cookie

We use cookies to improve your browsing experience. By clicking «Accept all», you agree to the use of cookies.

avatar

SalafyMinahasaRaya

Berilmu Sebelum Berkata Dan Beramal Informasi: 0856-9629-9780 0821-8906-6763 085397 115 119

Show more
Indonesia123 295The language is not specifiedThe category is not specified
Advertising posts
163Subscribers
No data24 hours
No data7 days
No data30 days

Data loading in progress...

Subscriber growth rate

Data loading in progress...

3 LANGKAH BIJAK KETIKA MENDENGAR HAL-HAL YANG KURANG BAIK TENTANG SAUDARA KITA Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata, "At-tatsabbut (mengkonfirmasi kebenaran suatu ucapan atau berita) juga merupakan perkara penting. Hal itu karena terkadang orang yang menyampaikan berita tersebut memiliki niat-niat buruk, secara sengaja menyampaikan berita yang dapat mencemarkan nama baik orang yang sedang dia bicarakan itu. Bisa jadi, orang yang menyampaikan berita tersebut tidak berniat buruk, namun orang yang mendengarnya memahami berita tersebut berbeda dengan yang dimaukan oleh si penyampai berita. Oleh sebab itulah, wajib untuk ber-tatsabbut. Apabila berita yang disampaikan telah dipastikan kebenarannya, langkah berikutnya adalah mengadakan upaya diskusi dengan orang yang menjadi objek berita tersebut, sebelum anda memutuskan apakah orang itu benar atau salah dalam ucapannya. Demikian itu, karena terkadang setelah melewati proses diskusi, ternyata kebenaran ada di pihak orang yang sedang dibicarakan (yang menjadi objek berita) tadi. Kesimpulannya, apabila ada berita yang dinukilkan (disampaikan kepada anda) tentang keadaan seseorang, dan menurut anda orang tersebut salah, maka tempuhlah tiga tahapan berikut secara berurutan: (1).Pertama: Bertatsabbut (konfirmasi) tentang kebenaran berita tersebut. (2) Kedua: Meneliti bagaimana hukum (permasalahan) yang sebenarnya. Jika ternyata orang yang sedang dibicarakan tadi benar, maka hendaknya dia didukung dan dibela. Dan jika menurut anda salah, maka upayakanlah langkah berikutnya, yaitu (3). Ketiga: Menghubungi orang yang sedang dibicarakan tersebut untuk berdiskusi dengannya. Hendaknya diskusi ini dilakukan dengan tenang dan bermartabat." 🇸🇦 Teks Arab أيضا التثبت أمر مهم؛ لأن الناقلين تارة تكون لهم نوایا سيئة، ينقلون ما يشوه سمعة المنقول عنه قصدا وعمدا ، وتارة لا يكون عندهم نوايا سيئة ولكنهم يفهمون الشيء على خلاف معناه الذي أريد به، ولهذا يجب التثبت، فإذا ثبت بالسند ما نقل أتی دور المناقشة مع صاحبه الذي نقل عنه قبل أن تحكم على القول بأنه خطأ أو غير خطأ، وذلك لأنه ربما يظهر لك بالمناقشة أن الصواب مع هذا الذي نقل عنه الكلام. والخلاصة أنه إذا نقل عن شخص ما، ترى أنه خطأ فاسلك طرقا ثلاثة على الترتيب: الأول: التثبت في صحة الخبر. الثاني: النظر في صواب الحكم، فإن كان صوابا فأيده ودافع عنه، وإن رأيته خطأ فاسلك الطريق الثالث وهو: الاتصال بمن نسب إليه لمناقشته فيه وليكن ذلك بهدوء واحترام. Sumber: Kitab Al-'Ilmi, hlm. 52 https://t.me/inifaktabukanfitnah/4541
Show all...
🟦🟦🟦🟦🟦🟦🟦🟦🟦🟦🟦🟦🟦🟦🟦🟦 ========🎧🎙🎙🎧========= 🚩 بـــــسم اللّــــە الرّحمن الرّحيــــم ╔════ ❁🌍❁ ═══╗ 📡 AUDIO TANYA - JAWAB 📻 RADIO INDAH SIAR CIREBON 91,8 FM ╚════ ❁🌍❁ ═══╝ 📥 Bersama : 🎙 Al Ustadz Muhammad bin Umar as sewed حفظه الله 📫 PERTANYAAN - 571 🔭 Bismillah. Afwan ustadz mau bertanya. Apabila seseorang hanya mengajar pelajaran nahwu shorof dan durus bahasa arab kpd anak anak atau hanya membantu mentasmi' hafalan al quran sdh tms dalam dakwah? 📨 Gabung di Channel : https://t.me/tanyajawab_indahsiar ◾️◾️◾️◾️◾️◾️◾️◾️◾️◾️◾️◾️◾️◾️ 📲 WhatsApp Salafy Cirebon 🔋 Channel Salafy Cirebon ▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️
Show all...
Kumpulan Tanya Jawab Indah Siar🇲🇨

