadikannya sebagai hujjah yang mutlak dan menyeluruh dalam fatwa. Maka berkumpullah pada orang awwam ini amalan yang disertai keyakinan akan bolehnya perbuatan itu dengan adanya syubhah (kekaburan) dalil. Dan ini benar-benar merupakan kebid’ahan itu sendiri.” (“Al I’tisham”/1/hal. 364).
نمایش همه...
SYUBHAT : "Sibukkan diri dengan ilmu, bukan dengan fitnah. Kita punya ulama." Pertanyaan : Bagaimana dengan ucapan orang yang berkata: "Sibukkan diri dengan ilmu, bukan dengan fitnah. Kita punya ulama. Allah ta'ala berfirman: فَسْـَٔلُوْٓ اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ Kita selalu menunggu Kalam ulama Krn ulama adalah pewaris para Nabi,,mohon faedahnya jazakallahu khairan Barakallahu fiik. ------------------------- Jawaban dengan memohon pertolongan pada Allah ta'ala : وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته. In sya Allah kita tidak dipalingkan dari ilmu seperti yang sering didengung²kan oleh para hizbiyyin yang dulu dan belakangan. In sya Allah jika kita tidak sedang ada udzur, durus kita setiap harinya sangat banyak. Kita menolong agama Allah dan Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم di tengah keterasingan manhaj yang lurus, tanpa kita mengabaikan pembelajaran dan pengajaran ilmiah In sya Allah. Kami telah sering mengamalkan ayat tadi selama bertahun² yang panjang. Kami berulang bertanya pada ulama sampai kami mengetahui kebenaran setelah membandingkan pendapat² dari pihak yang bertikai, berdasarkan dalil² dan kaidah² yang ada. Dan kami telah tahu Jawaban para ulama. Hujjah telah ditegakkan dengan berbagai dalil dan Kaidah. Itu semua hanya boleh dibatalkan dengan hujjah yang lebih kuat, Allah ta'ala mengatakan: اتبعوا ما أنزل إليكم من ربكم ولا تتبعوا من دونه أولياء. "Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian, dan janganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selain itu." Ayat ini dijadikan oleh ulama sebagai salah satu dalil tentang haramnya Taqlid. Yang terpandang adalah pendalilan, bukan pendapat orang yang tidak ma'shum. Memang betul: Secara adab adalah mendahulukan yang lebih berilmu dan lebih tua untuk berbicara. Namun apabila kebenaran (yang terbukti didukung dengan dalil dan manhaj Salafush Shalih) dalam suatu masalah dikhawatirkan terkubur atau tersamarkan karena kekeliruan sikap tokoh yang ma'shum, maka boleh orang yang mengetahuinya untuk berbicara, sesuai dengan ajaran Salaf. Sekarang orang tua telah berbicara namun hujjahnya tidak sekuat hujjah yang disampaikan orang muda. Dan orang muda berbicara dengan hujjah yang sangat kuat. Kami tetap menghormati orang tua. Namun para pewaris para Nabi di zaman Salaf dan yang Setelahnya رضي الله عنهم telah berwasiat pada kami untuk menilai berdasarkan hujjah, bukannya kebesaran tokoh. Dan kami taat pada wasiat para pewaris Nabi tersebut. Sampai kapankah si fulan membungkus sikap taqlidnya dengan istilah taaniy dan rujuk pada orang besar? Sampai kapankah dia meremehkan orang muda dan silau dengan kebesaran orang tua, sambil membutakan mata dari hujjah yang disampaikan? Dan sampai kapankah dia menyembunyikan kesombongan di dalam jiwanya itu dengan ungkapan² yang indah den menipu? Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم menyebutkan: الكبر بطر الحق وغمط الناس. "Kesombongan adalah: menolak kebenaran dan meremehkan orang lain." (HR. Muslim dari Ibnu Mas'ud رضي الله عنه). Ibrahim رحمه الله berkata: Al Fudhail ditanya: “Apakah tawadhu’ itu?” beliau menjawab: “Engkau tunduk pada kebenaran dan menaatinya. Sekalipun engkau mendengarnya dari anak kecil, engkau menerimanya darinya. Sekalipun engkau mendengarnya dari orang yang paling bodoh, engkau menerimanya darinya.” (“Hilyatul Auliya”/3/hal. 392/cet. Dar Ummil Qura/atsar hasan). Al Imam Ibnu Abdil Barr رحمه الله berkata di dalam bantahan beliau terhadap orang yang mengekor pada sebagian tokoh besar: “Pendapat itu tidak menjadi benar disebabkan oleh keutamaan orang yang mengucapkannya. Tapi pendapat itu menjadi benar hanya disebabkan oleh penunjukan dalilnya.” (“Jami’ Bayanil Ilm”/2/hal. 174/cet. Dar Ibnil Jauziy). Al Imam Asy Syathibiy رحمه الله berkata tentang ahli taqlid: “Dan mereka menggugurkan pemeriksaan dan pencarian terhadap ucapan-ucapan ulama Mutaqaddimin sama sekali di dalam masalah tadi, karena berbaik sangka kepada para tokoh (Mutaakhkhirin), dan mencurigai ilmu (yang benar), sehingga sikap tadi menjadi bid’ah
نمایش همه...
Al Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata tentang perbedaan antara Ahlussunnah dan Ahli bid’ah: “... di antaranya adalah: bahwasanya Ahlussunnah ketika ada perselisihan, mereka mengajak untuk berhukum pada Sunnah, bukan pada pendapat dan akal para tokoh.” (“Mukhtasharush Shawa’iq”/hal. 603/ cet. Darul Hadits). Al Imam Ibnul Qayyim رحمه الله juga berkata tentang perbedaan antara Ahlussunnah dan Ahli bid’ah: “Dan di antaranya adalah: bahwasanya Ahlussunnah jika dikatakan pada mereka: “Allah berfirman, Rasul-Nya ﷺ bersabda” hati mereka berhenti pada dalil-dalil tadi dan tidak melampauinya kepada yang lain, dan tidak berpaling pada “Apakah ucapan si Fulan? Dan si Fulan?” Sementara ahli bid’ah, menyelisihi yang demikian itu.” (“Mukhtasharush Shawa’iq”/hal. 604/ cet. Darul Hadits). Banyak orang yang tidak ma'shum, lalu berpendapat tanpa mendatangkan dalil yang menguatkan ijtihad mereka. Al Imam Al Mu’allimiy رحمه الله berkata: “Dan ketahuilah bahwasanya Allah ta’ala terkadang menjatuhkan sebagian orang-orang yang ikhlas ke dalam suatu kesalahan sebagai ujian bagi orang lain: apakah mereka mengikuti kebenaran dan meninggalkan ucapan orang tadi, ataukah mereka terpedaya dengan keutamaannya dan keagungannya? Dia sendiri mendapatkan udzur dan bahkan mendapatkan pahala atas ijtihadnya, tujuannya mencari kebaikan, dan bukannya dia bersikap kurang. Akan tetapi orang yang mengikutinya karena terpedaya oleh keagungannya tanpa menoleh pada hujjah-hujjah hakiki dari Kitabullah ta’ala dan Sunnah Rasul-Nya ﷺ; maka dia tidak mendapatkan udzur. Bahkan dia berada di atas bahaya yang besar.” (“Raf’ul Isytibah”/hal. 294/ cet. Daru Alamil Fawaid). والله أعلم الصواب. ----------------------------- ( Dijawab Oleh : Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy Hafidzahullah ) Senin, 9 Muharram 1446 / 15-7-2024 📚 Ⓙⓞⓘⓝ Ⓒⓗⓐⓝⓝⓔⓛ 📚 📡 📒📕📗📘📙 📡 https://t.me/fawaidMaktabahFairuzAdDailamiy
نمایش همه...
Fawaid Maktabah Fairuz Ad Dailamiy

