cookie

Utilizamos cookies para mejorar tu experiencia de navegación. Al hacer clic en "Aceptar todo", aceptas el uso de cookies.

avatar

Salafy Mamuju

Mostrar más
Publicaciones publicitarias
208
Suscriptores
Sin datos24 horas
Sin datos7 días
+430 días

Carga de datos en curso...

Tasa de crecimiento de suscriptores

Carga de datos en curso...

Photo unavailableShow in Telegram
Foto dari Sahiruddin
Mostrar todo...
Repost from SALAFY SOLO
TERUS MENJAGA KETAATAN SETELAH RAMADHAN •••• 🎙️ Syaikh Rabi' bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah Kita tidak bersungguh-sungguh di bulan Ramadhan kemudian lupa dan memutar punggung kita untuk melakukan ketaatan dan mentaati Allah di bulan-bulan yang lainnya. Teruslah --barakallahu fikum-- dalam menyambung ibadah kepada Allah seperti dengan mengerjakan shalat malam dan mentaati Allah serta semua ketaatan yang dia lakukan di Ramadhan. Kita jangan lupa! Sebagian orang melakukan ketaatan di bulan ini, namun jika bulan ini telah berlalu dia kurang, malas, dan sering pura-pura lupa melakukan ketaatan. Jangan demikian! Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya kita memiliki perhatian terhadap bulan ini lebih dari yang lainnya, tetapi sepanjang tahun dan sepanjang hidup kita wajib untuk selalu mengingat Allah. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا الله ذِكْرًا كَثِيرًا. وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا. "Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (menyebut dan mengingat) Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah untuk-Nya di waktu pagi dan petang." (QS. Al-Ahzab: 41-42) Jadi seorang mu'min selalu mengingat Allah Tabaraka wa Ta'ala selama-lamanya, mentaati-Nya, bertakwa kepada-Nya, takut kepada-Nya dan selalu merasa diawasi oleh Allah setiap saat. https://t.me/salafysolo/1059
Mostrar todo...
SALAFY SOLO

