cookie

ما از کوکی‌ها برای بهبود تجربه مرور شما استفاده می‌کنیم. با کلیک کردن بر روی «پذیرش همه»، شما با استفاده از کوکی‌ها موافقت می‌کنید.

avatar

MediaSunnah.Org

"Menyeru Kepada Sunnah Yang Shahih" Website : www.mediasunnah.org Instagram : www.instagram.com/mediasunnahofficial

نمایش بیشتر
پست‌های تبلیغاتی
196
مشترکین
اطلاعاتی وجود ندارد24 ساعت
اطلاعاتی وجود ندارد7 روز
اطلاعاتی وجود ندارد30 روز

در حال بارگیری داده...

معدل نمو المشتركين

در حال بارگیری داده...

*Benarkah Itu Nikmatmu ?* Abu Hazim Salamah bin Dînâr Al-A’raj berkata, كُلُّ نِعْمَةٍ لا تُقَرِّبُ مِنَ اللهِ فَهِيَ بَلِيَّةٌ “Setiap nikmat yang tidak mendekatkan kepada Allah, maka hal tersebut adalah musibah.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunyâ dalam Asy-Syukr Lillâh] Read more : https://mediasunnah.org/benarkah-itu-nikmatmu/
نمایش همه...
Benarkah Itu Nikmatmu ?

Harta benda yang mengitari kehidupan kita dengan segala pernak perniknya yang membuat kita bahagia. Benarkah itu nikmat yang hakiki ? Atau mungkin keluarga, istri dan anak-anak kita yang lucu lagi menyejukkan mata dengan segala tingkah laku mereka yang membuat kita merasa tentram dan nyaman. Namun benarkah itu nikmat yang diridhai ? Benarkah segala kenyamanan yang ... Read more

🗒️ Pentingnya Kita Berusaha dan Sungguh-Sungguh Menuntut Ilmu Al Imam asy Syafi’i rahimahullah mengatakan, مَنْ لَمْ يَذُقْ مُرَّ التَّعَلُّمِ سَاعَةً تَجَرَّعَ ذُلُّ الْجَهْلِ طُوْلَ حَيَاتِهِ Barangsiapa yang tidak pernah mencicipi pahitnya belajar Maka dia akan meneguk hinanya kebodohan di sepanjang hidupnya _(Diwan al Imam asy Syafi’i, Dar al Kutub al ’Ilmiyah)_ https://t.me/mediaassunnahcom
نمایش همه...
MediaSunnah.Org

"Menyeru Kepada Sunnah Yang Shahih" Website : www.mediasunnah.org Instagram : www.instagram.com/mediasunnahofficial

🗒️ *Apa Hukum Shalat Sambil Menggendong Anak Yang Memakai Pampers ?* Pampers yang dipakai oleh bayi, umumnya mengandung najis dari air kencingnya. Sedangkan diantara syarat sahnya shalat adalah tidak adanya najis baik di badan, pakaian maupun tempat dimana dia shalat. Sehingga barangsiapa yang mengerjakan shalat sedangkan pada pakaiannya atau badannya terdapat najis, atau menggendong anak yang membawa najis atau membawa barang yang terdapat najis, maka menurut pendapat mayoritas ulama’ shalatnya menjadi batal. Berkata Ibnu Qudamah Rahimahullah dalam kitabnya al-Mughni 1/403 لو حمل ” المصلي ” قارورة فيها نجاسة مسدودة , لم تصح صلاته لأنه حامل لنجاسة غير معفو عنها في غير معدنها , فأشبه ما لو كانت على بدنه أو ثوبه “Seandainnya seorang yang sedang shalat membawa botol yang di dalamnya ada najis yang tersumbat, maka shalatnya tidak sah…, hal ini karena dia membawa najis yang tidak dima’afkan (yang mana najis tersebut) tidak terdapat pada sumbernya (perutnya), sehingga menyerupai najis yang menempel pada badannya ataupun pakaiannya”. (lihat juga di Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah 40/99, Al Majmu’ 3/157, Kasysyaf Al Qana’ 1/289) Batalnya shalat yang dialami oleh orang yang sedang shalat dengan menggendong bayi, berlaku apabila dia dalam keadaan mengetahui bahwa pada bayi tersebut terdapat najis. Sehingga apabila dia tidak mengetahuinya atau lupa bahwa terdapat najis pada bayi tersebut, maka shalatnya tetap sah. Wa Allahu a’lam. *Apakah Wajib Mengulangi Shalatnya ?* Baca selengkapnya : https://mediasunnah.org/apa-hukum-shalat-sambil-menggendong-anak-yang-memakai-pampers/ ☑️ *Gabung Chanel Telegram Untuk Download PDF, Poster dan Faidah Lainnya :* https://t.me/mediaassunnahcom ☑️ *Gabung Group WhatsApp :* *Link Group WhatsApp Khusus Ikhwan :* https://chat.whatsapp.com/HKBvZ5UAHP0KqAJ9pTKhGu *Link Group WhatsApp Khusus Akhawat :* https://chat.whatsapp.com/EPFziVisMlbKMiOOchNFPN
نمایش همه...

