cookie

Utilizamos cookies para mejorar tu experiencia de navegación. Al hacer clic en "Aceptar todo", aceptas el uso de cookies.

avatar

PCI NU Yaman

Mostrar más
Indonesia101 966El idioma no está especificadoLa categoría no está especificada
Publicaciones publicitarias
215
Suscriptores
Sin datos24 horas
Sin datos7 días
Sin datos30 días

Carga de datos en curso...

Tasa de crecimiento de suscriptores

Carga de datos en curso...

https://bit.ly/2J0hicd Assalamualaikum wr wb. Dibuka lagi pendaftaran susulan untuk seleksi penerimaan Mahasiswa Unv. Al Ahgaff Yaman 2018/2019 mulai tanggal 29 Juni 2018 s/d 20 Juli 2018.
Mostrar todo...

Pengumuman Beasiswa Universitas al Ahgaff Republik Yaman tahun 2018/2019.
Mostrar todo...
Mostrar todo...

Mostrar todo...
Rais Syuriyah PCINU Yaman Midad Al-Hamidi menyampaikan beberapa pesan kepada seluruh PCINU Yaman.

Rangkaian Acara Konferensi Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Yaman. "Bahtsu Masail Kubro" Senin, 22 Januari 2018 Auditorium Universitas al-Ahgaff
Mostrar todo...
*Keberhasilan Dakwah Saadah Ba'alawi di Nusantara; Inspirasi PCI-NU Yaman (bag: 2)* t.me/pcinuyaman Ada beberapa pendekatan yang dapat kita lakukan untuk dapat memahami fenomena keberhasilan dan penerimaan secara luas dakwah yang dilakukan pendakwah dari Saadah Ba'alawi di Indonesia. Pendekatan secara real melihat kondisi masyarakat muslim Indonesia kini, juga melalui pendekatan objektif kesejarahan masuknya Islam pertama kali dan/atau keduanya. Mengenai sejarah pertama kali masuknya ajaran agama Islam ke Indonesia bisa ditilik dari beberapa teori. Teori-teori tersebut tiga di antaranya menyebut bahwa Islam masuk melalui interaksi para pedagang Arab yang datang ke wilayah Nusantara, lainnya menyebut dari Gujarat di anak benua India dan pendapat yang terakhir mengatakan pertama kali datangnya Islam melalui utusan Kaisar Tiongkok yang dipimpin Panglima Cheng Ho. Melihat Nusantara sebagai pusat penghasil rempah-rempah yang merupakan komoditas perdagangan paling menjanjikan ketika itu tidak mengherankan kedatangan bangsa-bangsa luar untuk berdagang berikut membawa budaya dan agamanya ke wilayah Nusantara. Suatu wilayah yang pada masanya berjaya di bawah kekuasan kerajaan besar Hindu-Budha, Majapahit dan Sriwijaya. Sulit sekali melacak dari ketiga teori tersebut mana yang paling mendekati kebenaran siapa yang pertama kali membawa dan mengajarkan Islam di Nusantara. Pertanyaan ini dimunculkan tanpa mengecilkan kemungkinan peran ketiganya. Melihat corak dan langgam beragama mayoritas masyarakat muslim Indonesia dewasa ini yang bermadzhab Syafi'i, berakidah Ahlussunnah Asy'ariyyah dan bertarekat sufi yang masih murni kita mungkin dapat menariknya untuk dijadikan pijakan. Juga tilikan nasab Walisongo yang berperan besar melakukan islamisasi di wilayah Jawa dan juga nasab raja-raja di beberapa kerajaan Islam awal yang dominan sebagai keturunan keluarga Nabi melalui cucunya al-Husein. Dari kesemua indikasi itu kesimpulannya memang menjadi bukan hanya siapa yang pertama, melainkan siapa yang paling berperan dan dengan bahasa lain yang paling diterima ajarannya oleh penduduk Indonesia. Sejarahwan Islam Kyai Agus Sunyoto dari Lesbumi Nahdlatul Ulama mengatakan bahwa Nusantara yang ketika itu berpegang pada ajaran Hindu-Budha tidak sama sekali menerima ajaran agung suatu agama kecuali oleh Begawan atau Pendeta yang berkasta Brahmana, bukan pedagang yang berkasta Ksatrya. Hal ini menutup peran besar pedagang Arab sebagai penyebar utama agama Islam kalaupun mereka benar datang lebih awal. Begitupula muhibah Panglima Cheng Ho. Maka kedatangan Walisongo yang memang pendakwah diterima secara luas oleh penduduk Nusantara yang mempercayai tanpa syarat ajaran agung agama dari mereka yang berkasta Brahmana. Walisongo