Diambil dari Acara Kajian di Radio Indah Siar bersama Al Ustadz Muhammad As sewed Hafidzahullah (91,8)

🥦🍈 Kriteria Manusia dan Amalan Yang Paling Dicintai Oleh Allah عن عبدالله بن عمر قال قيل : يا رسول الله من أحبُّ الناسِ إلى اللهِ؟ أحبُّ الناسِ إلى اللهِ أنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، و أحبُّ الأعمالِ إلى اللهِ عزَّ وجلَّ سُرُورٌ يدْخِلُهُ على مسلمٍ ، أوْ يكْشِفُ عنهُ كُرْبَةً ، أوْ يقْضِي عنهُ دَيْنًا، أوْ تَطْرُدُ عنهُ جُوعًا ، و لأنْ أَمْشِي مع أَخٍ لي في حاجَةٍ أحبُّ إِلَيَّ من أنْ اعْتَكِفَ في هذا المسجدِ ، يعني مسجدَ المدينةِ شهرًا ، و مَنْ كَفَّ غضبَهُ سترَ اللهُ عَوْرَتَهُ ، و مَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ ، و لَوْ شاءَ أنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ مَلأَ اللهُ قلبَهُ رَجَاءً يومَ القيامةِ ، و مَنْ مَشَى مع أَخِيهِ في حاجَةٍ حتى تتَهَيَّأَ لهُ أَثْبَتَ اللهُ قَدَمَهُ يومَ تَزُولُ الأَقْدَامِ ، [ و إِنَّ سُوءَ الخُلُقِ يُفْسِدُ العَمَلَ ، كما يُفْسِدُ الخَلُّ العَسَلَ ] 📕 [السلسلة الصحيحة رقم ٩٠٦] Dari sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu berkata : Ada seseorang yang bertanya : "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling dicintai oleh Allah? Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Orang yang paling dicintai oleh Allah adalah orang yang banyak memberikan manfaat bagi orang lain. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah 'Azza wa Jalla adalah membuat seorang muslim bergembira, atau membantu menyelesaikan problemnya, atau melunasi hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh seandainya aku berjalan bersama saudaraku (muslim) dalam upaya menyelesaikan hajatnya lebih aku sukai daripada beri'tikaf satu bulan di masjid ini, yakni masjid di kota Madinah (Masjid Nabawi). Barangsiapa yang menahan amarahnya maka Allah akan menutup aibnya. Barangsiapa yang meredam emosinya, padahal kalau mau ia bisa melampiaskannya, maka Allah akan penuhi hatinya dengan rasa harap di hari kiamat nanti. Barangsiapa yang berupaya meringankan beban saudaranya hingga terpenuhi untuknya, niscaya Allah akan kokohkan kakinya di hari (kiamat) di mana kaki-kaki manusia tergelincir. Sungguh akhlak yang buruk akan merusak amalan sebagaimana cuka akan merusak madu.” (HR. Ibnu Abi ad-Dunya dalam Qadha’ al-Hawaij hal. 80 no. 36) [Silsilah as-Shahihah No.906] ••••••••••••••••••••• 🌠📝📡 Majmu'ah Manhajul Anbiya 📟▶ Join Telegram https://telegram.me/ManhajulAnbiya 💻 Situs Resmi http://www.manhajul-anbiya.net ~
Show all...
Manhajul Anbiya