Photo unavailableShow in Telegram
Al-Bukhari dalam Tarikhul Kabir dan Al-Bayhaqi dalam Syu'abul Iman meriwayatkan atsar dari Umar bin Khattab رضي الله عنه, اِجْتَنِبُوا أَعْدَاءَ اللّٰهِ الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَی فِيْ عِيْدِهِمْ يَوْمَ جَمْعِهِمْ “Jauhilah musuh-musuh Allah dari kalangan Yahudi dan Nasrani di hari raya mereka saat perkumpulan mereka”.
نمایش همه...
00:16
Video unavailableShow in Telegram
6.50 KB
🗒️ Meninggal Dunia Belum Membayar Hutang, Apakah Allah Maafkan ? Diantara tanggung jawab seorang muslim dalam perkara muamalah adalah perkara membayar hutang. Lalu muncul pertanyaan, jika sesorang meninggal dunia, kemudian dia belum melunasi hutang, bagaimana nasibnya ? Sebelum membahas mengenai nasibnya, maka kita bahas apa yang harus dilakukan oleh ahli warisnya. Pertama, hendaknya membayarkan hutangnya dengan harta peninggalan mayyit. Aset orang yang meninggal dunia tidak boleh dibagikan kepada ahli waris terlebih dahulu sebelum tanggungan mayit tertunaikan semuanya. Tanggungan-tanggungan tersebut sseperti meliputi biaya pengurusan jenazah, wasiat, serta urusan utang piutang. Allah ta’ala berfirman: مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِي بِهَا أَوْ دَيْنٍ “(Pembagian-pembagian warisan tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (setelah dibayar) utangnya.” (An-Nisa’: 11). Bagaimana jika hutang yang harus dibayar melebihi dari aset yang ditinggalkan atau bahkan tidak memiliki peninggalan aset sama sekali? Apakah ahli warisnya wajib untuk menanggungnya ? Ulama sepakat bahwa masalah warisan hutang tidak ada dalam fiqih. Apabila mayit meninggal dunia dengan menanggung hutang yang menumpuk, di sisi lain dia tidak meninggalkan aset cukup, maka ahli waris tidak otomatis berkewajiban membayar hutang mayit. Namun apabila terdapat ahli waris yang menghendaki untuk berbaik hati, maka hukumnya sah membayarkan hutang keluarganya yang sudah meninggal dunia, bahkan ini termasuk bentuk melaksanakan sunnah dan bentuk bakti kepada keluarga yang telah wafat khusunya jika yang wafat adalah orang tuanya. Demikian disampaikan oleh Al-Qurthubi Rahimahullah dalam kitabnya Al-Jâmi’ li Ahkâmil Quran yang mengutip dari kitab Al Mufhim 3/443: وبالاجماع لو مات ميت وعليه دين لم يجب على وليه قضاؤه من ماله، فان تطوع بذلك تأدى الدين عنه “Sesuai konsensus ulama, jika ada orang meninggal, sedangkan ia mempunyai tanggungan utang, maka bagi walinya tidak wajib membayarkan utang dengan mengambil harta walinya. Namun apabila ia ingin berbuat sunnah melalui demikian, bisa melaksanakan dengan cara membayarkan utang yang telah ditanggung mayit tersebut. (Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâmil Quran, [Maktabah Ar-Risalah, Beirut, 2006 M], juz 5, halaman 230). Kemudian bagaimana nasib orang yang hutangnya belum terlunasi? Baca selengkapnya : https://mediasunnah.org/meninggal-dunia-belum-membayar-hutang-apakah-allah-maafkan/ ☑️ *Gabung Chanel Telegram Untuk Download PDF, Poster dan Faidah Lainnya :* https://t.me/mediaassunnahcom ☑️ *Gabung Group WhatsApp :* *Link Group WhatsApp Khusus Ikhwan :* https://chat.whatsapp.com/HKBvZ5UAHP0KqAJ9pTKhGu *Link Group WhatsApp Khusus Akhawat :* https://chat.whatsapp.com/EPFziVisMlbKMiOOchNFPN
نمایش همه...
Meninggal Dunia Belum Membayar Hutang, Apakah Allah Maafkan ?