Arsip

https://t.me/salafysolo

Photo unavailableShow in Telegram
Segenap Tim Admin dan Asatidzah pembina Channel Salafy Mamuju dan *Grup WhatsApp Salafy Mamuju* mengucapkan : 💐Selamat Hari Raya Idul fitri 1445H ﺗَﻘَﺒَّﻞَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣِﻨَّﺎ ﻭَﻣِﻨْﻜُﻢ صَالِحَ الأَعْمَالِ *Taqabbalallahu minna wa minkum shalihal a'mal* "Semoga Allah menerima amalan-amalan shalih kami dan Anda semuanya." https://t.me/salafymamuju
Mostrar todo...
Repost from Salafy Indonesia
⚠✅📢❌ BAHAYA CINTA KEPEMIMPINAN ✍🏻 Al-Imam Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, ما منْ أحَدٍ أَحبَّ الرِّئَاسَةَ إِلَّا حسدَ وبغَى وَتَتَبَّعَ عُيُوبَ النَّاس وَكَرِهَ أَنْ يُذْكَرَ أَحَدٌ بِخَيْرٍ Tidak ada seorang pun yang mencintai kepemimpinan melainkan dia akan hasad (iri), melampaui batas, mencari-cari aib orang lain, dan tidak suka orang lain dibicarakan dengan kebaikan. 📚 Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih, 1/569 🌍 Kunjungi || https://forumsalafy.net/bahaya-cinta-kepemimpinan ⚪️ WhatsApp Salafy Indonesia ⏩ Channel Telegram || http://telegram.me/forumsalafy 💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎
Mostrar todo...
Photo unavailableShow in Telegram
▪️ ••┈┈✺ ﷽ ✺┈┈•• ▪️ 🍃🌺🍃 [Gambar Fawaid] 010 🌙📚🗒️ BAHAN RENUNGAN DI AKHIR RAMADHAN 💬 Syaikh Shalih al-Fauzan hafidzahullah berkata, نوازن حالتنا قبل دخول هذا الشهر وحالتنا الحاضرة هل صلحت أعمالنا؟ وهل تحسنت أخلاقنا "Mari kita bandingkan kondisi kita sebelum masuk bulan Ramadhan ini dengan kondisi kita sekarang. Apakah amalan-amalan kita semakin baik? Apakah akhlak-akhlak kita semakin bagus?" ✍️ Al-Khuthab al-Mimbariyah fil Munasabah al-Ashriyah 1/309 sumber : https://t.me/KajianIslamTemanggung/17619 ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ 📱 Join & share: •telegram: t.me/salafymamuju
Mostrar todo...
Photo unavailableShow in Telegram
▪️ ••┈┈✺ ﷽ ✺┈┈•• ▪️ 🍃🌺🍃 [Gambar Fawaid] 009 LEBIH SEMANGAT SHALAT ISYA & SHUBUH DI MASJID DI 10 MALAM TERAKHIR RAMADHAN! ▪️ Berkata al-Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi'i rahimahullah, "من شهد العشاء والصبح ليلة القدر، فقد أخذ بحظه منه" "Barangsiapa yang hadir (di masjid) untuk melaksanakan shalat isya dan shubuh di malam (yang bertepatan dengan) lailatul qadr, maka ia telah meraih bagian dari keutamaan lailatul qadr" 📚 Tharhut Tatsrib karya al-'Iraqi, 4/162. 🎙Sumber: https://t.me/hikmahsalafiyyah/9893 ▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️ 📱 Join & share: •telegram: t.me/salafymamuju
Mostrar todo...
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلَاةُ ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُومُ مُقَابِلَ النَّاسِ وَالنَّاسُ جُلُوسٌ عَلَى صُفُوفِهِمْ فَيَعِظُهُمْ وَيُوصِيهِمْ وَيَأْمُرُهُمْ فَإِنْ كَانَ يُرِيدُ أَنْ يَقْطَعَ بَعْثًا قَطَعَهُ أَوْ يَأْمُرَ بِشَيْءٍ أَمَرَ بِهِ ثُمَّ يَنْصَرِفُ “Rasulullah dahulu keluar pada hari Idul Fitri dan Idhul Adha ke mushalla. Yang pertama kali beliau lakukan adalah shalat. Beliau kemudian berpaling dan berdiri di hadapan manusia, sedangkan mereka duduk di saf-saf mereka. Kemudian beliau menasihati dan memberi wasiat kepada mereka serta memberi perintah kepada mereka. Apabila beliau ingin mengutus suatu utusan, beliau melakukannya saat itu; atau beliau ingin memerintahkan sesuatu, beliau perintahkan saat itu, lalu beliau pergi.” (Sahih, HR. al-Bukhari, “Kitab al-’Idain”, “Bab al-Khuruj Ilal Mushalla bi Ghairil Mimbar” dan Muslim) Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan, “Mushalla yang dimaksud dalam hadits adalah tempat yang telah dikenal. Jarak antara tempat tersebut dan Masjid Nabawi sejauh seribu hasta.” Ibnul Qayyim berkata, “Itu adalah tempat jamaah haji meletakkan barang bawaan mereka.” Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Tampaknya, tempat itu dahulu di sebelah timur Masjid Nabawi, dekat dengan kuburan Baqi’ ….” (dinukil dari Shalatul ‘Idain fil Mushalla Hiya Sunnah karya Syaikh al-Albani, hlm. 16) *Waktu Pelaksanaan Shalat* Yazid bin Khumair ar-Rahabi berkata, خَرَجَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُسْرٍ صَاحِبُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ النَّاسِ فِي يَوْمِ عِيدِ فِطْرٍ أَوْ أَضْحَى فَأَنْكَرَ إِبْطَاءَ الْإِمَامِ فَقَالَ: إِنَّا كُنَّا قَدْ فَرَغْنَا سَاعَتَنَا هَذِهِ. وَذَلِكَ حِينَ التَّسْبِيحِ “Abdullah bin Busr, salah seorang sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, pergi bersama orang-orang pada hari Idul Fitri atau Idhul Adha. Ia mengingkari lambatnya imam. Ia pun berkata, ‘Kami dahulu telah selesai pada saat seperti ini.’ Waktu itu adalah ketika tasbih.” (Sahih, HR. al-Bukhari secara mua’llaq, “Kitabul ‘Idain”, “Bab at-Tabkir Ilal ‘Id”, 2/456; Abu Dawud, “Kitabush Shalat”, “Bab Waqtul Khuruj Ilal ‘Id”, 1135; Ibnu Majah “Kitab Iqamatush Shalah was Sunan fiha”, “Bab Fi Waqti Shalatil ’Idain”, dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud) Yang dimaksud dengan kata “ketika tasbih” adalah ketika waktu shalat sunnah. Waktu tersebut adalah ketika telah berlalunya waktu yang dibenci shalat padanya. Dalam riwayat yang sahih yang dikeluarkan oleh ath-Thabarani disebutkan, ketika waktu shalat sunnah Dhuha. 💎 Ibnu Baththal rahimahullah berkata, “Para ahli fikih bersepakat bahwa shalat Id tidak boleh dilakukan sebelum terbitnya matahari atau ketika terbitnya. Shalat Id hanyalah diperbolehkan ketika diperbolehkannya shalat sunnah.” Demikian dijelaskan Ibnu Hajar. (al-Fath, 2/457) Ada yang berpendapat bahwa awal waktunya adalah ketika terbit matahari, walaupun waktu dibencinya shalat belum lewat. Ini adalah pendapat Imam Malik. Adapun pendapat yang pertama adalah pendapat Abu Hanifah, Ahmad, dan salah satu pendapat pengikut Syafi’i. (lihat Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/104) Pendapat yang kuat adalah pendapat yang pertama. Sebab, menurut Ibnu Rajab rahimahullah, “Sesungguhnya telah diriwayatkan dari Ibnu Umar, Rafi bin Khadij, dan sekelompok tabiin bahwa mereka tidak keluar menuju shalat Id kecuali ketika matahari telah terbit. Bahkan, sebagian mereka shalat Dhuha di masjid sebelum keluar menuju Id. Ini menunjukkan bahwa shalat Id dahulu dilakukan setelah lewatnya waktu larangan shalat.” (lihat Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/105) https://t.me/PenaIlmuSalafiyin *Apakah Waktu Idul Fitri Lebih Didahulukan daripada Idul Adha?* Dalam hal ini ada dua pendapat: 1. Keduanya dilakukan dalam waktu yang sama. 2. Waktu pelaksanaan shalat Idul Fitri disunnahkan diakhirkan, sedangkan waktu pelaksanaan shalat Idul Adha disunnahkan disegerakan. Ini adalah pendapat Abu Hanifah, asy-Syafi’i, dan Ahmad.
Mostrar todo...
Pena Ilmu Salafiyyin