Dakwah ke Jalan Allah di atas Bashirah

#Jadwal_Kajian #Sunnah_Ilmiah #Kitab_Ulama #Ahlussunnah_Manado https://t.me/faidahassunnahmanado
Show all...
segala kewajiban dan larangan dalam agama ini.** Mereka berdalil dengan firman Allah Ta'ala dalam Al Qur’an Surat Al-Hijr ayat 99: yang mana mereka terjemahkan dengan: “Dan beribadahlah kepada Rabbmu hingga datang kepadamu keyakinan.” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Tidak diragukan lagi oleh ahlul ilmi dan iman, bahwa perkataan tersebut termasuk sebesar-besar kekafiran dan yang paling berat. Ia lebih jahat dari perkataan Yahudi dan Nashrani karena Yahudi dan Nashrani beriman dengan sebagian isi Al Kitab dan mengkufuri sebagian lainnya. Sedangkan mereka adalah orang-orang kafir yang sesungguhnya (karena mereka berkeyakinan dengan sampainya kepada martabat hakikat tidak lagi terkait dengan kewajiban dan larangan dalam agama ini, pen).” (Majmu’ Fatawa, 11/401) Beliau juga berkata: “Adapun pendalilan mereka dengan ayat tersebut, maka justru merupakan bumerang bagi mereka. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: ‘Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla tidak menjadikan batas akhir beramal bagi orang-orang beriman selain kematian’, kemudian beliau membaca Al Qur’an Surat Al-Hijr ayat 99, yang artinya: ‘Dan beribadahlah kepada Rabbmu hingga datang kepadamu kematian’.” Beliau melanjutkan: “Dan bahwasanya ‘Al-Yaqin’ di sini bermakna kematian dan setelahnya, dengan kesepakatan ulama kaum muslimin.” (Majmu Fatawa, 11/418) 7. Keyakinan bahwa ibadah kepada Allah Ta'ala itu bukan karena takut dari adzab Allah (an-naar/ neraka) dan bukan pula mengharap jannah Allah Ta'ala. Padahal Allah 'Azza wa Jalla berfirman: “Dan peliharalah diri kalian dari an-naar (api neraka) yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.” (‘Ali Imran: 131) “Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan kepada jannah (surga) yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.” (‘Ali Imran: 133) 8. Dzikirnya orang-orang awam adalah Laa ilaha illallah, sedangkan dzikirnya orang-orang khusus dan paling khusus adalah / Allah”, / huwa (dibaca: huu)”, dan / aah” saja. Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik dzikir adalah Laa ilaha illallah.” (HR. At-Tirmidzi, dari shahabat Jabir bin Abdullah, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’, no. 1104). Syaikhul Islam rahimahullah berkata: “Barangsiapa beranggapan bahwa Laa ilaha illallah adalah dzikirnya orang awam, sedangkan dzikirnya orang-orang khusus dan paling khusus adalah / Huwa, maka ia seorang yang sesat dan menyesatkan.” (Risalah Al-’Ubudiyah, hal. 117-118, dinukil dari Haqiqatut Tasawuf, hal. 13) 9. Keyakinan bahwa orang-orang Sufi mempunyai ilmu kasyaf (yang dapat menyingkap hal-hal yang tersembunyi) dan ilmu ghaib. Allah Ta'ala dustakan mereka dalam firman-Nya: “Katakanlah tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui hal-hal yang ghaib kecuali Allah.” (An-Naml: 65) 10. Keyakinan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dari nur/ cahaya-Nya, dan Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan segala sesuatu dari cahaya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Padahal Allah Ta'ala berfirman : “Katakanlah (Wahai Muhammad), sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku …” (Al-Kahfi: 110). “(Ingatlah) ketika Rabbmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku akan ciptakan manusia dari tanah liat.” (Shad: 71) 11. Keyakinan bahwa Allah Ta'ala menciptakan dunia ini karena Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Padahal Allah Ta'ala berfirman: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56) Demikianlah beberapa dari sekian banyak ajaran Tasawuf, yang dari ini saja, nampak jelas kesesatannya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menjauhkan kita dari kesesatan-kesesatan tersebut. https://t.me/inifaktabukanfitnah/4474 Sumber, http://asysyariah.com/mewaspadai-sufi/
Show all...
INI FAKTA BUKAN FITNAH

KESESATAN KESESATAN AJARAN TASAWUF Di antara sekian banyak kesesatan ajaran Tasawuf adalah: 1. WIHDATUL WUJUD, yakni keyakinan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatu dengan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Demikian juga AL-HULUL, yakni keyakinan bahwa Allah Ta'ala dapat masuk ke dalam makhluk-Nya. Al-Hallaj, seorang dedengkot sufi, berkata: “Kemudian Dia (Allah) menampakkan diri kepada makhluk-Nya dalam bentuk orang (yang sedang) makan dan minum.” (Dinukil dari Firaq Al-Mua’shirah, karya Dr. Ghalib bin ‘Ali Iwaji, 2/600) Ibnu ‘Arabi, tokoh sufi lainnya, berkata: “Seorang hamba adalah Rabb dan Rabb adalah hamba. Duhai kiranya, siapakah yang diberi kewajiban beramal? Jika engkau katakan hamba, maka ia adalah Rabb. Atau engkau katakan Rabb, kalau begitu siapa yang diberi kewajiban?” (Al-Futuhat Al-Makkiyyah dinukil dari Firaq Al-Mu’ashirah, hal. 601) Muhammad Sayyid At-Tijani meriwayatkan (secara dusta, pen) dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda: “Aku melihat Rabbku…