Diantara tanggung jawab seorang muslim dalam perkara muamalah adalah perkara membayar hutang. Lalu muncul pertanyaan, jika sesorang meninggal dunia, kemudian dia belum melunasi hutang, bagaimana nasibnya ? Sebelum membahas mengenai nasibnya, maka kita bahas apa yang harus dilakukan oleh ahli warisnya. Pertama, hendaknya membayarkan hutangnya dengan harta peninggalan mayyit. Aset orang yang meninggal dunia tidak […]

bersyukur.jpg0.58 KB
🎙️ *Hukum Mengucapkan Tabarakallah Dan Ma Syaa Allah* Yang sesuai dengan sunnah, hendaknya seseorang mengucapkan doa keberkahan tatkala melihat sesuatu yang membuat dirinya takjub. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Shallaallahu ‘alaihi wa sallam: إذا رأى أحدكم من نفسه أو ماله أو من أخيه ما يعجبه فليدع له بالبركة فٍان العين حق رواه ابن السني في ” عمل اليوم والليلة ” ص 168 والحاكم 4 / 216 وصححه الألباني في ” الكلم الطيب ” 243 “Apabila salah seorang dari kamu melihat dari dirinya atau hartanya atau milik saudaranya yang membuat ia takjub maka doakanlah dengan keberkahan. Karena ‘ain itu benar adanya” (Hakim 4:216, dishahihkan oleh al Albani) Dalam hadits yang lain, terdapat petunjuk bagi seorang muslim apabila dia melihat sesuatu yang membuat dirinya takjub yaitu mendoakan keberkahan. Hal ini agar orang yang kita kagumi tidak tertimpa penyakit ‘ain karen sebab ketakjuban kita. Baca selengkapnya: https://mediasunnah.org/hukum-mengucapkan-tabarakallah-dan-ma-syaa-allah/ ☑️ *Gabung Chanel Telegram Untuk Download PDF, Poster dan Faidah Lainnya :* https://t.me/mediaassunnahcom ☑️ *Gabung Group WhatsApp :* *Link Group WhatsApp Khusus Ikhwan :* https://chat.whatsapp.com/HKBvZ5UAHP0KqAJ9pTKhGu *Link Group WhatsApp Khusus Akhawat :* https://chat.whatsapp.com/EPFziVisMlbKMiOOchNFPN
نمایش همه...
Hukum Mengucapkan Tabarakallah Dan Ma Syaa Allah

Yang sesuai dengan sunnah, hendaknya seseorang mengucapkan doa keberkahan tatkala melihat sesuatu yang membuat dirinya takjub. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Shallaallahu ‘alaihi wa sallam: إذا رأى أحدكم من نفسه أو ماله أو من أخيه ما يعجبه فليدع له بالبركة فٍان العين حق رواه ابن السني في ” عمل اليوم والليلة ” ص 168 والحاكم […]