Ittiba'u Rasullillah Menyebarkan Ilmu. Berdakwah KeJalan Allah diatas Bashirah...

كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ فَيُكَبِّرُ حَتَّى يَأْتِيَ الْمُصَلَّى وَحَتَّى يَقْضِيَ الصَّلَاَةَ، فَإِذَا قَضَى الصَّلَاةَ قَطَعَ التَّكْبِيرَ “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam keluar di hari raya Idul Fitri lalu beliau bertakbir sampai datang ke tempat shalat hingga shalat dimulai. Apabila telah selesai shalat beliau berhenti bertakbir.” (Sahih, Mursal az-Zuhri, HR. Ibnu Abi Syaibah dan dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani dengan syawahid-nya dalam ash-Shahihah, no. 171) Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Dalam hadits ini ada dalil disyariatkannya apa yang diamalkan kaum muslimin, yaitu bertakbir dengan keras selama perjalanan menuju tempat shalat. Namun, banyak di antara mereka mulai menggampangkan sunnah (ajaran Nabi) ini sehingga hampir-hampir menjadi sekadar berita (tentang yang dahulu terjadi). Hal itu karena lemahnya mental keagamaan mereka dan karena rasa malu untuk menampilkan sunnah serta menampakkannya terang-terangan. Dalam kesempatan ini, amat baik untuk kita ingatkan bahwa mengeraskan takbir di sini tidak disyariatkan dengan berpadu dalam satu suara sebagaimana dilakukan sebagian manusia[2] ….” (ash-Shahihah, 1 bagian 1 hlm. 331) *Lafaz Takbir* Tentang hal ini tidak terdapat riwayat yang sahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Wallahu a’lam. Yang ada adalah dari sahabat, dan itu ada beberapa lafaz. Syaikh al-Albani berkata, “Telah sahih mengucapkan dua kali takbir dari sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu. أَنَّهُ كَانَ يُكَبِّرُ أَيَّامَ التَّشْرِيقِ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ Ibnu Mas’ud bertakbir di hari-hari tasyriq dengan lafaz, “Allaahu akbar, allaahu akbar; Laa ilaaha illallaahu wallahu akbar; Allaahu akbar wa lillaahil hamd.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, 2/2/2 dan sanadnya shahih) Namun, Ibnu Abi Syaibah menyebutkan juga di tempat yang lain dengan sanad yang sama dengan takbir tiga kali. Demikian pula diriwayatkan al-Baihaqi (3/315) dan Yahya bin Said dari al-Hakam dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dengan tiga kali takbir. Dalam salah satu riwayat Ibnu Abbas disebutkan, اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، اللهُ أَكْبَرُ وَأَجَلُّ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ (Lihat Irwa`ul Ghalil, 3/125) https://t.me/PenaIlmuSalafiyin *Tempat Shalat Id* Banyak ulama menyebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam selalu melaksanakan shalat dua hari raya di mushalla. Mushalla yang dimaksud adalah tempat shalat berupa tanah lapang dan bukan masjid, sebagaimana dijelaskan sebagian riwayat hadits berikut ini. Dari al-Bara bin Azib radhiyallahu anhu ia berkata, خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أَضْحًى إِلَى الْبَقِيعِ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ وَقَالَ إِنَّ أَوَّلَ نُسُكِنَا فِي يَوْمِنَا هَذَا أَنْ نَبْدَأَ بِالصَّلَاةِ ثُمَّ نَرْجِعَ فَنَنْحَرَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ وَافَقَ سُنَّتَنَا “Nabi shallallahu alaihi wa sallam pergi pada hari Idul Adha ke Baqi lalu shalat dua rakaat. Beliau menghadap kepada kami dengan wajahnya dan mengatakan, ‘Sesungguhnya, awal ibadah kita pada hari ini dimulai dengan shalat. Lalu kita pulang dan menyembelih kurban. Barang siapa yang sesuai dengan itu, berarti telah sesuai dengan sunnah ….’” (Sahih, HR. al-Bukhari, “Kitab al-’Idain”, “Bab Istiqbalul Imam an-Nas Fi Khuthbatil ‘Id”) Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Dalam hadits ini dijelaskan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam keluar dan shalat di Baqi’. Namun, yang dimaksud bukanlah Nabi shalat di kuburan Baqi’, melainkan tempat lapang yang bersambung dengan kuburan Baqi’. Nama Baqi’ meliputi seluruh daerah tersebut. Ibnu Zabalah juga telah menyebutkan dengan sanadnya bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam shalat Id di luar Madinah (sampai) di lima tempat, hingga pada akhirnya shalatnya tetap di tempat yang dikenal (untuk pelaksanaan Id, -pent.). Orang-orang sepeninggal beliau shalat di tempat itu.” (Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/144) Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu, ia mengatakan,
Mostrar todo...
Pena Ilmu Salafiyyin

Ittiba'u Rasullillah Menyebarkan Ilmu. Berdakwah KeJalan Allah diatas Bashirah...

