cookie

Utilizamos cookies para mejorar tu experiencia de navegación. Al hacer clic en "Aceptar todo", aceptas el uso de cookies.

avatar

Kemusykilan Agama

Koleksi Q&A Kemusykilan Agama berdasarkan Fatwa Negeri2 di Malaysia & Mazhab Syafie/Ahli Sunnah Wal Jamaah

Mostrar más
El país no está especificadoEl idioma no está especificadoLa categoría no está especificada
Advertising posts
400Suscriptores
Sin datos24 hours
Sin datos7 days
Sin datos30 days

Carga de datos en curso...

Tasa de crecimiento de suscriptores

Carga de datos en curso...

*PENGAMBILAN KEMASUKAN PELAJAR BARU DARUSSYIFA' PUSAT | BANGI | KUMP-31 | 2019* *_____________________________* 🔊 *Info utama DARUSSYIFA' :* 1⃣ Pengajian terawal sejak *1977* 2⃣ *41 tahun* pengalaman 3⃣ Diasaskan oleh *Almarhum Tuan Guru Dato' Dr. Haron Din* 4⃣ Menggunakan *silibus pengajian tersusun* 5⃣ Tenaga pengajar *berpengalaman* yg bersama dlm *Halaqah Ilmu Darussyifa'* 6⃣ Mempunyai 90 pusat rawatan berdaftar di *seluruh Malaysia* *_____________________________* _*MAKLUMAT SPT BERIKUT...*_ 📝 *Klik borg daftar di sini:* https://drive.google.com/file/d/1sdn6LHWTR_-dhot3mhvUfvcjS-aIdx3E/view *Tarikh Tutup Permohonan :* 📥 31 Oktober 2018 *Tarikh² Temuduga :* 🗓 -10 @ 11 November 2018 📇 -Sabtu @ Ahad ⌚ -8.00 Pagi - 10.00 Pagi *_____________________________* ❓ *Pertanyaan sila Hubungi / Whatsapp :* 📲 Tn Haji Hisham Talian : *+60123292792* Whatsapp: _https://www.wasap.my/60123292792_ 📲 Sdr Fadzil Talian : *+60175079075* Whatsapp : _https://www.wasap.my/60175079075_ 📲 Sdr Hanif Talian : *+60139050791* Whatsapp : _https://www.wasap.my/60139050791_ 📲 Sdr Zafran Talian : *+60126807992* Whatsapp : _https://www.wasap.my/60126807992_ *Laman Sesawang :* 🖥 www.darussyifa.org *Email :* [email protected] *______________________________* Boleh juga klik link di bwh ini: ℹ *Maklumat Penting Permohonan* _http://www.darussyifa.org/?page_id=2540_
Mostrar todo...
BorgK-31_Bangi2019_V5.pdf

am ibadah telah dilakukan oleh para ulama sejak generasi salaf, para sahabat, ahli hadits dan para imam madzhab, termasuk Imam Ahmad bin Hanbal, Imam al-Bukhari dan lain-lain. Bahkan Syaikh Ibnu Baz juga banyak melakukan qiyas dalam bab ibadah, sebagaimana dapat dibaca dalam sebagian fatwa-fatwa beliau. SOAL: “Apakah penjelasan khasiat doa akhir tahun dan awal tahun tersebut dapat dibenarkan?” JAWAB: “Ya tentu saja dibenarkan. Khasiat ayat al-Qur’an, doa dan dzikir telah diakui oleh seluruh ulama. Syaikh Ibnu Qayyimil Jauziyyah, murid terkemuka Syaikh Ibnu Taimiyah, panutan kaum Wahabi-(bukan-Salafi), berkata: وَمِنَ الْمَعْلُوْمِ أَنَّ بَعْضَ الْكَلامِ لَهُ خَوَاصُّ وَمَنَافِعُ مُجَرَّبَةٌ فَمَا الظَّنُّ بِكَلامِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ الَّذِيْ فَضْلُهُ عَلَى كُلِّ كَلامٍ كَفَضْلِ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ الَّذِيْ هُوَ الشِّفَاءُ التَّامُّ وَالْعِصْمَةُ النَّافِعَةُ وَالنُّوْرُ الْهَادِيْ وَالرَّحْمَةُ العَامَّةُ الَّذِيْ لَوْ أُنْزِلَ عَلَى جَبَلٍ َتَصَدَّعَ مِنْ عَظَمَتِهِ وَجَلالَتِهِ قَالَ تَعَالَى وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ للمؤمنين [ الإسراء: 82 ] وَ مِنْ هَا هُنَا لِبَيَانِ الْجِنْسِ لاَ لِلتَّبْعِيْضِ هَذَا أَصَحُّ الْقَوْلَيْنِ. (ابن القيم، زاد المعاد في هدي خير العباد، 2/162). “Dan telah dimaklumi bahwa sebagian perkataan manusia memiliki sekian banyak khasiat dan aneka kemanfaatan yang dapat dibuktikan. Apalagi ayat-ayat al-Qur’an selaku firman Allah, Tuhan semesta alam, yang keutamaannya atas semua perkataan sama dengan keutamaan Allah atas semua makhluk-Nya. Tentu saja, ayat-ayat al-Qur’an dapat berfungsi sebagai penyembuh yang sempurna, pelindung yang bermanfaat dari segala marabahaya, cahaya yang memberi hidayah dan rahmat yang merata. Dan andaikan al-Qur’an itu diturunkan kepada gunung, niscaya ia akan pecah karena keagungannya. Allah telah berfirman: “Dan kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. al-Isra’: 82). Kata-kata “dari al-Qur’an”, dalam ayat ini untuk menjelaskan jenis, bukan bermakna sebagian menurut pendapat yang paling benar. (Ibn al-Qayyim, Zad al-Ma’ad, 2/162). Perhatikan, dalam pernyataan di atas, Syaikh Ibnu Qayyimil Jauziyyah menjelaskan bahwa khasiat doa dan dzikir termasuk hal yang dimaklumi di kalangan umat Islam. Bagi yang tidak percaya dengan khasiat tersebut, tangisilah dirinya, karena telah menyimpang dari kemakluman yang diakui dalam agama.” SOAL: “Dari mana untuk mengetahui khasiat ayat al-Qur’an, doa dan dzikir?” JAWAB: “Sebahagian dari hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebahagian juga dari pengalaman orang-orang soleh dan ilham yang diterima oleh para auliya atau orang-orang yang ma’rifat kepada Allah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh al-Hafizh as-Suyuthi dalam al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an.” SOAL: “Apakah kepercayaan terhadap khasiat yang diperoleh dari kaum para auliya dan orang-orang soeh tidak merosakkan akidah Islam.” JAWAB: “Tidak merosakkan. Bahkan mempercayai khasiat yang diperoleh dari pengalaman dan ilham para auliya dan orang soleh termasuk bahagian dari akidah umat Islam. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Taimiyah dalam al-‘Aqidah al-Wasithiyyah.” SOAL: “Siapa dari kalangan ulama yang menganjurkan doa akhir tahun dan awal tahun?” JAWAB: “Ya banyak sekali, terutama ulama Timur Tengah dan seluruh dunia. Anda boleh baca dalam kitab Kanz al-Najah wa al-Surur fi al-Ad’iyah al-Ma’tsurah allati Tasyrahu al-Shudur, karya Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Qudus al-Makki al-Syafi’i, (1277-1335 H).” Wallahu a’lam.
Mostrar todo...
