cookie

نحن نستخدم ملفات تعريف الارتباط لتحسين تجربة التصفح الخاصة بك. بالنقر على "قبول الكل"، أنت توافق على استخدام ملفات تعريف الارتباط.

avatar

Dakwah Islam - Fiqih Sunnah

Dakwah Islam bersumberkan dari Al-Qur'ân dan As-Sunnah Ash-Shahîhah berdasarkan pemahaman para shahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in serta empat imam madzhab dan para ulama lainnya yang mengikuti mereka dengan baik.

إظهار المزيد
لم يتم تحديد البلدلم يتم تحديد اللغةالفئة غير محددة
مشاركات الإعلانات
1 117
المشتركون
لا توجد بيانات24 ساعات
لا توجد بيانات7 أيام
لا توجد بيانات30 أيام

جاري تحميل البيانات...

معدل نمو المشترك

جاري تحميل البيانات...

Apakah Sembelihan Kurban Boleh Diberikan kepada Orang Kafir? ㅤ ㅤ ㅤ ● Soal : ㅤ Apakah orang kafir boleh diberikan daging kurban? ㅤ ㅤ ● Jawab : ㅤ Alhamdulillah  ㅤ Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Seseorang boleh memberikan daging kurbannya kepada orang kafir sebagai shadaqah dengan syarat bahwa orang kafir tersebut bukan orang yang membunuhi kaum muslimin. Jika mereka adalah orang-orang yang suka membunuh kaum muslimin, maka mereka tidak boleh diberikan sedikitpun, berdasarkan firman Allah Ta’ala,  ㅤ لا يَنْهَاكُمْ اللَّهُ عَنْ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ  إِنَّمَا يَنْهَاكُمْ اللَّهُ عَنْ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُوْلَئِكَ هُمْ الظَّالِمُونَ (سورة الممتحنة: 8-9) ㅤ “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Mumtahanah: 8-9). ㅤ (Fatawa Syaikh Ibnu Utsaimin, 2/663) ㅤ ㅤ Soal Jawab Tentang Islam ㅤ • Published Date : 2014-10-20 M • No. : 36376 ㅤ ○ [ https://islamqa.info/id/cat/503 ] ○ [ https://islamqa.info/id/cat/306 ] ㅤ [Sumber: https://islamqa.info/id/36376 ] ㅤ ㅤ islamqa.info | Islam - Question & Answer ㅤ General Supervisor : Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid ㅤ ㅤ ㅤ ♻ Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi 📂 Grup WA & TG : Dakwah Islam 🌐 TG Channel : @DakwahFiqih ㅤ Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu, menjadi sebab hidayah, dan Allâh membalas anda dengan kebaikan dan menjadi amal jariyah, serta memudahkan jalan kita menuju Jannah. آمِينَ.
إظهار الكل...
Larangan Bagi yang Hendak Berqurban ㅤ ㅤ ㅤ Orang yang hendak berqurban dilarang memotong kuku dan memotong rambutnya (yaitu orang yang hendak qurban bukan hewan qurbannya). ㅤ Dari Ummu Salamah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda, “Apabila engkau telah memasuki sepuluh hari pertama (bulan Dzulhijjah) sedangkan diantara kalian ingin berqurban maka janganlah dia menyentuh sedikitpun bagian dari rambut dan kulitnya.” (HR. Muslim). ㅤ Larangan tersebut berlaku untuk cara apapun dan untuk bagian manapun, mencakup larangan mencukur gundul atau sebagian saja, atau sekedar mencabutinya. Baik rambut itu tumbuh di kepala, kumis, sekitar kemaluan maupun di ketiak (lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/376). ㅤ ㅤ ● Tanya : ㅤ Apakah larangan ini hanya berlaku untuk kepala keluarga ataukah berlaku juga untuk anggota keluarga shohibul qurban? ㅤ ㅤ ● Jawab: ㅤ Larangan ini hanya berlaku untuk kepala keluarga (shohibul qurban) dan tidak berlaku bagi anggota keluarganya. Karena 2 alasan: ㅤ • Dlahir hadis menunjukkan bahwa larangan ini hanya berlaku untuk yang mau berqurban. ㅤ • Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berqurban untuk dirinya dan keluarganya. Namun belum ditemukan riwayat bahwasanya beliau menyuruh anggota keluarganya untuk tidak memotong kuku maupun rambutnya. (Syarhul Mumti’ 7/529) ㅤ *** ㅤ Penulis: Al-Ustâdz Ammi Nur Baits ㅤ Artikel muslim.or.id ㅤ Artikel ini merupakan tulisan yang melengkapi artikel tentang Fiqh Qurban yang ditulis Al Akh Al Fadhil Abu Mushlih Ari Wahyudi ㅤ [Dikutip, selengkapnya di: https://muslim.or.id/446-fiqih-qurban.html ] ㅤ ㅤ ㅤ ♻ Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi 📂 Grup WA & TG : Dakwah Islam 🌐 TG Channel : @DakwahFiqih ㅤ Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan Allâh membalas anda dengan kebaikan karena telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.