KESESATAN KESESATAN AJARAN TASAWUF Di antara sekian banyak kesesatan ajaran Tasawuf adalah: 1. WIHDATUL WUJUD, yakni keyakinan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatu dengan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Demikian juga AL-HULUL, yakni keyakinan bahwa Allah Ta'ala dapat masuk ke dalam makhluk-Nya. Al-Hallaj, seorang dedengkot sufi, berkata: “Kemudian Dia (Allah) menampakkan diri kepada makhluk-Nya dalam bentuk orang (yang sedang) makan dan minum.” (Dinukil dari Firaq Al-Mua’shirah, karya Dr. Ghalib bin ‘Ali Iwaji, 2/600) Ibnu ‘Arabi, tokoh sufi lainnya, berkata: “Seorang hamba adalah Rabb dan Rabb adalah hamba. Duhai kiranya, siapakah yang diberi kewajiban beramal? Jika engkau katakan hamba, maka ia adalah Rabb. Atau engkau katakan Rabb, kalau begitu siapa yang diberi kewajiban?” (Al-Futuhat Al-Makkiyyah dinukil dari Firaq Al-Mu’ashirah, hal. 601) Muhammad Sayyid At-Tijani meriwayatkan (secara dusta, pen) dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda: “Aku melihat Rabbku dalam bentuk seorang pemuda.” (Jawahirul Ma’ani, karya ‘Ali Harazim, 1/197, dinukil dari Firaq Mu’ashirah, hal. 615) Padahal Allah Ta'ala telah berfirman: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura: 11) “Berkatalah Musa: ‘Wahai Rabbku nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat-Mu.’ Allah berfirman: ‘Kamu sekali-kali tidak akan sanggup melihatku’…” (Al-A’raf: 143) 2. Seorang yang menyetubuhi istrinya, tidak lain ia menyetubuhi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ibnu ‘Arabi berkata: “Sesungguhnya seseorang ketika menyetubuhi istrinya tidak lain (ketika itu) ia menyetubuhi Allah!” (Fushushul Hikam). Betapa KUFURnya kata-kata ini…, tidakkah orang-orang Sufi sadar akan kesesatan gembongnya ini? 3. Keyakinan kafir bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah makhluk dan makhluk adalah Allah Ta'ala, masing-masing saling menyembah kepada yang lainnya. Ibnu ‘Arabi berkata: “Maka Allah memujiku dan aku pun memuji-Nya. Dia menyembahku dan aku pun menyembah-Nya.” (Al-Futuhat Al-Makkiyyah).3 Padahal Allah Ta'ala telah berfirman: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56) “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Allah Yang Maha Pemurah dalam keadaan sebagai hamba.” (Maryam: 93) 4. Keyakinan bahwa tidak ada perbedaan di antara agama-agama yang ada. Ibnu ‘Arabi berkata: “Sebelumnya aku mengingkari kawanku yang berbeda agama denganku. Namun kini hatiku bisa menerima semua keadaan, tempat gembala rusa dan gereja pendeta, tempat berhala dan Ka’bah, lembaran-lembaran Taurat dan Mushaf Al Qur’an.” (Al-Futuhat Al-Makkiyyah). Jalaluddin Ar-Rumi, seorang tokoh sufi yang sangat kondang, berkata: “Aku seorang muslim, tapi aku juga seorang Nashrani, Brahmawi, dan Zaradasyti. Bagiku, tempat ibadah adalah sama… masjid, gereja, atau tempat berhala-berhala.” Padahal Allah Ta'ala berfirman: “Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya. Dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali Imran: 85) 5. Bolehnya menolak hadits yang jelas-jelas shahih Ibnu ‘Arabi berkata: “Kadangkala suatu hadits shahih yang diriwayatkan oleh para perawinya, tampak hakikat keadaannya oleh seseorang mukasyif (Sufi yang mengetahui ilmu ghaib dan batin). Ia bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam secara langsung: “Apakah engkau mengatakannya?” Maka beliau mengingkari seraya berkata: “Aku belum pernah mengatakannya dan belum pernah menghukuminya dengan shahih.” Maka diketahui dari sini lemahnya hadits tersebut dan tidak bisa diamalkan sebagaimana keterangan dari Rabbnya walaupun para ulama mengamalkan berdasarkan isnadnya yang shahih.” (Al-Futuhat Al-Makkiyah). **6. Pembagian ilmu menjadi syariat dan hakikat. Di mana bila seseorang telah sampai pada tingkatan hakikat berarti ia telah mencapai martabat keyakinan yang tinggi kepada Allah Ta'ala. Oleh karena itu, menurut keyakinan Sufi, gugur baginya
Show all...
Bismillah. Kami informasikan, bahwa pendaftaran belajar bahasa Arab online/daring nya ditutup. جــزاكـم اللّـه خيــرا و بــارك اللّـه فيكـم
Show all...
بـــــــــسم اللّــــــه الرّحمن الرّحيم Pelajaran Bahasa Arab Ikhwah Minahasa: Materi : 1. Durussul Lughoh al 'Arobiyyah, 2. al Muyassar fi 'ilmi nahwi, 3. Kitabut Tashrif Pemateri: al Ustadz Abu Robi' Sholih hafizhohulloh. Jadwal: Hari Senin-Rabu Setiap Ba'da Isya. Catatan: 👉 Bersifat terbatas dan untuk sementara hanya melalui online/daring 👉 Khusus Pria/Ikhwah 👉 Lebih di utamakan ikhwah Minahasa. 👉 Dalam sepekan 3 kali pertemuan Informasi pendaftaran: 085397 115 119 Semoga bermanfaat. جــزاكـم اللّـه خيــرا و بــارك اللّـه فيكـم 💎 Ikuti info selanjutnya di http://telegram.me/SalafyMinahasaRaya
Show all...
SalafyMinahasaRaya