DALIL DOA AKHIR TAHUN DAN AWAL TAHUN Oleh : Ustaz Muhammad Idrus Ramli SOAL: “Apakah doa akhir tahun dan awal tahun ada dalilnya? JAWAB: “Ya jelas ada dalilnya. Masakan doa tidak ada dalilnya. Di dalam al-Qur’an Allah subhanahu wata’ala berfirman: وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ (60) “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina". (QS. Ghafir : 60). Ayat di atas memberikan pesanan agar kita selalu berdoa kepada Allah, dan Allah menjanjikan akan mengabulkan doa kita. Sedangkan orang yang sombong dari menyembah-Nya seperti tidak mahu berdoa kepada-Nya, diancam dimasukkan ke neraka Jahanam. Perintah berdoa dalam ayat di atas bersifat mutlak dan umum. Karena itu berdoa pada akhir tahun dan awal tahun, masuk dalam keumuman perintah ayat tersebut.” SOAL: “Tapi dalil khusus akhir tahun dan awal tahun kok tidak ada.” JAWAB: “Ada, yaitu diqiyaskan dengan doa awal waktu dan akhir waktu. Misalnya doa pada awal bulan dan akhir bulan. Dalam kitab-kitab hadits diriwayatkan: DOA AWAL BULAN عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى الْهِلاَلَ قَالَ: " اَللهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَاْلإِيْمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَاْلإِسْلاَمِ رَبِّيْ وَرَبُّكَ اللهُ " رواه الدارمي والترمذي وقال: حديث حسن Dari Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila melihat hilal (bulan pada tanggal 1, 2 dan 3), maka beliau berdoa: “Ya Allah, perlihatlah bulan ini kepada kami dengan kebahagiaan, keimanan, keselamatan dan keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.” (HR. al-Darimi [1730] dan al-Tirmidzi [3451]. Al-Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan”.). عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى الْهِلاَلَ قَالَ : " اَللهُ أَكْبَرْ ، اَللّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِاْلأَمْنِ وَاْلإِيْمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَاْلإِسْلاَمِ ، وَالتَّوْفِيْقِ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى ، رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللهُ ". رواه الدارمي Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila melihat hilal, maka berdoa: “Allah Maha Besar. Ya Allah, perlihatkanlah bulan ini kepada kami dengan keamanan, keimanan, keselamatan, keislaman dan pertolongan pada apa yang Engkau cintai dan Engkau ridhai. Tuhan kami dan Tuhanmu adalah Allah.” (HR. al-Darimi [1729]). عَنْ قَتَادَةَ ، أَنَّهُ بَلَغَهُ ، أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى الْهِلاَلَ قَالَ : " هِلاَلُ خَيْرٍ وَرُشْدٍ ، هِلاَلُ خَيْرٍ وَرُشْدٍ ، هِلاَلُ خَيْرٍ وَرُشْدٍ ، آَمَنْتُ بِاللهِ الَّذِيْ خَلَقَكَ " ، ثلاث مرات ، ثم يقول : " اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ ذَهَبَ بِشَهْرِ كَذَا وَجَاءَ بِشَهْرِ كَذَا ". رواه ابو داود Dari Qatadah, bahwa telah sampai kepadanya, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila melihat hilal, maka berdoa: “Semoga bulan ini membawa kebaikan dan petunjuk. Semoga bulan ini membawa kebaikan dan petunjuk. Semoga bulan ini membawa kebaikan dan petunjuk. Aku beriman kepada Allah yang telah menciptakanmu.” Sebanyak tiga kali, kemudian berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah membawa pergi bulan ini, dan datang dengan bulan ini.” (HR. Abu Dawud [5092]). Hadits-hadits di atas menunjukkan anjuran membaca doa pada awal bulan, setelah perginya bulan sebelumnya. Doa akhir tahun dan awal tahun, dianjurkan juga, dengan diqiyaskan pada doa awal bulan di atas. Di sisi lain, dalam kitab-kitab hadits juga disebutkan doa-doa yang dianjurkan pada awal terbitnya Matahari dan setelah terbenamnya Matahari, sebagaimana dijelaskan dalam kitab-kitab tentang doa dan dzikir, seperti kitab al-Adzkar karya al-Imam an-Nawawi dan semacamnya. Wallahu a’lam. SOAL: “Kalau dalil doa akhir tahun dan awal tahun tersebut didasarkan pada dalil qiyas, apakah hal ini dibenarkan?” JAWAB: “Ya tentu dibenarkan. Qiyas dal
Mostrar todo...