إظهار الكل...
Beberapa Fikih Ucapan "Insya Allah" ㅤ ㅤ ㅤ 1. Asalnya diucapkan untuk perbuatan yang akan dilakukan di masa mendatang ㅤ Seperti perkataan Nabi Isma'il 'alaihissalam: ㅤ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ ㅤ "Engkau akan mendapati aku, insyaAllah, sebagai orang yang sabar" (QS. Ash Shaffat: 102). ㅤ Dari Itban bin Malik radhiallahu'anhu, ia berkata: ㅤ ووَدِدْتُ يا رَسولَ اللَّهِ، أنَّكَ تَأْتِينِي فَتُصَلِّيَ في بَيْتِي، فأتَّخِذَهُ مُصَلًّى، قالَ: فَقالَ له رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: سَأَفْعَلُ إنْ شَاءَ اللَّهُ ㅤ "Wahai Rasulullah, Aku berharap anda dapat mendatangi rumahku, lalu anda mengerjakan shalat di sana, kemudian akan aku jadikan tempat tersebut nantinya sebagai ruangan shalat di rumahku”. Dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku akan lakukan itu insyaAllah"" (HR. Bukhari no.425). ㅤ 2. Hukumnya mustahab, tidak sampai wajib ㅤ Allah ta'ala berfirman: ㅤ وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا * إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ㅤ "Janganlah engkau mengatakan sesuatu untuk dikerjakan besok, kecuali sambil mengucapkan: insyaAllah" (QS. Al Kahfi: 23-24). ㅤ Para ulama membawa larangan dalam ayat kepada hukum makruh. Maka dianjurkan mengucapkan "insyaAllah", tidak sampai wajib. Ibnu Muflih dalam Al Adabusy Syar'iyyah (1/33) mengatakan: ㅤ وتعليق الخبر فيها بمشيئة الله مستحب ㅤ "Memberikan tambahan kata "insyaAllah" dalam memberikan kabar, hukumnya mustahab (dianjurkan)". ㅤ An Nawawi mengatakan: ㅤ يستحب للإنسان إذا قال سأفعل كذا أن يقول: إن شاء الله تعالى على جهة التبرك والامتثال ㅤ "Dianjurkan bagi seseorang ketika mengucapkan: saya akan lakukan ini dan itu, untuk menambahkan kata 'insyaAllah ta'ala'. Dalam rangka untuk tabarruk (ngalap berkah) dan menaati perintah Allah" (Syarah Shahih Muslim). ㅤ 3. Boleh mengucapkannya untuk amalan ibadah yang sudah berlalu, dalam rangka tawadhu' ㅤ Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan: ㅤ أما في العبادات فلا مانع أن يقول: إن شاء الله صليت، إن شاء الله صمت؛ لأنه لا يدري هل كملها وقبلت منه أم لا ㅤ "Adapun dalam masalah ibadah, boleh seseorang mengatakan: saya sudah shalat insyaAllah. Atau mengatakan: saya sudah puasa insyaAllah. Karena ia tidak tahu apakah sudah melakukan ibadah tersebut secara sempurna atau tidak, dan tidak tahu apakah diterima atau tidak". ㅤ أما الشيء الذي لا يحتاج إلى ذكر المشيئة مثل أن يقول: بعت إن شاء الله- فهذا لا يحتاج إلى ذلك ㅤ "Adapun dalam perkara-perkara yang tidak perlu untuk menyebutkan kehendak Allah di sana, maka tidak perlu mengucapkan insyaAllah. Seperti mengatakan: saya sudah membelinya insyaAllah. Ini tidak diperlukan" (Majmu' Fatawa wal Maqalat Mutanawwi'ah, 5/403-404). ㅤ 4. Penulisan "insyaAllah" Yang paling penting adalah pengucapan dan penulisan "insyaAllah" dalam bahasa Arab, yaitu: إن شاء الله ㅤ Adapun transliterasi ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris itu perkara longgar. Maka kita dapati ada yang menuliskan "insyaAllah", "insyaallah", "in-syaa Allah", "in-syaa'a Allah", "insha Allah", dll. ㅤ Ini semua