🔉🔊 *Apakah Orang Yang Sudah Mati Mendengar Perkataan Orang Yang Masih Hidup ?* Permasalahan apakah orang yang sudah mati mendengar perkataan orang yang masih hidup merupakan permasalahan yang terdapat khilaf antara para ulama mengenainya. Ibnu Rajab rahimahullah berpendapat bahwa mayyit mendengar pembicaraan orang yang hidup. Beliau rahimahullah berkata dalam kitabnya Ahwal Al-Qubur: أما سماع الموتى لكلام الأحياء: ففي الصحيحين عن أنس، عن أبي طلحة، قال: لما كان يوم بدر، وظهر عليهم نبي الله صلى الله عليه وسلم أمر ببضعة وعشرين، وفي رواية: أربعة وعشرين رجلًا من صناديد قريش، فألقوا في طوى من أطواء بدر، فقام رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: يا أبا جهل بن هشام، يا أمية بن خلف، يا عتبة بن ربيعة، يا شيبة بن ربيعة: أليس قد وجدتم ما وعد ربكم حقًّا؟ فإني وجدت ما وعد ربي حقًّا. فقال عمر: رسول الله، ما تكلم من أجساد لا أرواح فيها، فقال: والذي نفسي بيده، ما أنتم بأسمع لما أقول منهم و لكنهم لا يقدرون أن يجيبوا “Adapun mendengarnya orang yang mati terhadap perkataan orang yang masih hidup. Maka dalam kitab shahihain dari Anas dari Abu Thalhah, dia berkata: tatkala pada hari peperangan Badar, dan Nabi Shallaallahu ‘Alaihi Wa Sallam berhasil menang atas mereka (orang qurays), maka nabi memerintahkan dua puluh sekian dan dalam riwayat lain dua puluh empat orang (mayat) dari pembesar para Qurays untuk dilemparkan ke salah satu sumur dari sumur-sumur yang terdapat di daerah Badar. Rasulullah Shallaallahu ‘Alaihi Wa Sallam pun berdiri dan berkata: “wahai Abu Jahl Bin Hisyam, wahai Umayyah Bin Khalaf, wahai Utbah Bin Rabi’ah, wahai Syaibah Bin Rabi’ah, bukankah kalian telah mendapati kebenaran janji Rabb kalian ? sungguh aku telah mendapati kebenaran janji yang Rabbku janjikan kepadaku. Maka Umar berkata: wahai Rasulullah, bagaimana mereka bisa mejawab dengan jasad yang tidak lagi memiliki ruh? Maka beliau menjawab: demi dzat yang jiwaku berada di tanganNya, kalian tidak lebih mendengar apa yang aku ucapkan daripada mereka, hanya saja mereka tidak bisa menjawab” Sebagian ulama’ lain juga berdalilkan dengan hadits shahih dalam kitab Ash Shahihain bahwa mayyit masih diberikan kemampuan untuk mendengar suara orang yang masih hidup. Nabi shallaallahu ;alaihi wa sallam bersabda tentang mayit: “إنه ليسمع خفق نعالهم إذا انصرفوا “ “Sesungguhnya (mayit) mendengar suara sandal-sandal mereka (para pengantar jenazah) tatkala mereka kembali pulang” Baca selengkapnya: https://mediasunnah.org/apakah-orang-yang-sudah-mati-mendengar-perkataan-orang-yang-masih-hidup/ ✉️ Gabung Chanel Telegram : https://t.me/mediaassunnahcom ☑️ Gabung Group WhatsApp : Link Group WhatsApp Khusus Ikhwan : https://chat.whatsapp.com/HKBvZ5UAHP0KqAJ9pTKhGu Link Group WhatsApp Khusus Akhawat : https://chat.whatsapp.com/EPFziVisMlbKMiOOchNFPN
نمایش همه...
یک طرح متفاوت انتخاب کنید

طرح فعلی شما تنها برای 5 کانال تجزیه و تحلیل را مجاز می کند. برای بیشتر، لطفا یک طرح دیگر انتخاب کنید.