dan beberapa pendakwah lain di luar Jawa yang banyak menjadi penasehat agama kerajaan bahkan pada gilirannya menjadi raja-raja itu sendiri kebanyakan berasal dari para Saadah keluarga Nabi Muhammad SAW. yang berasal dari Hadhramaut walaupun sebagian sebelumnya telah lebih dulu mendiami wilayah Gujarat semisal keluarga Azmatkhan. Yang terakhir ini kemudian melihat dominasi corak beragama yang identik dengan yang sampai hari ini dipegangi masyarakat muslim Arab Hadhramaut maka dengan mudah simpulannya dari merekalah memang dakwah Islam di Indonesia datang dan diterima secara luas. Di sini PCI-NU Yaman yang secara aktual bersama banyak pelajar Indonesia lainnya sedang belajar ilmu, khususnya bidang keislaman, diharapkan mampu membingkai secara lebih jelas gambaran mesra relasi dakwah Islam Indonesia dan Hadhramaut ini. Revitalisasi manhaj salaf yang dijadikan tema besar Konfercab ke-6 dalam waktu dekat ini dimungkinkan menjadi titik tolak gerakan para pelajar membangkitkan peradaban ilmu pengetahuan dengan mengambil _qudwah_ manhaj dakwah Saadah Ba'alawi tersebut. *Oleh anggota Lakpesdam PCI-NU Yaman*
Mostrar todo...
NU Go International...(bag:1) "Narasi Sejarah untuk Menyambut Konfercab PCI-NU Yaman ke-6" Satu dari dua puluh empat (24) pengurus cabang Nahdlatul Ulama yang sekarang berdiri di luar tanah air, PCI-NU Yaman adalah salah satunya. Berdirinya cabang NU di luar negeri tersebut tidak bisa dilepaskan dari peran Kyai Hasyim Muzadi, Ketua Umum PBNU selepas Gus Dur. Secara sederhana gagasan pendirian cabang-cabang NU di luar Indonesia menjadi salah satu ikhtiar NU berperan mendakwahkan Islam yang moderat ala Ahlissunnah Waljamaah di saat silent majority ini sengaja dikecilkan dan disenyapkan dalam sejarah modern dunia saat ini. Di mana Islam dan umatnya yang hakikatnya adalah kasih sayang bagi semesta alam (rahmatan lil'alamien) di-framing menjadi jauh terpuruk sebagai sebuah agama pedang, kekerasan, kemiskinan dan segala bentuk negasi kerahmatannya itu. NU dengan beberapa cabangnya di luar negeri sedikit mengambil peran perjuangan mengembalikan Islam ke bentuk by designed -nya tersebut dan dalam kepentingan membangun kualitas umat yang serba dalam keterpurukan di berbagai bidang kehidupan. Pengurus Cabang yang kemudian di-Istimewa-kan dan disebut sebagai PCI-NU ini merupakan duta dan wajah NU bagi warga dunia sekaligus sebagai penghormatan secara internal karena sebagian besar pengurus cabang internasional ini adalah para mahasiswa dan intelektual-intelektual NU yang sedang menempuh pendidikan tinggi di mancanegara. Untuk PCI-NU Yaman yang pada tahun ini menginjak usianya yang keenam tentu akan terus berusaha memberi kontribusi yang pada batas minimalnya adalah menyambung tali ikatan santri dan kyainya di tanah air dalam bingkai khidmah dan adab. Dan juga berupaya secara maksimal terus berjuang merevitalisasi manhaj salaf yang secara aktual sedang digempur secara masif oleh arus modernisasi salah arah dan liberalisasi yang kebablasan tidak hanya dari mereka yang "lan yardlouw 'annaa abadan" sampai kemudian mengekor, pun para agen yang berperan sebagai proxy di dalam bagian umat sendiri -dengan sadar ataupun tidak-. Juga dengan latar belakang keilmuan yang dimiliki intelektual-intelektual pengurus cabang di Yaman ini setidaknya ada satu agenda yang seberapapun sederhananya adalah kiprah untuk ikut serta berpartisipasi menggairahkan dan membangkitkan kembali peradaban atau tsaqofah ilmu yang dibingkai sanad suci manhaj saadah Ba'alawi sampai Rasulillah SAW. yang sekarang dicemari peradaban hoax oleh mereka, kaum yang meliburkan nalar sehatnya. Oleh anggota Lakpesdam PCI-NU Yaman
Mostrar todo...
Elige un Plan Diferente

Tu plan actual sólo permite el análisis de 5 canales. Para obtener más, elige otro plan.