sah-sah saja selama menghasilkan pengucapan yang benar sesuai dengan bahasa Arabnya. Jika menghasilkan pengucapan yang keliru seperti: "insyaullah", "insa Allah", "inza Allah", dan semisalnya, maka tidak diperbolehkan. ㅤ Sebenarnya masih banyak sekali fikih terkait ucapan "Insya Allah". Semoga bisa ditambahkan lain waktu. ㅤ Semoga Allah memberi taufik. ㅤ ㅤ Oleh : Al-Ustâdz Yulian Purnama ㅤ ㅤ Fawaid Kang Aswad (Kumpulan Faidah Ilmu Syar'i) Join Telegram: @fawaid_kangaswad ㅤ ㅤ ㅤ ♻ Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi 📂 Grup WA & TG : Dakwah Islam 🌐 TG Channel : @DakwahFiqih ㅤ Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu, menjadi sebab hidayah, dan Allâh membalas anda dengan kebaikan dan menjadi amal jariyah, serta memudahkan jalan kita menuju Jannah. آمِينَ.
إظهار الكل...
Bolehkah berqurban, sementara dulu waktu kecil belum diaqiqahi orang tua? ㅤ ㅤ ㅤ Selanjutnya, bagaimana dengan status orang yang berqurban, sementara dulu waktu kecil belum diaqiqahi orang tuanya? ㅤ Di antara yang sempat membuat resah masyarakat, munculya pemahaman yang tersebar di tengah mereka bahwa berqurban sebelum aqiqah, status qurbannya tidak sah. Allahu a’lam, sungguh kami tidak pernah tahu, dari mana pemahaman ini berasal. ㅤ Berikut beberapa catatan untuk menjawab hukum berqurban, bagi mereka yang belum diaqiqahi orang tuanya? ㅤ ● Pertama, bahwa berqurban dan aqiqah adalah dua kewajiban yang berbeda. Dan keduanya tidak memiliki hubungan sebab akibat. Dalam arti, aqiqah bukan syarat sah qurban, dan demikian pula sebaliknya. ㅤ Tidak sebagaimana shalat dan wudhu. Keduanya ibadah yang terpisah, namun wudhu menjadi syarat sah shalat. Dalilnya, sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ㅤ لاَ تُقْبَلُ صَلاَةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ ㅤ “Tidak ada shalat kecuali dengan thoharoh. (HR. Muslim 224) ㅤ Untuk menyebut amal A merupakan syarat amal B, semua butuh dalil. Sementara kami tidak mengetahui adanya dalil bahwa aqiqah adalah syarat sah qurban. ㅤ ● Kedua, bahwa aqiqah dan berqurban, yang bertanggung jawab berbeda. Aqiqah merupakan tanggung jawab ayah (orang tua) untuk anaknya. sementara qurban, tanggung jawab mereka yang hendak berqurban. ㅤ Karena itu, ketika si A belum diaqiqahi ayahnya, kemudian di tahun ini si A hendak berqurban, maka dia tidak bertanggung jawab untuk aqiqah terlebih dahulu, sebelum berqurban. Karena aqiqah, tanggung jawab ayahnya, dan bukan tanggung jawab si A. Sementara yang menjadi tanggung jawab si A adalah ibadah qurban yang akan dia laksanakan. ㅤ Al-Khallal meriwayatkan dari Ismail bin Said as-Syalinji, beliau mengatakan, ㅤ سألت أحمد عن الرجل يخبره والده أنه لم يعق عنه ، هل يعق عن نفسه ؟ قال : ذلك على الأب ㅤ Saya bertanya kepada Imam Ahmad tentang seseorang yang diberi-tahu orang tuanya, bahwa dirinya belum diaqiqahi. Bolehkah orang ini mengaqiqahi dirinya sendiri? Kata Ahmad, “Itu tanggung jawab ayahnya.” (Tuhfatul Maudud, hlm. 58). ㅤ . . . . ㅤ Dari penjelasan di atas, tidak jadi masalah ketika orang yang belum diaqiqahi sewaktu kecil, boleh melakukan qurban. Karena aqiqah bukan syarat sah qurban. ㅤ Demikian. Allahu a’lam. ㅤ [Selengkapnya di: https://konsultasisyariah.com/28188-berqurban-sebelum-aqiqah-tidak-sah.html ] ㅤ ㅤ Dijawab oleh Al-Ustâdz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina konsultasisyariah.com ) ㅤ ㅤ ㅤ ♻ Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi 📂 Grup WA & TG : Dakwah Islam 🌐 TG Channel : @DakwahFiqih ㅤ Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu, menjadi sebab hidayah, dan Allâh membalas anda dengan kebaikan dan menjadi amal jariyah, serta memudahkan jalan kita menuju Jannah. آمِينَ.
إظهار الكل...
📝 12 Waktu Mustajab Untuk Berdoa ㅤ 1. Ketika makan sahur/sepertiga malam terakhir 2. Ketika berpuasa hingga waktu berbuka 3. Pada hari Arafah 4. Pada hari Jumat, khususnya bada sholat ashar hingga tenggelam matahari 5. Antara azan dan iqomah 6. Ketika sujud dalam sholat 7. Setelah tasyahud akhir sebelum salam 8. Ketika hujan turun 9. Hari rabu antara zhuhur dan ashar 10. Malam lailatul qadar 11. Ketika azan berkumandang 12. Ketika perang berkecamuk ㅤ Link pict: https://bit.ly/37MH54j ㅤ ㅤ 🇲🇨 Divisi Bahasa Indonesia 🇸🇦 ICC DAMMAM KSA =================== 💧 Berlangganan tulisan/video/dll. via telegram: https://t.me/iccdammamksa ㅤ ㅤ ㅤ ♻ Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi 📂 Grup WA & TG : Dakwah Islam 🌐 TG Channel : @DakwahFiqih ㅤ Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu, menjadi sebab hidayah, dan Allâh membalas anda dengan kebaikan dan menjadi amal jariyah, serta memudahkan jalan kita menuju Jannah. آمِينَ.
إظهار الكل...
Manhajus Salikin: Kaedah Air Thahur dan Najis ㅤ ㅤ ㅤ Air itu Ada Dua Macam: Thahur dan Najis ㅤ Setiap air yang turun dari langit dan keluar dari mata air, maka hukumnya adalah THAHUR (suci dan menyucikan). ㅤ Air tersebut dapat digunakan untuk menyucikan hadats dan najis, walaupun air tersebut berubah rasa, warna atau bau karena bercampur dengan benda suci (selama masih disebut air mutlak tetap statusnya thahur, pen.). Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya air itu thahur (suci dan menyucikan), tidak ada sesuatu pun yang dapat menajiskannya.” (Diriwayatkan oleh Ahlus Sunnan, haditsnya shahih. [HR. Abu Daud, no. 66; Tirmidzi, no. 66; An-Nasa’i, no. 326; dari Abu Sa’id Al-Khudri. Hadits ini dishahihkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Ma’in dan Ibnu Hazm]) ㅤ Jika air tersebut berubah sifatnya karena najis, maka menjadi najis dan wajib dijauhi. ㅤ Penjelasan: ㅤ 1- Kesimpulannya air itu ada dua macam yaitu thahur (suci dan menyucikan) dan najis. ㅤ 2- Tiga kaedah mengenai air yang bercampur: ㅤ • Jika air bercampur dengan benda suci, lalu tidak lagi disebut air mutlak (sudah dinamakan air teh, air kopi, air sabun, pen.), maka air tersebut tidak lagi thahur (tidak bisa menyucikan lainnya). Karena thaharah hanya boleh dengan yang disebut air, “Lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih).” (QS. Al-Maidah: 6) ㅤ • Jika air bercampur dengan benda suci, lalu tidak keluar dari penyebutan air mutlak (masih disebut air), maka air tersebut tetap thahur (suci dan