cookie

نحن نستخدم ملفات تعريف الارتباط لتحسين تجربة التصفح الخاصة بك. بالنقر على "قبول الكل"، أنت توافق على استخدام ملفات تعريف الارتباط.

avatar

✍ Materi Pesan Cinta_Nya

إظهار المزيد
مشاركات الإعلانات
717
المشتركون
لا توجد بيانات24 ساعات
-27 أيام
-230 أيام

جاري تحميل البيانات...

معدل نمو المشترك

جاري تحميل البيانات...

✿▰◆◆▰◒💛 ﷽ 💛◒▰◆◆▰✿ https://t.me/MateriPesanCinta_Nya ✿▬▭◆•◆▭▬💛▬▭◆•◆▭▬✿ *⬜༻🪻PERKARA-PERKARA PENGHANTAR LAPANGNYA JIWA🪻༺⬜* 🔹 Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : "Perkara-perkara yang dapat melapangkan jiwa : 1⃣ Tauhid Hidayah dan tauhid termasuk sebab terbesar lapangnya jiwa. 2⃣ Ilmu Ilmu membuat jiwa menjadi lapang dan luas, bahkan sampai lebih lapang daripada dunia 3⃣ Kembali kepada Allah Mencintai-Nya sepenuh hati, menghadap kepada-Nya, dan merasa nikmat dengan beribadah kepada-Nya. 4⃣ Terus menerus berdzikir kepada Allah kapan pun dan di manapun. Berdzikir memberikan dampak yang sangat menakjubkan dalam lapangnya jiwa dan tenangnya hati. 5⃣ Berbuat baik dan memberikan manfaat kepada makhluk dengan apa yang memungkinkannya. Baik dengan harta, kedudukan, anggota badan, dan macam kebaikan yang lainnya 6⃣ Keberanian Orang yang pemberani maka akan lapang jiwanya, tenang batinnya, dan luas hatinya. Adapun orang yang penakut dia adalah orang yang paling sempit jiwanya dan galau hatinya. 7⃣ Mengeluarkan sifat-sifat yang tercela dari hati. 8⃣ Meninggalkan berlebihan dalam memandang, berbicara, mendengarkan, dan bergaul (dengan manusia). Karena dengan berlebihan dalam semua ini dapat menyebabkan kegalauan, kegundahan, dan kesedihan dalam hati." 📚 Sumber: (Kitab Zaadul Ma'ad, Jilid 2, hal. 32) 📡SYIAR☆SALAFIYAH 🔍 CHANNEL MUTIARA FAEDAH  📌 Telegram https://t.me/MutiaraFaedah 📌 https://t.me/MuliaDenganSunnah ✿▬▭◆•◆▭▬💛▬▭◆•◆▭▬✿ 📢 *Published By:* *@MateriPesanCinta_Nya* *📭 Silahkan dishare semoga* *bermanfaat bagi kaum muslimin* ✿▬▭◆•◆▭▬💛▬▭◆•◆▭▬✿
إظهار الكل...
إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر. Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc Hafidzahullah Edit Tambahan Muqaddimah dan Do'a Abu Ilyas https://www.radiorodja.com/53421-khutbah-jumat-hati-yang-mengagungkan-allah/ 🔍📖 𝙈𝙐𝙇𝙄𝘼 𝘿𝙀𝙉𝙂𝘼𝙉 𝙎𝙐𝙉𝙉𝘼𝙃 📖 📌 https://t.me/MuliaDenganSunnah 📌https://chat.whatsapp.com/D1N6V1kQLN9GL4fp9e80ub // https://chat.whatsapp.com/HM3OLthnf0D0zqPdPCqaDX ✿▬▭◆•◆▭▬💛▬▭◆•◆▭▬✿ 📢 *Published By:* *@MateriPesanCinta_Nya* *📭 Silahkan dishare semoga* *bermanfaat bagi kaum muslimin* ✿▬▭◆•◆▭▬💛▬▭◆•◆▭▬✿
إظهار الكل...
Khutbah Jumat: Hati Yang Mengagungkan Allah

Khutbah Jumat: Hati Yang Mengagungkan Allah ini merupakan rekaman khutbah Jum'at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.