Mengajar kanak-kanak bukan perkara kecil di sisi Allah, malah sesuatu yang mungkin menjadi asbab pengampunan dosa kita. Abu Mansur al-Khayyat seorang pakar alQuran dan qiraat. Selepas beliau meninggal dunia, seseorang bermimpi berjumpa dengannya. Orang itu berkata: “Apa khabarmu wahai Abu Mansur?” Beliau menjawab: “Allah mengampuni semua dosaku oleh kerana aku mengajarkan al Fatihah kepada kanak-kanak.” (Siyar A’lam al Nubala)
Mostrar todo...
?op=modload&name=News&file=article&sid=11168&newlang=mas 14. [LIHAT GAMBAR] Binaan Kubur Saidina Ibrahim (anak Nabi Muhammad sallallahu 'alaihi wasallam)
Mostrar todo...
naan tersebut walaupun di atas kubur para nabi, wali, ulama dan lain-lain di dalam tanah perkuburan yang disabilkan sebagaimana kenyataan Ibnu Hajar di dalam Tuhfahnya, bab jenazah (jilid 3, m/s 226) yang telah lalu mengikut beliau binaan seperti kubah, bilik, rumah dan masjid tidak dimakruhkan di atas kubur mereka sekiranya di dalam kawasan tanah perkuburan milik persendirian. Maka difahami daripada perkataan beliau bahawa binaan tersebut diharamkan di dalam tanah perkuburan yang disabilkan. 11. Binaan yang diharuskan di atas kubur para nabi, wali, ulama dan seumpamanya di dalam tanah perkuburan di sabilkan Binaan yang diharuskan di atas kubur para nabi, wali, ulama dan seumpamanya di dalam tanah perkuburan di sabilkan ialah hanya binaan seperti simen, marmar dan lain-lain dimana binaan itu tidak memakan ruang yang terlebih luas daripada liang lahad kubur. Ini ada dinyatakan di dalam Nihayah karangan Syeikh Ramli bab jenazah (jili 3, m/s 41,عند قول المتن لا للتكفين على الأصح ) ketika membahaskan larangan membongkar kubur sahabat dan wali setelah hancur jasad mereka untuk ditanam jenazah lain. Kerana larangan inilah, diharuskan binaan di atas liang lahad kubur mereka supaya tidak dibongkarkan untuk ditanam jenazah lain.Beliau menukilkan perkataan Muwaffiq bin Hamzah yang mengharuskan berwasiat untuk membina binaan di atas kubur sahabat dan wali bertujuan memakmurkan kubur mereka dengan menziarahi dan mengambil berkat. Binaan yang dimaksudkan oleh nukilan Syeikh Ramli itu ialah hanya binaan di atas liang lahad kubur para nabi, wali, ulama dan seumpamanya sahaja seperti disimen dan dipasangkan marmar, bukan binaan yang memakan ruang lebih luas daripada itu, seperti kubah, bilik, rumah, masjid dan lain-lain. Ini sebagaimana yang telah diterangkan oleh Al-Allamah Ali Syabramalisi di dalam Hasyiah Nihayah (jilid 3 : m/s 41 bab jenazah) dengan katanya: ” والمراد بعمارة ذلك بناء محل الميت فقط لا بناء القباب ونحوها “ Ertinya: “ Dimaksudkan dengan mendirikan binaan tersebut ialah binaan di tempat liang lahad simati (nabi, wali, ulama dan seumpamanya) sahaja, bukannya binaan segala kubah dan seumpamanya.” Al-Allamah Ali Syabramalisi di dalam Hasyiah Nihayah juga menegaskan: “ Pendapat yang muktamad ialah apa yang dikatakan oleh Syeikh Ramli di dalam bab jenazah iaitu harus berwasiat untuk