cookie

Utilizamos cookies para mejorar tu experiencia de navegaciΓ³n. Al hacer clic en "Aceptar todo", aceptas el uso de cookies.

avatar

κ—ƒ ΦΈΰ£ͺ Λ– 𖦆 π“‘π’πŸ 𝐒𝐬π₯𝐚𝐦𝐒𝐜 ☁️ βŒ•

- hijrahlah karena Allah, bukan hijrah karena manusia - jika admin salah, harap tegur ke bot! ☎️ @rifawzislamicbot @.close (khusus pfp) ig: instagram.com/rifawzislamic_ cr : pemikiran sendiri (5%) , buku Islam (45%) & all sosmed (50%)

Mostrar mΓ‘s
Publicaciones publicitarias
198
Suscriptores
Sin datos24 horas
Sin datos7 dΓ­as
Sin datos30 dΓ­as

Carga de datos en curso...

Tasa de crecimiento de suscriptores

Carga de datos en curso...

berharap itu kepada Allah bukan berharap kepada Tahun. Ali bin Abi Thalib said : "seseorang tidak boleh malu kepada dosanya, dan tidak boleh berharap kecuali kepada Tuhannya." β€” @rifawzislamicch
Mostrar todo...
berharap itu kepada Allah bukan berharap kepada Tahun. Ali bin Abi Thalib said : "seseorang tidak boleh malu kepada dosanya, dan tidak boleh berharap kecuali kepada Tuhannya." β€” @cahayaislamic
Mostrar todo...
πŸ—£ bagaimana hukumnya memperingati Hari Ibu 22 Desember dan apa hukumnya mengucapkan Hari Ibu bagi seorang muslim dengan berbagai cara? β€”β€’ πŸŽ™ Ustadz Buya Yahya Emansipasi wanita tidak ada dalam Islam. Emansipasi wanita itu ada, dibuat, karena rendahnya seorang wanita di negeri seberang sana yang tujuannya untuk mengangkat derajat wanita itu sendiri. Wanita itu dimuliakan, dinikahi, dinafkahi dan menjadi seorang ibu. Ketika sahabat Rasulullah Shalallahu 'alahi wa Sallam bertanya, siapa orang yang perlu aku perlakukan dengan baik ya Rasulullah?, Lalu Rasulullah SAW menjawab 3 kali dengan kata "Ibumu" setelahnya baru "Bapakmu". Islam telah memuliakan dan mengangkat derajat ibu, sehingga tidak ada istilah emansipasi wanita dalam Islam. "Adanya Hari Ibu adalah tuntutan, diperingati karena orang-orang yang telah lalai dengan urusan ibundanya. Contoh seseorang yang telah lalai dengan ibundanya yakni seperti seseorang yang mengirim ibu mereka ke panti jompo, menjenguk ibu ketika saat hari raya saja, atau bahkan hanya mengirimkan surat tanpa menjenguk mereka. Mengangkat dan memuliakan ibu dalam Islam sudah ada, tidak harus memakai istilah 22 Desember. Setiap hari dalam solat kita mendoakan ibunda kita, bukan setahun sekali. Hari Ibu setiap negara berbeda-beda, bisa jadi di Indonesia diperingatinya Hari Ibu karena latar belakang yang berbeda. Entah itu untuk menghormati atau meninggikan derajat wanita. Dalam Islam tidak ada hal yang demikian, sebab Islam telah meninggikan derajat seorang manusia tersebut yakni wanita. Jadi jika Anda ikut memperingati Hari Ibu, Anda turun pangkat. Dengan memperingati Hari Ibu setahun sekali adalah menurunkan pangkat seseorang dalam menyayangi ibu mereka. Pengagungan seorang ibu, didoakan dan dilakukan setiap hari, itulah yang ada di dalam Islam Ustadz Buya Yahya : Lalu bagaimana untuk merayakan itu semuanya? Jika makna dan isinya untuk memuliakan ibunda tidak bisa kita larang. Apalagi disaat ibunda mulai di terlantarkan. Cuma Islam lebih dari itu ( lebih dari merayakan Hari Ibu ), ( jawabnya ) Seorang muslim tidak perlu dengan istilah Hari Ibu, sebab bagi muslim Hari Ibu adalah setiap saat. Namun, jika seseorang merayakan hal yang demikian untuk memuliakan ibundanya itu menjadi suatu hal yang sah. Tetapi jangan menganggap memuliakan ibu hanya pada saat itu saja. Sehingga setiap hari adalah hari untuk memuliakan seorang ibu dalam Islam. Kembali kepada sebabnya, mengapa seorang merayakan Ibu? Mengapa seseorang ikut merayakan Hari Ibu? Hal tersebut perlu diketahui sejarahnya agar tidak asal ikut-ikutan. β€” @Rifawzislamicch
Mostrar todo...