Maka ketika seseorang meremehkan perintah Allah, meremehkan larangan Allah, itu pertanda hatinya tidak mengagungkan Allah. Hati tidak membesarkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebab kalaulah ia mengagungkan Allah, membesarkan Allah, dia akan menjaga perintah Allah; dia akan menjaga shalat yang Allah perintahkan kepadanya, dia akan jaga semua yang Allah perintahkan. Dan ia pun takut untuk memaksiati Allah, walaupun dia ketika sendirian, dia tetap takut. Karena hatinya membesarkan Allah, karena tidak ada yang lebih ia takuti dari Allah, karena sesuatu yang paling besar di hatinya hanyalah Allah Rabbul ‘Izzati wal Jalalah. Maka saudaraku, banyak manusia bertanya, “Bagaimana bisa khusyuk dalam shalat saya? Saya sulit sekali untuk bisa khusyuk. Terasa hambar di hati saya untuk shalat, untuk beribadah, untuk berdzikir kepada Allah. Mengapa hal itu terjadi?” Maka jawabannya satu: karena hatinya telah berpaling dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, hatinya dipenuhi oleh cinta dunia, hatinya dimakmurkan oleh dunia. Kalaulah hatinya dimakmurkan dengan mengingat Allah, mencintai Allah, takut kepada Allah, pastilah hatinya akan khusyuk, shalatnya pun akan terasa nikmat di hatinya. Bahkan tidak ada sesuatu yang paling nikmat kecuali shalat, bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi, saudaraku, ketika hati telah dimakmurkan dengan cinta dunia, hati akan senantiasa merasa nikmat dengan mengingat dunia. Dan saat itulah, mengingat Allah tak lagi terasa nikmat di hatinya. Na’udzu billah.. أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ Ummatal Islam Saudaraku.. Padahal dzikir itu sangat ringan di lisan-lisan kita. Siapa di antara kita yang tidak bisa mengucapkan “Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Ilaaha Illallah, Allahu Akbar”? Semua kita mampu itu, saudaraku. Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ علَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ في المِيزَانِ، حَبِيبَتَانِ إلى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ العَظِيمِ “Ada dua kalimat yang ringan sekali di lisan kita, dan berat timbangannya di sisi Allah ‘Azza wa Jalla, dan dicintai oleh Ar-Rahman: ‘Subhanallahi wabihamdih, subhanallahil ‘adzim (Maha Suci Allah dengan memujiNya, dan Maha Suci Allah yang Maha Besar dan Agung.)” (HR. Muslim) Lisan sangat ringan, tapi ini masalahnya berhubungan dengan hati kita. Ketika hati mengagungkan Allah, ketika hati cinta kepada Allah, maka akan sangat terasa ringan. Karena ia merasakan kenikmatan saat ia berdzikir kepada Ar-Rahman. Tapi ketika hati tidak mengagungkan Allah, hati kita dimakmurkan oleh cinta dunia, maka kalimat-kalimat yang ringan itu terasa berat di lisan-lisan kita. Karena Allah telah cabut kenikmatannya di hati kita, saudaraku. Maka apabila kita tidak merasakan kenikmatan saat berdzikir kepada Allah, itulah musibah yang menimpa agama dan keimanan kita. Ternyata Allah tidak suka kita berdzikir kepadaNya, akibat kita senantiasa lebih mencintai dunia, mencintai kehidupan yang ternyata fana dan tidak akan kekal.اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ   اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الحَاجَات اللهم تقبل أعمالنا يا رب العالمين، اللهم وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم، اللهم اصلح ولاة أمورنا يا رب العالمين، واجعلنا من التوابين واجعلنا من المتطهرين رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار عباد الله:
إظهار الكل...
✿▰◆◆▰◒💛 ﷽ 💛◒▰◆◆▰✿ https://t.me/MateriPesanCinta_Nya ✿▬▭◆•◆▭▬💛▬▭◆•◆▭▬✿ *⬜༻🪻𝗛𝗔𝗧𝗜 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗠𝗘𝗡𝗚𝗔𝗚𝗨𝗡𝗚𝗞𝗔𝗡 𝗔𝗟𝗟𝗔𝗛🪻༺⬜* إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ Ummatal Islam, Sesungguhnya hati yang senantiasa mengagungkan Allah, itulah hati yang paling khusyuk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hati yang menyadari bahwa Rabbnya Maha Agung, lalu hatinya mengagungkan Allah seagung-agungnya. Sehingga tidak ada yang lebih besar dari Allah. Berkonsekuensi, sehingga Allah yang paling besar yang ia ingat. Maka pada waktu itu, hati seperti ini adalah hati yang Allah berikan taufik kepadanya. Tidak ada lagi sesuatu yang lebih nikmat di hatinya dari mengingat Allah, Rabbul ‘Izzati wal Jalalah. Tidak ada yang lebih nikmat di hatinya dari bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, kewajiban seorang hamba adalah mengagungkan Allah seagung-agungnya. Itu yang senantiasa kita ucapkan ketika shalat, kita ucapkan “Allahu akbar,” Allah yang paling besar. Maka ketika hati kita sangat membesarkan Allah, tidak ada di hati kita yang lebih besar dari Allah, pasti anggota badannya akan khusyuk, akan khusyuk hatinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tapi ketika ada yang lebih besar di hatinya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia tidak akan bisa khusyuk di dalam shalatnya. Oleh karena itu, jadikan Allah yang terbesar dalam ingatan kita. Allah berfirman: وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَ “Dan mengingat Allah itu yang paling besar.” (QS. Al-‘Ankabut[29]: 45) Seorang mukmin, mengingat selain Allah adalah hakikatnya penyakit untuk hatinya, sebagaimana para ulama berkata: ذِكْرُ النَّاسِ دَاءٌ، وَذِكْرُ اللهِ دَوَاءٌ “Mengingat manusia itu adalah penyakit, sedangkan mengingat Allah itu obat hati.” Seorang mukmin tidak ada yang lebih indah di hatinya dari mengingat Tuhannya, mengingat Allah Rabbul ‘Izzati wal Jalalah. Sehingga pada waktu itu, ucapannya selalu dzikir kepada Allah. Sehingga pada waktu itu, ucapannya pun terbimbing. Karena lisan yang senantiasa mengingat Allah, pasti lisannya dibimbing oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lisan yang senantiasa mengingat Allah, dan hati yang merasa indah dan merasa nikmat dengan mengingat Allah, maka lisannya akan dijauhkan oleh Allah dari ghibah, Allah akan menjauhkan lisannya dari dusta, Allah akan menjadikan lisannya tidak ingin mengucapkan kecuali apa yang Allah ridhai untuknya. Kenapa ada seseorang yang senang sekali lisannya menyakiti orang? Kenapa ada orang yang senang sekali lisannya menggibah manusia, menjelek-jelekkan orang lain? Karena lisannya jarang ia berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akibat lisannya berpaling dari mengingat Allah, Allah memberikan sanksi sehingga lisannya lebih senang melakukan sesuatu yang Allah tidak sukai. Sehingga akhirnya ketika ia membaca Al-Qur’an terasa berat baginya. Tapi ketika bernyanyi, bagi dia itu terasa indah di hatinya.Maka saudaraku, jadikan lisan kita terbiasa mengingat Allah. Jadikan Allah yang paling besar di hati kita. Dan tanda orang yang membesarkan Allah adalah mengagungkan perintah-perintah Allah. Orang yang mengagungkan Allah, dia akan mengagungkan larangan-laranganNya.
إظهار الكل...
Khutbah Jumat: Hati Yang Mengagungkan Allah