meratakan tanah kubur para nabi dan orang soleh serta membangunkan binaan (yakni binaan seperti simen, marmar) di atas kubur mereka di dalam tanah kubur yang disabilkan.” (حاشية الشرواني على التحفة : كتاب الوصايا وما يتعلق به عند قول المتن واذا أوصى لجهة عامة فالشرط أن لا تكون معصية : ج 3/ ص 6) Terdapat pendapat yang lemah di dalam mazhab syafie bahawa diharuskan binaan yang memakan ruang yang terlebih luas seperti kubah, bilik dan lain-lain di atas kubur para nabi, wali, ulama dan seumpamanya di dalam tanah perkuburan yang disabilkan sebagaimana yang tersebut di dalam kitab ‘Iaanah AtThalibin (Fasal : solat ke atas simati, jilid 2 : m/s120) : ” وقال البجيرمي : واستثنى بعضهم قبور الأنبياء والشهداء والصالحين ونحوها (برماوي) , وعبارة الرحماني : نعم قبور الصالحين يجوز بناؤها ولو قبة لاحياء الزيارة والتبرك , قال الحلبي : ولو في مسبلة وأفتى به وقد أمر به الشيخ الزيادي مع ولايته…” Ertinya: “ Al-Bujairimi berkata: Sesetengah ulama mazhab syafie mengecualikan (daripada hukum haram) kubur para nabi, syuhada, orang-orang soleh dan seumpamanya (nukilan Barmawi). Teks Ar-Rahmani menyebut: Sungguhpun begitu, kubur orang-orang soleh diharuskan membina di atasnya, sekalipun binaan kubah bertujuan memakmurkan dengan ziarah dan mengambil berkat. Al-Halabi berkata: Walaupun di dalam tanah perkuburan yang disabilkan dan beliau berfatwa sebegitu. Sesungguhnya Syeikh Ziyadi memerintahkan supaya didirikan binaan tersebut ketika beliau berkuasa…..” Sumber : http://www.al-bakriah.com.my/index.php?option=com_content&view=article&id=28%3Ahukum-binaan-di-atas-kubur&catid=9%3Asoal-jawab-agama&Itemid=25 12. Fatwa Negeri Kedah http://www.e-fatwa.gov.my/fatwa-negeri/binaan-di-atas-tanah-perkuburan 13. Fatwa Brunei Darussalam http://infad.usim.edu.my/modules.php
Mostrar todo...

ليه في حريمه وخارجه, نعم ان خشي نبش أو حفر سبع أو هدم سيل لم يكره “ Ertinya: “{Dimakruhkan (dalam tanah perkuburan milik sendiri) memutihkan kubur dengan kapur dan membuat binaan} di atas kubur pada permukaan liang lahadnya dan ruang yang terlebih luas daripada itu, sungguh pun begitu tiada makruh jika takut dibongkari (oleh pencuri kain kapan atau dibongkari untuk ditanam jenazah lain sebelum hancur jasadnya), digali binatang buas atau diruntuhi air banjir yang deras.” As-Syarwani menjelaskan lagi perkataan Ibnu Hajar itu di dalam Hasyiahnya: ” أي ويكره على القبر في حريمه وهو ما قرب منه جدا وخارج الحريم هذا في غير المسبلة “ Ertinya: “ Iaitu dimakruhkan binaan di atas kubur pada permukaan liang kubur iaitu ruang atau tanah yang betul-betul hampir dengan liang lahad kubur dan dimakruhkan juga pada ruang atau tanah yang terlebih luas daripada liang kubur tersebut. Hukum makruh terbabit adalah di dalam tanah perkuburan yang bukan disabilkan ( iaitu tanah perkuburan milik sendiri).” 