Namun, tidak seorang pun menukilkan bahwa beliau melakukan shalat Jumat dan shalat Id dalam safarnya ….” (Majmu’ Fatawa, 24/177—178) *Mandi Sebelum Melakukan Shalat Id* عَنْ مَالِك عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى Dari Malik, dari Nafi, ia berkata bahwa Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu dahulu mandi pada hari Idul Fitri sebelum pergi ke mushalla (lapangan). (Sahih, HR. Malik dalam al-Muwaththa’, dan Imam asy-Syafi’i dari jalannya dalam al-Umm) Dalam atsar lain dari Zadzan, seseorang bertanya kepada Ali radhiyallahu anhu tentang mandi. Ali radhiyallahu anhu berkata, “Mandilah setiap hari jika kamu mau.” Ia menjawab, “Tidak, mandi yang benar-benar mandi.” Ali radhiyallahu anhu berkata, “Hari Jumat, hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Idul Fitri.” (HR. al-Baihaqi, dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam al-Irwa’, 1/176—177) *Memakai Wewangian" عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ نَافِعٍ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ يَغْتَسِلُ وَيَتَطَيَّبُ يَوْمَ الْفِطْرِ Dari Musa bin Uqbah, dari Nafi, bahwa Ibnu Umar mandi dan memakai wewangian di hari Idul Fitri. (Sahih, Riwayat al-Firyabi dan Abdurrazzaq) Al-Baghawi berkata, “Disunnahkan untuk mandi pada hari Id. Diriwayatkan dari Ali bahwa beliau mandi pada hari Id. Demikian pula yang diriwayatkan dari Ibnu Umar dan Salamah bin Akwa. Disunnahkan juga untuk memakai pakaian terbagus yang dia dapati serta memakai wewangian.” (Syarhus Sunnah, 4/303) *Memakai Pakaian yang Bagus* Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, أَخَذَ عُمَرُ جُبَّةً مِنْ إِسْتَبْرَقٍ تُبَاعُ فِي السُّوقِ فَأَخَذَهَا فَأَتَى بِهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ابْتَعْ هَذِهِ تَجَمَّلْ بِهَا لِلْعِيدِ وَالْوُفُودِ. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّمَا هَذِهِ لِبَاسُ مَنْ لَا خَلَاقَ لَهُ Umar radhiyallahu anhu mengambil sebuah jubah dari sutera yang dijual di pasar. Kemudian dia membawanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Umar radhiyallahu anhu berkata, “Wahai Rasulullah, belilah ini dan berhiaslah dengan pakaian ini untuk hari raya dan menyambut utusan-utusan.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun berkata, “Ini adalah pakaian orang yang tidak akan dapat bagian (di akhirat) ….” (Sahih, HR. al-Bukhari, “Kitabul Jum’ah”, “Bab Fil ‘Idain wat Tajammul fihi”, dan Muslim, “Kitab Libas waz Zinah”) Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits ini menunjukkan disyariatkannya berhias untuk hari raya dan bahwa ini hal yang biasa di antara mereka.” (Fathul Bari) https://t.me/PenaIlmuSalafiyin *Makan Sebelum Berangkat Shalat Id* Anas bin Malik radhiallahu anhu berkata, كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ. وَقَالَ مُرَجَّأُ بْنُ رَجَاءٍ: حَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ قَالَ: حَدَّثَنِي أَنَسٌ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا  “Rasulullah tidak keluar di hari Idul Fitri sebelum beliau makan beberapa kurma.” Murajja’ bin Raja berkata, “Abdullah berkata kepadaku, ia mengatakan bahwa Anas berkata kepadanya, “Nabi memakannya dalam jumlah ganjil.” (Sahih, HR. al-Bukhari, “Kitab al-’Idain”, “Bab al-Akl Yaumal ‘Idain Qablal Khuruj”) Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Mayoritas ulama menganggap sunnah untuk makan pada Idul Fitri sebelum keluar menuju tempat shalat Id. Di antara mereka adalah Ali dan Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma.” Di antara hikmah dalam aturan syariat ini, yang disebutkan oleh para ulama adalah: Menyelisihi ahlul kitab, yang tidak mau makan pada hari raya mereka sampai mereka pulang. Untuk menampakkan perbedaan dengan Ramadhan. Shalat Idul Fitri disunnahkan dilaksanakan lebih siang (dibandingkan dengan Idul Adha) sehingga makan sebelum shalat lebih menenangkan jiwa. Berbeda halnya dengan shalat Idul Adha, yang sunnah adalah segera dilaksanakan. (lihat Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/89) *Bertakbir ketika Keluar Menuju Tempat Shalat*
Mostrar todo...
Pena Ilmu Salafiyyin

Ittiba'u Rasullillah Menyebarkan Ilmu. Berdakwah KeJalan Allah diatas Bashirah...