Khutbah Jumat: Hati Yang Mengagungkan Allah ini merupakan rekaman khutbah Jum'at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.

🫧🫧🫧🫧🫧🫧🫧🫧🫧 https://t.me/MateriPesanCinta_Nya *••• ═ ༻ ﷽ ༺ ═•••* 🪻 *Kamis / Khomiis* 🖋️ 20 Juni 2024 M 🖋️ 13 Dzul Hijjah 1445 H *بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ* *اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ* الحمد لله الذ ي بنعمته تتم ا لصا لحا ت _Alhamdulillaahil-ladzii bini'matihi tatimmush-saalihaat_ "Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat -Nya segala amal shalih sempurna" Alhamdulillah kita kembali bertemu yaa.. Semoga pagi sahabat beserta keluarga selalu dalam kebaikan. Aamiin... Kita buka grup ini dengan membaca doa : ‎اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي, وَعَلِّمْنِيْ مَايَنْفَعُنِيْ, وَ زِدْنِيْ عِلْمًا _*Allahumman-fa’niy bimaa ‘allamtaniy wa 'allimniy maa yanfa’uniy, wa zidniy ‘ilman*_ _“Ya Allah, berilah manfaat kepadaku dengan apa-apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah aku apa-apa yang bermanfaat bagiku, Dan tambahkanlah ilmu kepadaku.” (HR. at-Tirmidzi:3599, dan Ibnu Majah:251, 3833)_ 🍃 _*Innamal A'malu Binniyat*_ Syarah (penjelasan) hadits tentang niat. {ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ} _Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, *“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya.* Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.”_ [HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits] Mari luruskan niat hanya mengharap ridho Allah Ta'ala dan Semoga Allah memudahkan kita untuk semakin istiqamah dalam Islam dan Sunnah. Aamiin Ya Rabbal 'Alaamiin. _*Baarakallahu fiikum...*_ ✒ _*Admin PC*_ •••━••◎▪📚▪◎••━​••• 📭 Silahkan dishare semoga bermanfaat bagi kaum muslimin ╚═══════v═══✿●•●•╝
إظهار الكل...
✿▰◆◆▰◒💛 ﷽ 💛◒▰◆◆▰✿ https://t.me/MateriPesanCinta_Nya ✿▬▭◆•◆▭▬💛▬▭◆•◆▭▬✿ *🌼༻🕋𝗕𝗔𝗚𝗜 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗧𝗜𝗗𝗔𝗞 𝗕𝗜𝗦𝗔 𝗛𝗔𝗝𝗜 🕋༺🌼* Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda : ﻣﺎ ﻣﻦ ﺃﻳﺎﻡ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﺍﻟﺼﺎﻟﺢ ﻓﻴﻬﻦ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻨﻪ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻳﺎﻡ ﺍﻟﻌﺸﺮ . ﻗﺎﻟﻮﺍ : ﻭﻻ ﺍﻟﺠﻬﺎﺩ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ? ﻗﺎﻝ : ﻭﻻ ﺍﻟﺠﻬﺎﺩ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻻ ﺭﺟﻞ ﺧﺮﺝ ﺑﻨﻔﺴﻪ ﻭﻣﺎﻟﻪ ﻭﻟﻢ ﻳﺮﺟﻊ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺑﺸﻲﺀ "Tidak ada hari-hari dimana suatu amal shalih pada saat itu lebih dicintai Allah dari pada hari-hari ini, yaitu sepuluh hari (pertama) dari bulan Dzulhijjah. Mereka bertanya : "Ya Rasulullah, tdk juga jihad fii sabilillah ?" Beliau menjawab : "Tidak juga jihad fii sabilillah, kecuali orang yg keluar (berjihad) dengan jiwa & hartanya, lalu tdk kembali dengan sesuatu apapun (yaitu mati syahid)" (HR. Bukhari no. 969, hadits dari Abdullah bin 'Abbas) Imam Ibnu Rajab رحمه الله berkata : ‏من عجز عن الحج في عام، قَدِر في العشر على عمل يعمله في بيته يكون أفضل من الجهاد الذي هو أفضل من الحج "Barangsiapa tidak memiliki kemampuan utk berhaji pada suatu tahun, maka pada 10 hari (pertama bulan Dzulhijjah) ia bisa mengerjakan amalan di rumahnya yang lebih utama dibandingkan