8. Terdapat Pendapat yang lemah di dalam mazhab Syafie yang menyatakan bahawa dimakruhkan binaan yang tidak memakan ruang yang terlebih luas daripada permukaan liang lahad kubur dan diharamkan binaan yang memakan ruang yang terlebih luas daripadanya, sama ada binaan berkenaan di dalam tanah perkuburan milik sendiri atau tanah perkuburan yang disabilkan. Di dalam kitab Murghni Muhtaj, bab jenazah: “ Sesetengah ulama mazhab Syafie menyesuaikan perkataan Imam Nawawi di dalam matan Minhaj dan perkataannya di dalam Majmuk dan lain-lain, dengan memberi maksud bahawa dimakruhkan apabila dibina hanya di atas kubur, dengan makna adalah binaan itu berada sama betul dengan permukaan liang kubur. Diharamkan binaan itu apabila didirikan di atas kubur kubah atau bilik yang didiami. Pendapat yang muktamad adalah haram semata-mata (tanpa membezakan di antara binaan sama betul dengan liang lahad dan binaan yang terlebih luas daripada itu).” 9. Di atas kubur para nabi, wali, ulama dan syuhada di dalam tanah perkuburan milik sendiri Binaan seperti kubah, bilik, masjid dan lain-lain, tiada haram serta tiada makruh sekiranya dibina di atas kubur para nabi, wali, ulama dan syuhada di dalam tanah perkuburan milik sendiri. Tujuan didirikan binaan tersebut adalah untuk menggalakkan orang ramai datang menziarahi kubur mereka dan sempena mengambil berkat. Berkata Ibnu Hajar di dalam Tuhfahnya, bab jenazah (jilid 3, m/s 226): ” قال بعضهم الا في صحابي ومشهور الولاية فلا يجوز وان انمحق ويؤيده تصريحهم بجواز الوصية بعمارة قبور الصلحاء أي في غير المسبلة على ما يأتي في الوصية لما فيه من احياء الزيارة والتبرك “ Ertinya: “ Sesetengah ulama syafie berkata: “ Melainkan pada kubur sahabat dan mereka yang masyhur dengan kewalian maka tiada harus membongkarkan kuburnya, sekalipun telah hancur jasadnya. Pendapat mereka dikuatkan dengan kenyataan fuqaha bahawa diharuskan berwasiat supaya dibangunkan binaan di atas kubur orang yang soleh, iaitu di dalam tanah perkuburan yang bukan disabilkan, mengikut keterangan yang akan datang pada bab wasiat. Keharusan itu bertujuan memakmurkan kubur mereka dengan ziarah dan sempena mengambil berkat.” 10. Binaan di dalam tanah perkuburan yang disabilkan Di dalam tanah perkuburan yang disabilkan atau diwakafkan, haram membina kubah, bilik, rumah atau masjid di atasnya. Wajib diruntuhkan binaan tersebut walaupun didirikan atas kubur para nabi, wali, ulama dan syuhada. Ini adalah pendapat yang muktamad di dalam mazhab syafie. Tersebut di dalam kitab Nihayah bagi Syeikh Ramli ketika mensyarahkan Minhaj Imam Nawawi, bab jenazah: “( ولو بني في مقبرة مسبلة, هدم) البناء وجوبا لحرمته ولما فيه من تضييق على الناس وسواء أبني قبة أو بيتا أو مسجدا أم غيرها “ Ertinya: “ (Jika dibinakan di atas kubur di dalam kawasan perkuburan yang disabilkan nescaya mesti diruntuhkan) binaan itu sebagai hukum yang wajib. Ini kerana binaan tersebut adalah haram dan kerana terdapat padanya sebab (العلة) pengharaman iaitu menyempitkan (tanah perkuburan yang disabilkan). Hukumnya tetap seperti itu, sama ada dibinakan kubah, bilik (rumah), masjid atau lainnya.” Diharamkan bi
Mostrar todo...