Berilmu Sebelum Berkata Dan Beramal Informasi: 0856-9629-9780 0821-8906-6763 085397 115 119

Persaksian Ibnu Katsir Terhadap Akidah Al-Imam Asy-Syafi’i Tentang Sifat Allah Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan: كَانَ يَقُولُ: الْقُرْآنُ كَلَامُ اللَّهِ غَيْرُ مَخْلُوقٍ، وَمَنْ قَالَ: مَخْلُوقٌ، فَهُوَ كَافِرٌ.وَقَدْ رَوَى عَنْهُ الرَّبِيعُ وَغَيْرُ وَاحِدٍ مِنْ رُءُوسِ أَصْحَابِهِ مَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ كَانَ يَمُرُّ بِآيَاتِ الصِّفَاتِ وَأَحَادِيثِهَا كَمَا جَاءَتْ مِنْ غَيْرِ تَكْيِيفٍ وَلَا تَشْبِيهٍ وَلَا تَعْطِيلٍ وَلَا تَحْرِيفٍ، عَلَى طَرِيقَةِ السَّلَفِ Beliau (al-Imam asy-Syafi’i) berkata: “al-Quran adalah Kalam (ucapan) Allah bukan makhluk. Barang siapa yang menyatakan (alQuran adalah) makhluk, maka ia kafir”. arRobi’ dan (Ulama) lainnya yang lebih dari satu meriwayatkan dari beliau (pernyataan) di hadapan para muridnya yang menunjukkan bahwasanya beliau memberlakukan ayat-ayat (Quran) tentang Sifat-Sifat (Allah) dan hadits-haditsnya adalah sebagaimana adanya tanpa takyif (menggambarkan atau mempertanyakan kaifiat), tasybih (penyerupaan dengan sifat makhluk), ta’thil (menolak/ meniadakan), maupun tahrif (menyimpangkan lafadz atau maknanya), di atas jalan Salaf al-Bidaayah wan Nihaayah (10/277) 💡💡📝📝💡💡 WA al I’tishom 💎https://itishom.org/blog/artikel/aqidah/persaksian-ibnu-katsir-terhadap-akidah-al-imam-asy-syafii-tentang-sifat-allah/
Show all...
Persaksian Ibnu Katsir Terhadap Akidah Al-Imam Asy-Syafi'i Tentang Sifat Allah – Al-I'tishom

Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan: كَانَ يَقُولُ: الْقُرْآنُ كَلَامُ اللَّهِ غَيْرُ مَخْلُوقٍ، وَمَنْ قَالَ: مَخْلُوقٌ، فَهُوَ...