jihad, yg jihad itu sendiri lebih utama dibandingkan dgn ibadah haji" (Lathaa-iful Ma'aarif hal 381) Di antara amal shalih itu seperti : 01. Memperbanyak dzikir kepada Allah seperti takbir, tahlil, tasbih dan tahmid 02. Memperbanyak taubat dan istighfar 03. Memperbanyak puasa sunnah dari tgl 1 s/d 9, terutama puasa arafah di tgl 9 04. Memperbanyak tilawah al-Qur'an 05. Memperbanyak shalat sunnah 06. Menyembelih hewan qurban 07. Memperbanyak bersedekah 08. Mempelajari ilmu agama 09. Memperbanyak doa-doa 10. Memperbanyak shalawat 11. Amar ma'ruf nahi munkar 12. Berbakti kepada orang tua ✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar Instagram : @najmiumar_official 🔍📖 𝙈𝙐𝙇𝙄𝘼 𝘿𝙀𝙉𝙂𝘼𝙉 𝙎𝙐𝙉𝙉𝘼𝙃 📖 📌 https://t.me/MuliaDenganSunnah 📌https://chat.whatsapp.com/BD0TpPEQeLpL1z7L7ZlaLi ✿▬▭◆•◆▭▬💛▬▭◆•◆▭▬✿. 📢 *Published By:* *@MateriPesanCinta_Nya* *📭 Silahkan dishare semoga* *bermanfaat bagi kaum muslimin* ✿▬▭◆•◆▭▬💛▬▭◆•◆▭▬✿
إظهار الكل...
Penulis katakan: Dalam masalah ini in syaa Allah ada keluasan. Barangsiapa yang langsung bertakbir setelah salam, atau setelah dzikir, atau setelah istighfar maka ada keluasan. Karena atsar-atsar Salaf yang datang dalam masalah ini datang secara mutlak setelah shalat tanpa menyebutkan tepat waktu mengucapkannya kapan.✳Masalah Ketujuh: Takbir Berjamaah Yang dimaksud dengan takbir berjamaah di sini adalah: Imam atau lainnya memulai takbir lalu jika telah selesai diikuti oleh jamaah dengan satu suara. Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Yang kuatnya adalah tidak disyariatkan takbir berjamaah dengan satu suara dan termasuk bid'ah. Berkata Al-Allamah Ibnul-Hajj rahimahullah: Yang sunnah adalah Imam bertakbir pada hari-hari tasyriq di setiap selesai Shalat dengan takbir yang bisa didengar oleh dirinya dan orang yang dibelakangnya, dan orang-orang yang hadir bertakbir dengan takbirnya, setiap orang bertakbir sendiri dan tidak perlu menyesuaikan dengan suara orang lain, sebagaimana yang digambarkan yaitu cukup dia mendengar sendiri dan orang setelahnya. Inilah yang sunnah. Adapun yang dikerjakan oleh sebagian pada hari ini yaitu jika imam selesai dari shalatnya maka bertakbirlah pada muadzdzin dengan satu suara dan orang-orang mendengar mereka dan pada umumnya mereka tidak bertakbir, dan jika mereka bertakbir maka mereka menyesuaikan dengan suara mereka (sehingga menjadi satu suara), semua ini adalah bid'ah yang mana tidak dinukil bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam melakukannyadan tidak juga salah seorang dari Khulafa Rasyidin setelahnya. 📚(Al-Madkhal:2/440) Adapun yang dijadikan dalil tentang bolehnya takbir berjamaah maka tidaklah menunjukkan hal tersebut, melainkan maknanya adalah setiap orang bertakbir sendiri-sendiri sehingga suara mereka terdengar seperti bersamaan tanpa ada maksud menyesuaikan suara menjadi satu suara berjamaah. Semoga tulisan ini bermanfaat. وبالله التوفيق. 🗓2 Dzulhijjah 1439 H ✍🏻Muhammad Abu Muhammad Pattawe, 🕌Darul-Hadits Ma'bar-Yaman 🔍📖 𝙈𝙐𝙇𝙄𝘼 𝘿𝙀𝙉𝙂𝘼𝙉 𝙎𝙐𝙉𝙉𝘼𝙃 📖📌 https://t.me/MuliaDenganSunnah ✿▬▭◆•◆▭▬💛▬▭◆•◆▭▬✿. 📢 *Published By:* *@MateriPesanCinta_Nya* *📭 Silahkan dishare semoga* *bermanfaat bagi kaum muslimin* ✿▬▭◆•◆▭▬💛▬▭◆•◆▭▬✿
إظهار الكل...
🖋📖 MULIA DENGAN SUNNAH 📖🖋