HUKUM BINAAN DI KUBUR (Menjawab Isu Yang Dibangkitkan Hafiz Hamidun) Oleh : Ustaz Nik Nazimuddin الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسول لله وعلى آله وصحبه ومن تبعهم الى يوم القيامة , أما بعد: 1. Disusunkan artikel ini bertujuan menerangkan kepada masyarakat tentang beberapa hukum yang dikelirukan oleh sesetengah pihak yang menggunakan zahir lafaz hadis tanpa merujuk kepada huraian ulama mujtahid yang berkelayakkan dalam menghuraikan hukum-hakam yang tersirat di dalam sesebuah hadis. Para ulama yang muktabar memperincikan lagi maksud sebenar huraian imam ikutan mereka itu. Maka mantaplah segala hukum dan terhindar daripada huraian mengikut hawa nafsu, ilmu yang cetek serta akal yang dangkal. Ini kerana, tidak semua diberikan ilmu yang seperti ulama-ulama tersebut. Merekalah pewaris nabi yang beramanah dalam menjaga agama ini. ان العلماء ورثة الأنبياء ورثوا علما… Ertinya: “ Sesungguhnya para ulama adalah pewaris kepada para anbia dan mereka itu mewarisi keilmuan.…” (Al-Hadis) 2. Hukum Binaan Di atas Kubur Tentang hadis larangan binaan di atas kubur, Imam Syafie menerangkan hukum dan sebab larangan tersebut di dalam kitab Ummnya (bab jenazah): ” ورأيت من الولاة (بمكة) من يهدم ما يبنى فيها ولم أر فقهاء يعيبون عليه ذلك ولأن في ذلك تضييقا على الناس “ Ertinya: “ Aku melihat pembesar di Mekah meruntuhkan binaan-binaan kubur yang ada padanya dan aku tidak melihat para Fuqaha (Mujtahid) yang mencela perbuatan pembesar tersebut dan kerana pada binaan itu menyempitkan tanah perkuburan ke atas orang ramai.” 3. Katanya lagi: ” فان كانت القبور في الأرض يملكها الموتى في حياتهم أو ورثتهم بعدهم , لم يهدم شىء يبنى منها وانما يهدم ان هدم ما لا يملكه أحد فهدمه لئلا يحجر على الناس “ Ertinya: “ Maka jika adalah perkuburan di dalam tanah yang dimiliki oleh orang-orang mati semasa hidup mereka atau diwarisi oleh pewaris selepas kematian mereka, nescaya tidak boleh diruntuhi sesuatu binaan di dalamnya. Hanya diruntuhi sesuatu binaan di dalam tanah yang tidak dimiliki oleh sesiapa pun maka hendaklah diruntuhinya supaya tidak menegah orang ramai untuk tanam mayat yang lain.” 4. Bila ditanyakan fatwa kepada Ibnu Hajar Haitami tentang suatu binaan, beliau menghukumkan haram binaan itu dan menyatakan sebab ( ألعلة ) pengharaman tersebut dengan katanya (Fatawa Kubra, bab jenazah): ” ولوجود علة تحريم البناء في ذلك وهى تحجير الأرض على من يدفن بعد بلاء الميت اذ الغالب أن البناء يمكث الى ما بعد البلى وأن الناس يهابون فتح القبر المبني فكان في البناء تضييق للمقبرة ومنع الناس من الانتفاع بها فحرم “ Ertinya: “Kerana terdapat sebab pengharaman binaan pada binaan yang berkenaan iaitu menegah tanah kubur daripada ditanamkan mayat lain selepas hancur mayat di dalam kubur itu. Ini kerana, kebiasaannya binaan di atas kubur menjadi kekal sehinggakan selepas masa hancurnya mayat, dan orang ramai takut hendak membuka kubur yang dibinakan di atasnya. Maka binaan itu menyempitkan tanah perkuburan dan menegah orang ramai daripada mengambil manfaat dengannya lalu ia menjadi haram.” 5. Beberapa perkara yang difahami daripada huraian Imam Syafie adalah:- 1) Binaan di dalam tanah perkuburan milik sendiri 2) Binaan di dalam tanah perkuburan disabilkan 3) Binaan yang menyebabkan: a) terhalang daripada ditanamkan mayat lain (bila berlaku kesesakan) b) menyempitkan tanah perkuburan dengan perkara yang berlebih-lebihan 6. Para ulama yang mengikuti Imam Syafie menghuraikan maksud sebenar perkataan Imam mereka tentang Hukum Binaan tersebut, adalah seperti berikut:- Maksud sebenar Binaan tersebut dan dimakruhkan di tanah perkuburan milik sendiri Binaan yang di maksudkan itu ialah binaan yang sama betul dengan liang lahad mayat (tidak memakan ruang yang terlebih luas) dan juga binaan yang memakan ruang yang terlebih luas daripada itu seperti kubah, masjid, bilik dan lain-lain. Binaan tersebut dimakruhkan di dalam kawasan tanah kubur milik persendirian. Ini adalah pendapat yang muktamad dalam mazhab Syafie. 7. Tersebut di dalam kitab Tuhfah bagi Ibnu Hajar Haitami ketika mensyarahkan matan Minhaj Imam Nawawi (bab jenazah) : ” (ويكره تجصيص القبر والبناء) ع
Mostrar todo...