Menampilkan Fawaid Syaikhuna Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy, karya² Tulis, Dars, tanya jawab, dll

BAGAIMANA DENGAN NISHFU SYA'BAN? Pertanyaan: Bagaimana dgn nishfu sya'ban ya syaikhanaa? --------------------- Jawaban dengan memohon pertolongan pada Allah ta'ala : O iya ya. Disunnahkan banyak berpuasa di bulan Sya'ban, sebagaimana dalam hadits Aisyah رضي الله عنها diriwayatkan oleh Al Bukhariy dan Muslim. Adapun hadits-hadits tentang puasa dan sholat malam di Nishfu Sya'ban maka dia adalah lemah. Puasa adalah ibadah yang agung, dan ada dalil khusus agar puasa banyak dikerjakan di bulan itu. والله أعلم الصواب. ----------------------------- ( Dijawab Oleh : Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy Hafidzahullah ) Senin, 9 Muharram 1446 / 15-7-2024 📚 Ⓙⓞⓘⓝ Ⓒⓗⓐⓝⓝⓔⓛ 📚 📡 📒📕📗📘📙 📡 https://t.me/fawaidMaktabahFairuzAdDailamiy
نمایش همه...
Fawaid Maktabah Fairuz Ad Dailamiy

Menampilkan Fawaid Syaikhuna Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy, karya² Tulis, Dars, tanya jawab, dll

APAKAH ADA PUASA DIBULAN RAJAB DAN APAKAH BOLEH PUASA NISHFU SYA'BAN? Pertanyaan : Afwan izin bertanya apakah ada puasa di bulan Rajab yg khusus dan apakah boleh nishfu sya'ban? ------------------ Jawaban dengan memohon pertolongan pada Allah ta'ala : Tidak ada pengkhususan puasa di bulan Rajab. Semua hadits tentang itu adalah lemah. Tapi puasa itu ibadah yang agung. Jika dikerjakan di bulan suci maka pahalanya lebih banyak. Dan Rajab itu termasuk dari bulan suci. Maka Tafadhdhol berpuasa di bulan itu, tanpa memiliki keyakinan² yang dibina di atas dalil² yang lemah. والله أعلم الصواب. ----------------------------- ( Dijawab Oleh : Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy Hafidzahullah ) Ahad, 8 Muharram 1446 / 14-7-2024 📚 Ⓙⓞⓘⓝ Ⓒⓗⓐⓝⓝⓔⓛ 📚 📡 📒📕📗📘📙 📡 https://t.me/fawaidMaktabahFairuzAdDailamiy
نمایش همه...
Fawaid Maktabah Fairuz Ad Dailamiy

Menampilkan Fawaid Syaikhuna Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy, karya² Tulis, Dars, tanya jawab, dll

Repost from D.A.Q.W.A.H - LIVE
Semoga Allah memudahkan kita untuk berpuasa Tasu'a dan 'Asyura
نمایش همه...
یک طرح متفاوت انتخاب کنید

طرح فعلی شما تنها برای 5 کانال تجزیه و تحلیل را مجاز می کند. برای بیشتر، لطفا یک طرح دیگر انتخاب کنید.