📮 𝗖𝗵𝗮𝗻𝗻𝗲𝗹 𝗠𝘂𝗹𝗶𝗮 𝗗𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗦𝘂𝗻𝗻𝗮𝗵 🔍

https://t.me/MuliaDenganSunnah

➖ Hidup Mulia Dengan Sunnah Nabi ﷺ

✿▰◆◆▰◒💛 ﷽ 💛◒▰◆◆▰✿ https://t.me/MateriPesanCinta_Nya ✿▬▭◆•◆▭▬💛▬▭◆•◆▭▬✿ *🌼༻🕋TAKBIR DI AWAL DZHUL-HIJJAH, IDHUL-ADHA & HARI TASYRIQ🕋༺🌼*                بسم الله الرحمن الرحيم Ketahuilah, bahwa diantara amalan shaleh yang sangat dianjurkan di awal Dzulhijjah sampai Idhul-Adha dan hari-hari tasyriq adalah Takbir.  ✳Masalah Pertama; Jenis-Jenis Takbir ➡Pertama: Takbir Mutlak Yaitu takbir yang tidak terikat dengan waktu selesai Shalat. Takbir jenis ini boleh bagi seorang untuk bertakbir kapan saja dia kehendaki, di tempat mana saja baik itu di masjid, rumah, ataupun sedang berjalan, dan ketika menuju masjid untuk shalat Idhul-Adha. Waktunya sejak awal Dzulhijjah sampai akhir hari Tasyriq (13 Dzulhijjah). Dalil-dalilnya: ▶Keumuman Firman Allah Ta'ala: {...وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّام ممَّعْلُومَات} Dan berdzikirlah kepada Allah pada hari-hari yang ditentukan. (QS.Al-Hajj:28) Hari-hari yang ditentukan adalah 10 hari pertama bulan dzulhijjah sebagaimana penafsiran Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma. Dan telah dinukil dari sebagian sahabat seperti Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu anhuma bahwa mereka bertakbir pada hari-hari itu . 📚(Lihat Shahih Al-Bukhari Bab Fadhul-Amal Fi Ayyam At-Tasyriq, Syarhul-Mumti':5/162) ▶Hadits Ibnu Umar radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda: مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ الْعَمَلِ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنْ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ "Tidak ada satu hari yang pahala dihari itu lebih besar di sisi Allah dan beramal di hari itu lebih dicintai di sisi Allah daripada sepuluh hari ini. Oleh sebab itu, perbanyaklah kalian bertahlil, bertakbir dan bertahmid." (HR.Ahmad no.5446 Tahqiq Syaikh Syu'aib, Shahih Lighairih) ▶Dan dari Nafi rahimahullah: ﺃﻥ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻳﻜﺒﺮ ﺑﻤﻨﻰ ﺗﻠﻚ اﻷﻳﺎﻡ ﺧﻠﻒ اﻟﺼﻠﻮاﺕ ، ﻭﻋﻠﻰ ﻓﺮاﺷﻪ ، ﻭﻓﻲ ﻓﺴﻄﺎﻃﻪ ، ﻭﻓﻲ ﻣﻤﺸﺎﺋﻪ ﺗﻠﻚ اﻷﻳﺎﻡ ﺟﻤﻴﻌﺎ Bahwasanya Ibnu Umar radhiyallahu anhuma bertakbir di Mina pada hari-hari (Tasyriq) setelah Shalat, di tempat tidurnya, di tendanya, dan ketika berjalan pada semua hari-hari itu. 📒(Dikeluarkan Al-Fakihi dalam Akhbar Makkah no.2583, Ibnul-Mundzir dalam Al-Ausath;4/299, dan Al-Bukhari secara Muallaq dengan sighah Jazm, Shahih) ➡Kedua: Takbir Muqayyad, Yaitu takbir yang dilakukan di setiap selesai Shalat lima waktu. Tentang disyariatkannya Takbir Muqayyad maka tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama. Berkata Al-Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah: ﻓﺎﺗﻔﻖ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻳﺸﺮﻉ اﻟﺘﻜﺒﻴﺮ ﻋﻘﻴﺐ اﻟﺼﻠﻮاﺕ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ اﻷﻳﺎﻡ ﻓﻲ اﻟﺠﻤﻠﺔ ، ﻭﻟﻴﺲ ﻓﻴﻪ ﺣﺪﻳﺚ ﻣﺮﻓﻮﻉ ﺻﺤﻴﺢ ، ﺑﻞ ﺇﻧﻤﺎ ﻓﻴﻪ ﺁﺛﺎﺭ ﻋﻦ اﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻭﻣﻦ ﺑﻌﺪﻫﻢ ، ﻭﻋﻤﻞ اﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻋﻠﻴﻪ . Telah sepakat para Ulama bahwasanya disyariatkan takbir setelah Shalat (lima waktu) di hari-hari ini secara global (adapun perinciannya maka terjadi khilaf, pen-). Akan tetapi, tidak ada hadits marfu (dari Nabi ﷺ) yang shahih, namun telah datang atsar-atsar dari para Sahabat dan setelah mereka, dan itulah yang diamalkan oleh kaum muslimin. 