menyucikan). ㅤ • Jika air bercampur dengan benda najis, lalu berubah salah satu dari tiga sifat (bau, rasa, atau warna), maka air tersebut menjadi najis. ㅤ 3- Bagaimana dengan air musta’mal (bekas bersuci)? Bagaimana dengan air yang kurang dari dua qullah yang kemasukan najis? ㅤ Ada beda pendapat ulama dalam hal ini. Yang tepat, air musta’mal masih boleh digunakan selama masih disebut air mutlak. Kedua, air yang kurang dari dua qullah (sekitar 200 L) lantas kemasukan najis, maka dilihat apakah berubah salah satu dari tiga sifat ataukah tidak. Jika tidak berubah, berarti tetap suci. Wallahu a’lam. ㅤ Moga mendapatkan ilmu yang bermanfaat. ㅤ ㅤ [Hanya Mengutip Sebagian dari Artikel Berjudul: Manhajus Salikin: Kaedah Air Thahur dan Najis, Penulis: Al-Ustâdz Abu Rumaysho - Muhammad Abduh Tuasikal bin Usman Tuasikal, di rumaysho.com ] ㅤ [Artikel Selengkapnya di: https://rumaysho.com/16140-manhajus-salikin-kaedah-air-thahur-dan-najis.html ] ㅤ ㅤ ㅤ ♻ Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi 📂 Grup WA & TG : Dakwah Islam 🌐 TG Channel : @DakwahFiqih ㅤ Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu, menjadi sebab hidayah, dan Allâh membalas anda dengan kebaikan dan menjadi amal jariyah, serta memudahkan jalan kita menuju Jannah. آمِينَ.
إظهار الكل...
Manhajus Salikin: Kaedah Air Thahur dan Najis ㅤ ㅤ ㅤ Ini rangkaian pelajaran dari Kitab Manhajus Salikin karya Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Kali ini membahas kaedah air. ㅤ Bersuci itu Syarat ㅤ Shalat memiliki syarat-syarat yang harus diketahui terlebih dahulu, di antaranya adalah bersuci dari hadats dan najis. ㅤ Bersuci ini dijadikan syarat untuk shalat sebagaimana dikatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah diterima shalat kecuali dengan bersuci.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari dan Muslim) ㅤ Siapa saja yang tidak bersuci dari hadats besar maupun hadats kecil, juga dari najis, maka tidak ada shalat untuknya. ㅤ Thaharah (bersuci) ada dua macam. Yang pertama, thaharah dengan air, inilah hukum asalnya. Sedangkan yang kedua, thaharah dengan debu sebagai pengganti air. ㅤ Penjelasan: ㅤ Hadats adalah menunjukkan keadaan diri seseorang, sifatnya maknawi (abstrak) yang menghalangi seseorang melakukan shalat, thawaf, menyentuh mushaf Al-Qur’an dan semacamnya. ㅤ Najis adalah sesuatu yang nampak (terlihat) kotor menurut anggapan syari’at, disebut juga dengan khabits seperti kencing, dll. ㅤ ㅤ [Hanya Mengutip Sebagian dari Artikel Berjudul: Manhajus Salikin: Kaedah Air Thahur dan Najis, Penulis: Al-Ustâdz Abu Rumaysho - Muhammad Abduh Tuasikal bin Usman Tuasikal, di rumaysho.com ] ㅤ [Artikel Selengkapnya di: https://rumaysho.com/16140-manhajus-salikin-kaedah-air-thahur-dan-najis.html ] ㅤ [Insyaallah, bersambung]. ㅤ ㅤ ㅤ ♻ Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi 📂 Grup WA & TG : Dakwah Islam 🌐 TG Channel : @DakwahFiqih ㅤ Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu, menjadi sebab hidayah, dan Allâh membalas anda dengan kebaikan dan menjadi amal jariyah, serta memudahkan jalan kita menuju Jannah. آمِينَ.