“Aku mengikuti shalat Id bersama Rasulullah, Abu Bakr, Umar, dan Utsman. Mereka semua shalat dahulu sebelum khotbah.” (Sahih, HR al-Bukhari, “Kitab ‘Idain”, Bab al-Khutbah Ba’dal Id) Dalam berkhotbah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam berdiri dan menghadap manusia tanpa memakai mimbar. Beliau mengingatkan mereka untuk bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala. Bahkan, beliau mengingatkan kaum wanita secara khusus untuk banyak melakukan sedekah, karena kebanyakan penduduk neraka adalah kaum wanita. *Jamaah Id dipersilahkan memilih, duduk mendengarkan atau tidak.* ✅💎 Ini berdasarkan hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam dari Abdullah bin Saib, ia berkata, شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِيدَ فَلَمَّا قَضَى الصَّلَاةَ قَالَ: إِنَّا نَخْطُبُ، فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ لِلْخُطْبَةِ فَلْيَجْلِسْ، وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ “Aku menyaksikan shalat Id bersama Rasulullah. Ketika selesai shalat, beliau berkata, ‘Kami berkhotbah, barang siapa ingin duduk untuk mendengarkan khotbah, silakan duduk. Barang siapa ingin pergi, silakan.” (Sahih, HR. Abu Dawud dan an-Nasai; dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud, no. 1155) Namun, alangkah baiknya untuk mendengarkan khotbah apabila itu berisi nasihat-nasihat untuk bertakwa kepada Allah shallallahu alaihi wa sallam dan berpegang teguh dengan agama dan As-Sunnah serta menjauhi bid’ah. Berbeda keadaannya apabila mimbar Id berubah menjadi ajang kampanye politik atau mencaci maki pemerintah muslim yang tiada menambah kecuali kekacauan di masyarakat. Wallahu a’lam. *Wanita yang Haid Tetap Berangkat* Wanita yang sedang haid tetap mengikuti acara shalat Id walaupun tidak boleh melakukan shalat, bahkan haram dan tidak sah. Ia diperintahkan untuk menjauh dari tempat shalat sebagaimana hadits yang telah disebutkan dalam  hukum shalat Id. https://t.me/PenaIlmuSalafiyin *Sutrah bagi Imam* Sutrah adalah benda—bisa berupa tembok, tiang, tongkat, atau lainnya—yang diletakkan di depan orang shalat sebagai pembatas shalatnya. Tingginya kurang lebih satu hasta. Ada larangan Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk melewati orang yang shalat. Dengan sutrah ini, seseorang boleh melewati orang yang shalat dari belakang sutrah, tidak boleh antara seorang yang shalat dan sutrahnya. Sutrah ini disyariatkan untuk imam dan orang yang shalat sendirian atau munfarid. Adapun makmum tidak memerlukan dan diperbolehkan lewat di depan makmum. Ini adalah sunnah yang ditinggalkan oleh mayoritas manusia. Oleh karena itu, marilah kita menghidupkan sunnah ini, termasuk dalam shalat Id. 💎 Dari Ibnu Umar, أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَرَجَ يَوْمَ الْعِيدِ أَمَرَ بِالْحَرْبَةِ فَتُوضَعُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَيُصَلِّي إِلَيْهَا وَالنَّاسُ وَرَاءَهُ وَكَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي السَّفَرِ فَمِنْ ثَمَّ اتَّخَذَهَا الْأُمَرَاءُ “Dahulu, apabila Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam keluar pada hari Id, beliau memerintahkan untuk membawa tombak kecil, lalu ditancapkan di depannya. Kemudian beliau shalat ke hadapannya, sedangkan orang-orang di belakangnya. Beliau melakukan hal itu dalam safarnya. Dari situlah, para pimpinan melakukannya juga.” (Sahih, HR. al-Bukhari, “Kitabush Shalat”, “Bab Sutratul Imam Sutrah liman Khalfah” dan “Kitabul ‘Idain”, “Bab ash-Shalat Ilal Harbah Yaumul ‘Id”;’ lihat al-Fath, 2/463 dan Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/136) *Apabila Masbuk (Tertinggal) Shalat Id, Apa yang Dilakukan?* Imam al-Bukhari membuat bab dalam Shahih-nya berjudul, “Apabila seseorang tertinggal shalat Id, dia shalat dua rakaat; demikian pula wanita dan orang-orang yang di rumah dan desa-desa, berdasarkan sabda Nabi, ‘Ini adalah Id kita, pemeluk Islam’.” 💎 Atha rahimahullah (seorang tabiin), apabila beliau tertinggal shalat Id, beliau shalat dua rakaat. Bagaimana dengan takbirnya? Menurut al-Hasan, an-Nakha’i, Malik, al-Laits, asy-Syafi’i, dan Ahmad dalam satu riwayat, dia shalat dengan takbir seperti takbir imam. (Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/169)
Mostrar todo...
Pena Ilmu Salafiyyin

Ittiba'u Rasullillah Menyebarkan Ilmu. Berdakwah KeJalan Allah diatas Bashirah...

Elige un Plan Diferente

Tu plan actual sólo permite el análisis de 5 canales. Para obtener más, elige otro plan.