📚(Fathul-Bari:6/124) Para ulama hanya berbeda pendapat tentang waktu takbir tersebut kapan dimulai dan selesainya. Pendapat yang kuat dan merupakan pendapat mayoritas ulama adalah dimulai dari selesai shalat Fajar (Shubuh) hari Arafah (9 Dzulhijjah) sampai akhir hari Tasyriq (13 Dzulhijjah). ▶Dari Syaqiq ibn Salamah rahimahullah ia berkata: ﺃﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﻜﺒﺮ ﺑﻌﺪ ﺻﻼﺓ اﻟﻔﺠﺮ ﻳﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ , ﺇﻟﻰ ﺻﻼﺓ اﻟﻌﺼﺮ ﻣﻦ ﺁﺧﺮ ﺃﻳﺎﻡ اﻟﺘﺸﺮﻳﻖ , ﻭﻳﻜﺒﺮ ﺑﻌﺪ اﻟﻌﺼﺮ Ali radhiyallahu anhu bertakbir setelah shalat Fajar di waktu shubuh hari Arafah, lalu beliau tidak terputus (maksudnya: melakukannya terus) sampai Imam shalat di hari terakhir dari hari Tasyriq, lalu beliau bertakbir setelah Asar. 📒(Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah no.5677, Al-Baihaqi dalam Al-Kubra:no.6275, dishahihkan Al-Albani dalam Irwaul-Ghalîl:3/125) ▶Berkata Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah:
إظهار الكل...
ﺃﺻﺢ اﻷﻗﻮاﻝ ﻓﻲ اﻟﺘﻜﺒﻴﺮ اﻟﺬﻱ ﻋﻠﻴﻪ ﺟﻤﻬﻮﺭ اﻟﺴﻠﻒ ﻭاﻟﻔﻘﻬﺎء ﻣﻦ اﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻭاﻷﺋﻤﺔ : ﺃﻥ ﻳﻜﺒﺮ ﻣﻦ ﻓﺠﺮ ﻋﺮﻓﺔ ﺇﻟﻰ ﺁﺧﺮ ﺃﻳﺎﻡ اﻟﺘﺸﺮﻳﻖ ﻋﻘﺐ ﻛﻞ ﺻﻼﺓ .. " Pendapat yang paling shahih tentang takbir adalah yang dipegang oleh mayoritas Salaf dan Fuqaha dari kalangan Sahabat dan para Imam yaitu: bertakbir dari waktu fajar hari Arafahsampai akhir hari tasyriq di setiap selesai Shalat. 📚(Majmu Al-Fatawa:24/220) ▶Dan berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah: ﻭﺃﺻﺢ ﻣﺎ ﻭﺭﺩ ﻓﻴﻪ ﻋﻦ اﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻗﻮﻝ ﻋﻠﻲ ﻭاﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮﺩ: ﺇﻧﻪ ﻣﻦ ﺻﺒﺢ ﻳﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ ﺇﻟﻰ ﺁﺧﺮ ﺃﻳﺎﻡ ﻣﻨﻰ. (Atsar) yang paling shahih yang datang dari Sahabat adalah pendapat Ali dan Ibnu Mas'ud bahwasanya (waktunya) dari waktu Subuh hari Arafah sampai hari terakhir hari Mina (Tasyriq). 📚(Fathul-Bari:2/462) 👉Masalah: Apakah Takbir Muqayyad ini pada Shalat Fardhu dan Sunnah? Mayoritas Ulama berpendapat bahwa takbir muqayyad ini hanya pada shalat fardhu saja, adapun shalat sunnah maka tidak disyariatkan. Berkata Az-Zarkasyi rahimahullah: ﻭﺃﻣﺎ ﻣﺤﻠﻪ ﻓﻌﻘﺐ اﻟﺼﻠﻮاﺕ اﻟﻤﻔﺮﻭﺿﺎﺕ ﻓﻲ ﺟﻤﺎﻋﺔ  ﺑاﻹﺟﻤﺎﻉ اﻟﺜﺎﺑﺖ ﺑﻨﻘﻞ اﻟﺨﻠﻒ ﻋﻦ اﻟﺴﻠﻒ ، ﻻ اﻟﻨﻮاﻓﻞ ﻭﺇﻥ ﺻﻠﻴﺖ ﻓﻲ ﺟﻤﺎﻋﺔ Adapun waktunya maka setelah Shalat-shalat fardhu berjamaah berdasarkan Ijma yang shahih dari penukilan khalaf dari Salaf, bukan pada shalat-shalat sunnah sekalipun berjamaah. 📚(Syarh Az-Zarkasyi Limatni Al-Khiraqi:1/293) Akan tetapi, yang benarnya tidak ada ijma dalam masalah ini. Telah dinukil dari Abu Ja'far, dan pendapat yang masyhur dari Asy-Syafi'i, dan Ibnul-Mundzir mereka berpendapat disyariatkannya setelah shalat sunnah. 📚(lihat Fathul-Bari LIbni Rajab:6/128-129) ✳Masalah Kedua: Apakah Perempuan Juga Bertakbir? Mayoritas Ulama berpendapat disunnahkannya bertakbir bagi perempuan, baik itu mereka bersama laki-laki (di masjid) atau bersendiri. Namun, merendahkan suara takbir jika bersama laki-laki. Dalilnya adalah hadits Ummu Atiyyah radhiyallahu anha: كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ الْعِيدِ حَتَّى نُخْرِجَ الْبِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا حَتَّى نُخْرِجَ الْحُيَّضَ فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ وَيَدْعُونَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَطُهْرَتَهُ "Pada hari Raya 'Id kami diperintahkan untuk keluar sampai-sampai kami mengajak para anak gadis dari kamarnya dan juga para wanita yang sedang haid. Mereka duduk di belakang barisan kaum laki-laki dan mengucapkan takbir mengikuti takbirnya kaum laki-laki, dan berdoa mengikuti doanya kaum laki-laki dengan mengharap barakah dan kesucian hari raya tersebut." (HR.Al-Bukhari dan Muslim) 📚(Syarh Bulugh Al-Marãm, Lisy-Syaikh Taufiq Al-Ba'dani) ✳Masalah Ketiga: Lafaz-Lafaz Takbir Tidak ada lafaz takbir khusus yang datang dari Rasulullah ﷺ. Akan tetapi, telah shahih dari sebagian Salaf diantaranya: ➡Takbir Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma: اﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ﻛﺒﻴﺮا اﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ﻛﺒﻴﺮا اﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ﻭﺃﺟﻞ، اﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ﻭﻟﻠﻪ اﻟﺤﻤﺪ Allãhu Akbar Kabîra, Allãhu Akbar Kabîra, Allãhu Akbar wa Ajal, Allahu Akbar wa Lillahil-hamd. 📒(Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah no.5692, shahih) Dan lafaz: الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد، الله أكبر وأجل، الله أكبر على ما هدانا Allãhu Akbar, Allãhu Akbar, Allãhu Akbar, Wa Lillãhil-hamd, Allãhu Akbar wa Ajal, Allãhu Akbar Alâ Mã Hadãnã. 📒(dikeluarkan Al-Baihaqi, dan dishahihkan Al-Albani dalam Al-Irwã:3/125) ➡Takbir Salman Al-Farisi radhiyallahu anhu: اﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ اﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ اﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ﻛﺒﻴﺮا Allãhu Akbar, Allãhu Akbar, Allãhu Akbar Kabîra 📒(Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam Al-Kubra:no.6282, shahih, namun dengan lafaz yang panjang. Dan disebutkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar lafaz di atas, Fathul-Bari:2/462) ➡Takbir Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu: اﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ اﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ اﻟﻠﻪ ، ﻭاﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ اﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ﻭﻟﻠﻪ اﻟﺤﻤﺪ Allãhu Akbar, Allãhu Akbar, Lã Ilãha Illallãh, Wallãhu Akbar, Wa Lillãhil-hamd. 📒(Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah no.5697 dan selainnya, dalam sanadnya ada kelemahan) ➡Atsar Ibrahim An-Nakha'i rahimahullah: ﻛﺎﻧﻮا ﻳﻜﺒﺮﻭﻥ ﻳﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ ﻭﺃﺣﺪﻫﻢ ﻣﺴﺘﻘﺒﻞ اﻟﻘﺒﻠﺔ ﻓﻲ ﺩﺑﺮ اﻟﺼﻼﺓ : اﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ اﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ اﻟﻠﻪ ، ﻭاﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ اﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ﻭﻟﻠﻪ اﻟﺤﻤﺪ
إظهار الكل...