إظهار الكل...
Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1441 H تَقَبَّلَ اللّٰهُ مِنَّا وَمِنْكُمُ Taqabbalallahu minna wa minkum. (Semoga Allah menerima segala amala shalih dari kami dan kalian). Mohon maaf lahir dan bathin atas segala kekhilafan dan kesalahan. Semoga bertemu bulan Ramadhan selanjutnya dengan lebih baik. Semoga istiqamah di dalam kebaikan di 11 bulan selanjutnya. Âmîn yâ Allâh yâ Rabbal 'âlamîn yâ Rahmân yâ Rahîm. Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
إظهار الكل...
📚 Fawaid Hadits Keutamaan Malam Nishfu Sya’ban ㅤ ㅤ ㅤ Oleh : Al-Ustâdz Abu Ubaidah, Muhammad Yusuf bin Mukhtar bin Munthohir As-Sidawi ㅤ ㅤ ㅤ Malam Nishfu Sya'ban adalah memiliki keutamaan yang shahih, hanya saja tidak ada amalan khusus baik puasa, sholat dll. ㅤ Banyak riwayat yang tidak shahih tentang masalah ini, hanya satu hadits berikut yang dishahihkan sebagian ahli ilmu, yaitu: ㅤ يَنْزِلُ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ, فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ, إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ ㅤ “Alloh Tabaraka wa Ta’ala turun kepada makluk-Nya pada malam nishfu Sya’ban, lalu Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan“. ㅤ Hadis Shahih. Diriwayatkan dari jalan beberapa sahabat yaitu Muadz bin Jabal, Abu Tsa’labah al-Hutsani, Abdullah bin Umar, Abu Musa al-Asy’ari, Abu Hurairah, Abu Bakar ash-Shiddiq, Auf bin Malik, dan Aisyah (Lihat Silsilah Ahadits ash-Shahihah 3/135139/no. 1144 oleh al-Albani dan Husnul Bayan oleh Masyhur Hasan). ㅤ Faedah hadits ini: ㅤ 1. Malam Nishfu Sya’ban adalah memiliki keutamaan yang shahih, hanya saja tidak ada amalan khusus baik puasa, sholat, perayaan, dll. ㅤ 2. Penetapan sifat turun bagi Allah, sesuai dengan Keagungan Allah dan tidak serupa dengan makhluknya. ㅤ 3. Penetapan ketinggian Allah di atas langitnya sebagaimana telah ditegaskan dalam Al-Qur'an, hadits, ijma’, akal, dan fithroh. ㅤ 4. Luasnya kasih sayang Allah dan ampunanNya kepada para hamba. ㅤ 5. Bahaya dosa syirik yang merupakan dosa paling besar dan kezhaliman yang sangat. ㅤ 6. Anjuran menjernihkan hati dari segala permusuhan, kedengkian, serta menggantinya dengan saling cinta dan mengasihi antar sesama, terutama sebelum puasa. ㅤ Selamat mengamalkan. ㅤ ㅤ 📚 CHANNEL LENTERA DAKWAH Channel Telegram: @yusufassidawi 📲 Join: http://bit.ly/LenteraDakwah ㅤ ㅤ ㅤ ♻ Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi 📂 Grup WA & TG : Dakwah Islam 🌐 TG Channel : @DakwahFiqih ㅤ Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu, menjadi sebab hidayah, dan Allâh membalas anda dengan kebaikan dan menjadi amal jariyah, serta memudahkan jalan kita menuju Jannah. آمِينَ.
إظهار الكل...
📚 Keagungan Malam Nishfu Sya'ban ㅤ ㅤ ㅤ Oleh : Al-Ustâdz Abu Ubaidah, Muhammad Yusuf bin Mukhtar bin Munthohir As-Sidawi ㅤ ㅤ ㅤ Banyak riwayat yang tidak shahih tentang masalah ini, hanya satu hadits berikut yang dishahihkan sebagian ahli ilmu, yaitu: ㅤ يَنْزِلُ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ, فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ, إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ ㅤ Alloh Tabaraka wa Ta’ala turun kepada makluk-Nya pada malam nishfu Sya’ban, lalu Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan. ㅤ SHOHIH. Diriwayatkan dari jalan beberapa sahabat yaitu Muadz bin Jabal, Abu Tsa’labah al-Hutsani, Abdullah bin Umar, Abu Musa al-Asy’ari, Abu Hurairah, Abu Bakar ash-Shiddiq, Auf bin Malik, dan Aisyah radhiyallahu ‘anhum ajma’in. ㅤ Kesimpulannya, hadits ini dengan terkumpulnya jalan-jalan riwayat yang banyak ini bisa terangkat kepada derajat shahih dengan tanpa ragu lagi, karena keshahihan bisa dengan lebih kecil bilangannya dari jalur-lalur ini selama tidak terlalu parah lemahnya sebagaimana telah mapan dalam disiplin ilmu hadits ini. (Lihat Silsilah Ahadits ash-Shahihah 3/135139/no. 1144 oleh al-Albani dan Husnul Bayan oleh Masyhur Hasan). ㅤ Perlu diingat bersama bahwa hadits ini hanya menunjukkan keutamaan malam nishfu Sya’ban saja seperti halnya hadits-hadits umum lainnya yang membicarakan tentang keutamaan hari dan malam tertentu. Hadits ini sama sekali tidak menunjukkan anjuran mengkhususkannya dengan amalan shalat, puasa, khataman al-Qur’an, maupun amalan ibadah lainnya, lebih-lebih perayaan malam nishfu sya’ban seperti yang biasa dilakukan masyarakat kita. Kalaulah memang demikian pemahamannya, tentunya para ulama salaf, khususnya para sahabat Nabi akan mengamalkannya, namun anehnya hal itu tidak dinukil dari mereka sedikitpun padahal dalam waktu yang sama, mereka meyakini bahwa malam nishfu sya’ban adalah malam yang utama. (Hidayah Hairan Ila Hukmi Lailatin Nishfi Min Sya’ban, Muhammad bin Musa Nashr hal. 13-14). ㅤ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Adapun mengkhususkan puasa pada hari nishfu Sya’ban, tidak ada dasarnya, bahkan haram. Demikian pula menjadikannya sebagai perayaan, dengan membuat makanan dan menampakkan perhiasan. Semua ini merupakan perayaan-perayaan bid’ah yang tidak berdasar sama sekali. Termasuk pula berkumpul untuk melakukan shalat Alfiyah di masjid-masjid. Karena melaksanakan shalat sunnah pada waktu, jumlah raka’at, dan bacaannya tertentu yang tidak disyari’atkan, hukumnya haram…. Dan jika tidak disunnahkan maka haram mengamalkannya. Seandainya malam-malam yang mempunyai keutamaan tertentu disyari’atkan untuk dikhususkan dengan melakukan shalat, tentunya amalan shalat tersebut disyari’atkan pula untuk dilakukan pada malam Idul Fithri, Idul Adhha, dan hari Arafah.” (Iqtidha’ Sirathil Mustaqim 2/138) ㅤ As-Suyuthi berkata: “Memang ada riwayat dan atsar yang marfu’. Ini sebagai dalil bahwa bulan Sya’ban adalah bulan mulia. Akan tetapi tidak ada dalil tentang amalan shalat secara khusus dan menyemarakkannya.” (Al Amru bil Ittiba’ hal. 177-178) ㅤ Walhasil, malam nishfu sya’ban memang malam yang utama, tetapi bukan berarti disyariatkan untuk mengkhususkan amalan-amalan tertentu karena hal itu membutuhkan dalil, sedangkan tidak ada dalil yang mendukungnya. ㅤ ㅤ 📚 CHANNEL LENTERA DAKWAH Channel Telegram: @yusufassidawi 📲 Join: http://bit.ly/LenteraDakwah ㅤ ㅤ ㅤ ♻ Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi 📂 Grup WA & TG : Dakwah Islam 🌐 TG Channel : @DakwahFiqih ㅤ Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu, menjadi sebab hidayah, dan Allâh membalas anda dengan kebaikan dan menjadi amal jariyah, serta memudahkan jalan kita menuju Jannah. آمِينَ.
إظهار الكل...