Dahulu orang-orang (para Tabi'in) bertakbir pada hari Arafah dan salah seorang dari mereka menghadap kiblat di setiap selesai Shalat: Allãhu Akbar, Allãhu Akbar, Lã Ilãha Illallãh, Wallãhu Akbar, Allãhu Akbar, Wa Lillãhil-hamd. 📒(Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah no.5696, Shahih)Semua lafaz Takbir di atas boleh diucapkan. ✳Masalah Keempat: Bolehkah Mencukupkan dengan lafaz "Allâhu Akbar"? Boleh mencukupkan takbir dengan lafaz "Allãhu Akbar" dibaca berulang-ulang. Hal ini berdasarkan firman Allah: كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ Demikianlah Dia menundukkannya untuk-mu agar kalian bertakbir kepada Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. (QS.Al-Hajj:37) Berkata Ibnul-Arabi rahimahullah: واختار علماؤنا التكبير المطلق ، وهو ظاهر القرآن وإليه أميل Dan ulama kami (Malikiyyah) memilih takbir mutlak, dan ini adalah zhahir Al-Qur'an. Dan aku condong ke (pendapat) ini. 📚(Al-Jami Li-Ahkãm Al-Qur'an:1/126) Takbir mutlak maksudnya lafaz: Allãhu Akbar tanpa ada tambahan. Dan telah shahih dari Al-Hasan Al-Bashri bahwasanya beliau bertakbir dengan mengulang-ulangi lafaz Allãhu Akbar 3 kali. (Dikeluarkan Ibnu Abi Syaibah no.5700 dan selainnya). Dan Asy-Syafi'i dalam Al-Umm:1/276. ✳Masalah Kelima: Bolehkah Menambah Lafaz Takbir dari Lafaz Yang Shahih dari Salaf? Boleh menambah lafaz Takbir seperti: الله أكبر كبيراً، والحمد لله كثيراً، وسبحان الله بكرةً وأصيلا، Allãhu Akbar Kabîra, Walhamdu Lillãhi Katsîra, Wa Subhãnallãhi Bukrataw-Wa Ashîlã. Atau yang semisalnya. Hal ini karena zhahir ayat Alquran menunjukkan mutlak Takbir (tanpa menentukkan lafaz khusus), dan tidak ada hadits shahih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Dan para Sahabat, Tabi'in, dan para Imam setelah mereka telah berbeda-beda dalam lafaz takbir. Ini menunjukkan adanya keluasan dalam masalah ini. Oleh karena itu, berkata Ibnul-Qasim rahimahullah: وما كان مالك يحدّ في هذه الأشياء حداً " Tidaklah Imam Malik membatasi perkara-perkara ini (yaitu takbir) dengan (lafaz) tertentu. 📚(Al-Mudawwanah:1/245) Dan semisalnya oleh Ash-Shan'ani dalam (Subulus-Salãm:2/72) Pendapat tentang bolehnya menambah adalah pendapat Al-Imam Asy-Syafi'i (Al-Umm:1/276) Akan tetapi, yang lebih utama adalah mencukupkan apa yang telah shahih dari Salaf (diantaranya apa yang penulis sebutkan pada masalah ketiga). Berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah: وقد أحدث في هذا الزمان زيادة في ذلك لا أصل لها. Telah diada-adakan di zaman ini (yaitu zaman beliau) tambahan pada takbir yang tidak ada asalnya. 📚(Fathul-Bari:2/462) ✳Masalah Keenam: Apakah Takbir Muqayyad ini Dilakukan Sebelum Dzikir Shalat Atau Sesudahnya? Para ulama ada beberapa pendapat dalam masalah ini. Pendapat pertama: Bertakbir langsung setelah Salam. Berkata Al-Mardawi: يكبر الإمام إذا سلَّم من الصلاة وهو مستقبل القبلة ... وذكر من قال به من الحنابلة Imam bertakbir jika dia selesai salam dari Shalatnya dalam keadaan menghadap kiblat. 📚(Al-Inshaf:2/437) Pendapat kedua: bertakbir setelah istighfar dan Allahumma Antas-Salãm... Ini adalah pendapat Syaikh Muhammad ibn Ibrahim rahimahullah sebagaimana dalam Fatawa wa Rasa'il:3/128, dan Syaikh Al-Utsaimin dalam Asy-Syarh Al-Mumti':5/163. Pendapat ketiga: Berdzikir shalat sampai selesai lalu bertakbir. Ini adalah salah satu pendapat Syaikh Al-Utsaimin sebagaimana dalam Liqa Al-Bãb Al-Maftúh: Kaset no.2 Adapun Syaikh Al-Albani dan Syaikh Muqbil rahimahumallah maka mereka berpendapat agar memulai dengan dzikir sesudah shalat, adapun takbir maka bisa kapan saja. Hal ini karena mereka mengingkari adanya takbir muqayyad. (Silsilah Al-Huda wan-Nur: kaset no 392, Qam'ul-Mu'ãnid:366). Pendapat ini tertolak dengan adanya ijma yang dinukil oleh Ibnu Rajab rahimahullah sebagaimana disebutkan di atas (lihat masalah pertama: Takbir Muqayyad)
إظهار الكل...